30. The J's

195 18 0
                                    

Entah apa yg merasuki Jaemin, sekarang dia udah ada di depan gedung penerbit tempat Baekhyun bekerja. Bukan buat menemui Baekhyun, tapi entah kenapa dia berharap bisa bertemu atau setidaknya bisa sekilas melihat Jeno.

Setelah pertemuan yg tidak direncanakan waktu itu, membuat Jaemin tidak bisa fokus mengerjakan tugas akhirnya. Jadi dengan membawa alat tempur berupa laptop dan beberapa buku tebal lainnya. Dia berjalan masuk ke Cafe yg ada dilobi kantor penerbit itu, tempat dimana dia bertemu Jeno kemarin.

Mata cantiknya liatin seluruh penjuru cafe yang menyatu dengan lobi itu, dia menghela nafas saat tidak mendapati Jeno disana. Akhirnya dia memesan kopi dan beberapa cookies untuk menemaninya mengerjakan skripsi nya.

Jaemin mengambil jurusan desain komunikasi visual, karena dia menyukai fotografi dan jago menggambar, akhirnya Baekhyun menyarankannya mengambil jurusan itu. Yg nantinya dia bisa jadi fotografer atau desain grafis yg sesuai sama minatnya.

Akhirnya Jaemin tenggelam sama tugasnya itu, terhitung sudah hampir satu setengah jam dia yg entah kenapa jadi fokus banget ngerjain tugasnya. Dia meregangkan otot-otot tubuh nya yg kaku, melihat sekeliling cafe yang semakin ramai karena semakin malam.

Ya, cafe ini buka 24jam. Karena banyak karyawan kantor penerbit yg lembur sampe tengah malem, dan cafe ini memang terbuka untuk umum. Tempatnya yang strategis dekat dengan stasiun dan sekolah, jadi buat cafe ini ramai juga jadi tempat nongkrong anak muda.

Jaemin cek hp nya, balas beberapa chat dari Baekhyun dan teman temannya. Dia segera beresin laptop, buku, i-pad dan barang bawaan lainnya kedalam tas ransel besar yg dia bawa. Dia akan pulang, karena Baekhyun bilang udah nunggu dirumah dan ada hal yg mau diomongin.

Jaemin berjalan pelan menuju pintu keluar, dia berbalik dan kembali menatap sekeliling berharap menemukan sosok yg dia rindukan selama ini. Tapi nihil.

"Aarhgk.."

Jaemin menjerit saat tiba-tiba kilat dan petir menyambar, dia sangat takut dengan petir. Refleks dia jongkok ditengah pintu keluar cafe itu, dengan gemetar tangannya mengambil sarung tangan warna hijau dengan gambar wortel yg selalu ia bawa itu dari saku celananya.

Badannya gemetar hebat, sambil jongkok, dia mengepalkan tangannya meremas saputangan itu. Matanya terpejam erat, nafasnya memburu, jantungnya berdegup kencang.

Menarik nafas dalam-dalam dan hembuskan dengan perlahan, akhirnya dia mulai merasa sedikit tenang.

Tapi tak lama setelah itu petir kembali menyambar, membuat Jaemin berteriak kencang dan akhirnya ga bisa lagi nahan air matanya. Semua orang didalam cafe terlihat panik saat denger jeritan Jaemin, tak terkecuali lelaki yg dari sejam lalu memperhatikannya dari jauh. Dia segera berlari dan memeluk Jaemin yg masih jongkok didepan pintu keluar cafe itu.

Sedangkan Jaemin semakin histeris saat merasakan seseorang memeluknya, dia menggelengkan kepalanya dan berusaha keluar dari pelukan orang tak dikenal itu.

"Hks.. A-ampun.. aku mohon ampun.. Aku mohon lepaskan aku.." gumam Jaemin terdengar sangat pilu sambil berusaha keluar dari pelukan itu.

"Tolong.. a-aku mohon, jangan pukul aku.. Ini sangat sakit.. hks.."

Bayangan saat itu kembali terlitas di otaknya. Saat tangan kecilnya itu di cengkeram dengan kuat oleh tangan kasar, diseret dengan keras menuju gudang penyimpanan. Jaemin kecil berusaha memberontak saat seorang yang biasa dipanggil guru itu memaksa untuk membuka baju dan celana seragamnya.

Bahkan saat itu dia masih berumur empat tahun, dia dilecehkan oleh guru olahraga nya. Masa kecil yg harusnya menyenangkan, terasa sangat menakutkan bagi Jaemin. Dalam gudang yang sesak itu Jaemin menjerit keras sampai tenggorokannya terasa sakit, tapi seakan semesta tidak memihaknya karena disaat yang sama kilat dan guntur menyambar disertai hujan lebat.

Just Hugs Me | CHANBAEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang