Please vote before you enjoy this chapter.
.
.Keheningan. Burung gagak yang jarang terlihat, tiba-tiba melintas di sekitar kastil milik seorang Larsson malam ini. Menyebabkan para penghuni merinding di malam yang selalu sunyi, namun tidak bagi seorang gadis yang sedang sibuk dengan dunianya.
Sebuah kamar yang jarang berpenghuni, kini terisi oleh sosok perempuan yang sedang berbaring di atas ranjangnya, tengah memperhatikan langit ruangannya dalam diam.
Tubuhnya yang dibaluti dress tidur lembut itu sedari tadi tak bergerak, hanya dibiarkan menempel pada ranjang empuk, dan bernafas tenang selama melamun.
"Harus bersikap baik selama aku menjadi tawanannya, begitu, bukan?"
Detik setelah dirinya bergumam, tubuhnya ia buat menjadi terduduk. Ia melamun, berpikir keras, lalu tiba-tiba menyeringai kecil saat memikirkan ide yang tiba-tiba muncul dalam benaknya.
Roséanne yang saat ini mulai percaya diri dengan rencananya itu, tidak mengetahui bahwa dirinya telah masuk pada omong kosong yang diciptakan seseorang.
Rosé berhasil dibuat berpikir atas kalimat perintah dari pemilik kastil ini.
Beberapa saat yang lalu, Chanyeol mengunjunginya dan membuatnya terkejut, dengan wajah datarnya seperti biasa. Mereka berhadapan ditemani cahaya bulan yang terang, lalu lelaki itu memberitahu suatu hal, yang berhasil membuat Rosé termenung hingga detik ini.
"Jika kau tidak memberontak, dan bersikap baik selama aku mengurus kasus ayahmu, aku akan membunuhmu, sesuai dengan keinginanmu."
Rosé bahkan masih mengingat bagaimana mimik wajah dingin Chanyeol saat mengatakannya. Walaupun begitu, ia berhasil terhasut oleh kata-katanya.
Padahal, Rosé tidak mengetahui, bahwa itu hanyalah trik Chanyeol untuk membuatnya diam, dan tidak berbuat ulah selama dirinya mengurus kasus Lee Jungjae.
Lalu bagaimana dengan imbalan membunuhnya?
Chanyeol membuka mantel yang menutupi tubuh besar dan tingginya setelah sampai di kamarnya. Ia berdiri menghadap jendela panjang, dan melawan kaliauan cahaya bulan yang menerangi.
Siluet tubuh mengangumkannya dari pantulan cahaya itu, menarik semakin banyak aura kuasanya.
Tingginya yang menjulang, bahunya yang kuat, ototnya di setiap titik tubuh, kakinya yang jenjang, lalu tangan yang penuh kuasa itu sengaja ia masukan ke dalam saku celana, selagi menatap pada titiknya.
Lihat, lah, bagaimana cara ia mengatur nafasnya untuk tidak mengganggu ketegapan itu.
Chanyeol terlihat melamun, namun sebenarnya ia tetap sadar. Hanya saja, benaknya sedang sibuk merapikan segala kekacauan, untuk membuat ruang yang cukup, agar dirinya bisa menyimpan susunan strategi penangkapan Jungjae dengan rapi.