Please vote before you enjoy this chapter.
.
.Kacau. Semasa dirinya menjabat, semasa dirinya mengendali, semasa perjalanan karirnya, ia tak pernah mendapatkan kejadian besar yang seharusnya diwaspadai selama bertugas.
Bahu agungnya tak tenang saat menyadari bahwa dirinya masuk ke dalam perangkap yang bahkan bisa ia injak jika sadar sedari awal.
Ia tak merasa gagal, hanya saja, dirinya merasa dirugikan.
L Security sudah mulai dibanjiri para wartawan yang haus akan informasi, terlebih, petinggi perusahaan tersebut sedang mengurus kekacauannya.
Langit malam yang meruntuhkan kegelapan, membiarkan keributan gila terjadi di sebuah rumah megah milik pengusaha kaya raya, Lee Jungjae.
Setelah munculnya sosok lekaki tinggi bertubuh kekar yang dilumuri banyak darah disetiap tubuhnya, keadaan benar-benar semakin kacau, bahkan tak terduga akan berakhir begitu memusingkan.
Kedatangan sosoknya membuat seluruh pasang mata membeku dalam diam, terlebih, seorang Lee Jungjae yang sangat terkejut.
Sorotan lampu mobil yang mempersembahkan sosoknya, membuat seluruh atensi enggan berpaling darinya, yang bernafas begitu kuat, dan memandang penuh dendam pada lawan tatapnya di depan sana, Lee Jungjae.
Saat mata itu menyorotkan kemarahan, Jungjae merasa begitu tertembak dalam ketakutannya.
Rosé menganga melihat bagaimana lelaki muda itu dipenuhi darah ditubuh telanjangnya, dan hanya menyisakan celana kumuh. Tubuh tinggi berotot itu terlihat begitu pilu saat wajahnya meringis kesakitan disamping amarah yang terpancar.
Ia berdiri dihadapan mobil yang masih menyorotkan lampunya, dan menghadap pada Jungjae yang masih membeku ditempatnya.
"Siapa.. dia?" gumam Rosé.
Lalu, tubuhnya menegang, dan Rosé menoleh begitu terkejut, saat Chanyeol dibelakangnya menjawab yang membuatnya tercekat menyesakkan.
"Dia Michael, kakakmu."
Deg.
Rosé menahan nafas saat wajahnya berdekatan intim dengan leher Chanyeol, disaat lelaki itu tak lepas memperhatikan sosok Michael.
Keadaan menjadi sangat sunyi, membiarkan sosok lelaki merah itu untuk merebut perhatian dalam ketegangan para agent serta tim Jungjae yang sudah siap memegang senjata di tangannya.
Lalu saat sedari tadi terdiam, kini, kakinya berjalan meninggalkan jejak darah di pijaknya, dan menghampiri-
"LEE JUNGJAE!"
Mata demi mata membulat sempurna di detik Michael meneriaki nama lelaki yang sudah menegang di tempatnya. Senjata yang sedari tadi berada ditangan para agent, mulai di aktifkan, saat sosok besar itu melangkah penuh amarah menuju Jungjae.