15

451 51 3
                                    

seperti janjinya tadi pagi, kini shani dan ketiga putrinya telah berada di pemakaman pinggir kota. dengan berat ia melangkah menuju makam sang putri yang cukup terjaga karena dirinya dan gracio membayar orang untuk membersihkan makam milik reva.

sebuket bunga daisy ia genggam di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya menggenggam erat tangan christy, si bungsu dari tadi tak henti-hentinya bertanya mengapa mereka ada di pemakaman dan bukannya mereka akan pergi ke rumah reva kalimat itu terus berputar di kepalanya.

tibalah mereka di sebuah gundukan tanah dengan nisan yang tertuliskan nama REVADELINE FIDELA HARLAN.

"sayang" shani menatap christy yang kebingungan.

"kenalin ini reva kakak kamu dan dia kembarannya zee" dapat christy lihat pancar kesedihan dari mata shani saat mengucapkan nama reva.

zee menyingkirkan dedaunan kering yang ada di atas nisan reva, ara juga mencabut rumput liar yang tumbuh di atas pusara reva.

"jadi kak reva itu kakak aku, bukan temennya kak ara" shani menggeleng lalu di tuntunnya christy untuk duduk.

"reva sayang, kenalin ini angel adik kecil yang dulu kamu tunggu-tunggu kelahirannya" air mata memenuhi pelupuk mata shani yang sekali saja dirinya berkedip maka tangisnya dapat tumpah kapan saja.

"gimana keadaan kamu di sana, amor kangen banget sama kamu, dan kenapa kamu ga pernah mampir ke mimpi amor sayang" jatuh sudah air mata shani, pertahanan nya runtuh dirinya tak kuat membendung kerinduan yang sangat besar terhadap reva. dirinya menyesal sangat menyesal karena tak mendengarkan saran shanju dan juga veranda yang melarang dirinya untuk meneruskan operasi mata reva, seandainya dirinya membatalkan operasi tersebut reva nya pasti masih ada dan masih berkumpul bersama mereka hingga saat ini.

zee tak kuat melihat shani menangis dirinya berdiri lalu beringsut pindah duduk di sebelah shani, dipeluknya tubuh ringkih sang ibu menghiraukan air mata yang juga sudah meluncur bebas di pipinya. ara yang tak kuat melihat tangis pilu shani memilih untuk menatap ke arah lain, dirinya tak ingin terlihat lemah saat ini, karena bagaimanapun dirinya harus tegar sebagai si sulung harlan.

"halo kak reva, kenalin aku angelina christy sekarang aku udah kelas 10 loh mipa pula hehe aku pintar kan. sebenernya aku lompat kelas sih kak karena ga mau nanti waktu kak zee tamat sekolah aku ga ada temen main, kalau hobi sih aku juga ga tau ya kak soalnya aku ga terlalu mendalami apa yang aku suka tapi yang terpenting aku akan berusaha membuat athair sama amor bangga dengan semua pencapaian aku. aku juga sayang sama kak ara dan kak zoy ya walaupun mereka ngeselin sih kak tapi kalau misalnya ada kakak mungkin aku bakalan di jagain dari keusilan kak ara dan kak zoy soalnya kata amor kakak sayang banget sama aku. kak reva yang tenang ya di sana sekarang serahin sama aku, kak ara, dan kak zoy buat jaga amor dan athair ya aku sayang kak reva"

christy mengecup nisan reva dan membuat ara memeluk erat dirinya hal itu membuat shani tersenyum dirinya berterima kasih pada tuhan meskipun reva sudah pergi namun masih ada tiga berlian yang masih setia menemani dirinya.

"reva kamu pasti ngeliat apa yang aku lakuin selama ini dari atas sana kan, aku minta maaf karena selalu cari masalah aku juga sekarang mulai mengerti kalau bukan diri sendiri yang berubah keluarga ini bakal gitu-gitu aja. maaf kalau aku jarang kesini karena aku selalu dihantui rasa takut untuk ingat tentang kenangan kita waktu kecil dulu dan satu lagi yang paling penting azizi akan selalu sayang reva"

air mata zee kembali jatuh dirinya memang cengeng jika menyangkut reva karena bagaimanapun mereka itu kembar dan tak bisa terpisahkan namun takdir berkata lain dengan perginya reva terlebih dahulu.

ara tak memilih untuk berbicara karena ia sudah menumpahkan segala keluh kesahnya pada reva beberapa hari yang lalu. nama reva akan selalu ada di hatinya karena bagi ara, reva adalah adik yang paling berharga yang dititipkan tuhan untuknya.

oppositeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang