Prolog

3.4K 317 46
                                    

Please vote before you enjoy this chapter.
.
.

Please vote before you enjoy this chapter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jengah. Tubuhnya berdiri menantang menghadap pada beberapa maid yang sedang mengemas pakaiannya ke dalam koper.

Wajahnya terlihat begitu malas sekaligus muak karena perkataannya sedari tadi tak dihiraukan.

Sebuah kamar bernuansa kastil terlihat begitu hangat saat matahari baru saja menyorotkan cahaya teduhnya disaat pemilik kamar tersebut justru sedang berbanding balik.

Jendela tinggi diantara dinding tua itu membiarkan angin sejuk untuk masuk beterbangan mengibaskan udara pagi ini.

Terdapat sebuah sofa yang menempel pada kaki ranjang tengah dipenuhi oleh tumpukan pakaian yang akan dikemas ke dalam koper-koper disana. Dan tentunya, para maid yang melakukan hal tersebut bersikeras untuk menyelesaikannya.

Berbeda dengan si pemilik kamar yang terlihat tidak menerimanya.

Wanita yang memiliki tubuh ramping dengan rambut pirangnya yang cantik itu terlihat kembali membuka mulutnya untuk bersuara setelah para maid baru saja menutup koper-kopernya.

"Kubilang aku tidak akan pergi."

"Maaf, lady," kepala maid membungkuk tak berani menatapnya, "Tapi ini perintah lord."

Ia membuang nafasnya dengan kesal mendengarnya, "Apa yang dia perintahkan pada kalian?"

Selagi menunggu jawaban dari para maid yang terlihat saling menatap karena tak berani menjawab, dirinya membuang wajah untuk menunduk menatap pada koper-koper yang sudah terisi penuh oleh pakaiannya.

"Anu-

Matanya beralih kembali menatap pada maid, ia kemudian diam dan mendengarkan.

-lord meminta kami untuk mengemas barang-barang dan membawa anda pergi, lady."

Rahangnya mengeras kecil bersamaan dengan nafasnya yang mulai tak terkendali, "Dia memintanya?"

Maid tersebut mengangguk.

"Kalian yakin dia memintanya?" tanyanya sekali lagi.

Kepala itu mengangguk ketakutan saat para maid disana tak bisa lagi menjawabnya. Mereka terlihat tak berani untuk menatap sosok wanita yang beberapa bulan ini sudah mereka layani didalam kastil.

Sedangkan sosok yang berada dihadapan mereka terlihat mengibas rambutnya dengan kesal.

Kamar luas yang berada didalam kastil ini menjadi hening setelah tak ada lagi mulut yang berani bersuara. Hanya menyisakan angin yang kebingungan serta burung-burung yang melintas diluar.

BOOMERANG [Chanrosé]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang