Please vote before you enjoy this chapter.
.
.Sunyi. Mereka tak bersuara, mereka tak bergerak, dan hanya berbicara melalui tatapan masing-masing untuk menyampaikan rautnya.
Di dalam kamar mandi kuno itu, Chanyeol dan Rosé masih saling berlomba untuk memenangkan pertahanan tatapan, dan tak berbicara sama sekali, sebelum akhirnya Rosé yang memecah keheningan tersebut.
"Kau lupa, ya?"
Saat sedari tadi tangannya menampung alkohol yang dituangkan, Chanyeol membuangnya begitu saja, untuk beralih memegang tepian wastafel dalam pijakan menawannya, "Mengenai?"
Dengan seringai di wajah manisnya itu, Rosé menjawab begitu santai, di hadapan orang yang bisa mengendalikan kehidupannya.
"Bahwa aku akan membunuhmu?"
Chanyeol membalasnya, "Dengan cara?" yang tak dijawab oleh lawannya itu, saat Rosé hanya diam tak melepas tatapan darinya, "Kau membentak saja, dapat membuat tubuhmu tak berfungsi. Bagaimana dengan membunuhku?"
Tangan beruratnya kemudian melepas genggaman dari wastafel, lalu Chanyeol menegakkan tubuhnya, dan menunduk begitu mudah pada Rosé yang semakin mendongak karena dirinya mengubah posisi.
Mereka kini saling berhadapan, di dalam kamar mandi sunyi itu, dan tak lagi membuka mulut.
Perbedaan tinggi keduanya justru membuat mereka terlihat begitu serasi. Cara Rosé mendongak pada wajah Chanyeol yang menunduk padanya itu, menggambarkan proporsi yang sangat sempurna. Terlebih, tubuh ateltis Chanyeol bisa dengan mudah menyembunyikan bagaimana mungilnya Rosé.
Mata kuasa Chanyeol seolah memiliki magnet yang menguasai seluruh atensi, sehingga membuat Rosé tak bisa bergerak dalam dongakannya. Ia bahkan tak bisa mengatur nafasnya, saat merasa dicekik oleh embusan udara yang keluar dari diri Chanyeol melintasi wajahnya.
"Daripada mempermalukan diri sendiri dengan ancaman basimu itu, kau seharusnya menyiapkan keberanianmu terlebih dahulu," ujar Chanyeol, lalu beralih membersihkan tangannya dengan memutus tatapan mereka begitu perlahan, yang membuat Rosé hanya memperhatikan dengan bingung.
Karena tak ingin kehilangan banyak waktu untuk bisa bersama keparat gila itu, Rosé segera membersihkan tangannya juga, setelah Chanyeol sudah pergi meninggalkannya.
Ck, kenapa cat di tangannya harus sebanyak ini?!
Setelah berhasil membersihkan tangan kotornya yang memakan waktu, Rosé berbalik, kemudian lari berniat untuk menyusul Chanyeol yang sepertinya sudah berada di meja makan. Rambut panjangnya itu beterbangan, di detik dirinya berjalan begitu cepat, dalam raut yang tak bisa terkontrol. Namun saat baru saja melangkah keluar dari pintu, tubuhnya menabrak sosok jangkung yang tiba-tiba menghalangi jalan.
BRUGH.
Rosé meringis sembari menatap tubuh tinggi itu yang menghalangi jalannya, dan ternyata, dia adalah Chanyeol.