Chap 2

184 40 4
                                    

Cerita ini uda berbentuk pdf, tanpa nunggu up dan tanpa skip. Yang minat order langsung dm mae.


" Turun !" sarkas Perth, bersamaan dengan motor nya yang berhenti di ujung jalan.

Tanpa bicara apa-apa Saint pun turun, karena ia cukup mengerti. Perth memang sering kali menurunkan nya di ujung jalan dekat rumah, dan Saint harus melanjutkan ke sekolah dengan mengendarai bus.

Tanpa mengatakan apa pun dan juga tanpa menoleh, Perth langsung melajukan motor nya pergi meninggalkan Saint yang kini terpaku menatap nya.

Hanya helaan nafas nya yang terdengar, setelah itu ia melangkah menuju ke halte. Setelah beberapa menit menunggu akhirnya bus yang ia tunggu datang, Saint langsung naik ke dalam bus dan mencari bangku yang kosong.

Memilih menatap keluar ke jalan melalui jendela bus, dengan pikiran yang selalu di penuhi perlakuan kasar Perth terhadap nya.

Setengah jam kemudian bus berhenti di depan halte sekolah, Saint langsung turun dan berdiri tepat di depan gerbang sekolah.

Di tutupnya kedua telinga nya dengan earphone, lalu ia melangkah menuju ke kelas. Tak ia pedulikan lagi tatapan sinis beberapa orang yang berpapasan dengan nya, ia pun tak peduli ketika mereka bergunjing tentang dirinya karena ia tidak mendengarnya. Mungkin itu yang terbaik, dari pada mendengar dan ujung nya sakit hati jadi Saint memilih tuk mengabaikan nya saja.

Sampai di kelas senyum manis Love ia dapatkan, sahabat nya itu seperti nya sedang menunggu nya datang.

" Tumben telat." ucap Love.

" Jalanan macet." sahut Saint singkat.

" Sebenarnya tidak masalah macet, jika kau datang bersama Perth." cicit Love.

Saint menoleh dan tersenyum tipis." Kau taukan...itu tidak mungkin terjadi."


" Maaf...aku salah bicara." sesal Love, karena ia cukup tau bagaimana hubungan Saint dengan Perth selama ini.


Hening sesaat, setelah itu munculah Bua. Gadis itu langsung duduk di kursi nya, seraya menatap sinis Saint. Bahkan ini masih pagi sekali, dan Saint tidak tau apa salah nya sehingga semua orang menatapnya sinis seperti itu.

" Saint...mungkin pertunangan mu dengan Perth mempengaruhi semua nya..." bisik Love, yang seakan mengerti isi pikiran Saint saat ini.

" Entahlah Love...aku pun bingung." Lirih Saint.

Apa pun perihal Perth pasti akan membuat nya tertekan.

*

Lapangan telah penuh oleh siswa kelas 10, siang ini mereka ada pelajaran olahraga. Saint dan yang lain nya sudah berkumpul di lapangan, untuk senam bersama.

Selesai senam mereka semua berlatih basket, tanpa terkecuali karena berada dalam pengawasan guru olah raga.

Saint sangat payah dalam bermain basket, dari dulu dirinya paling tidak bisa bermain basket.

Perth dan Pond berjalan menuju ke ruang osis, ketika melewati lapangan atensi mereka tertuju kepada Saint yang sedang di marahi oleh guru karena tidak becus bermain basket.

" Perth lihat, tunangan mu itu..." cetus Pond, dengan senyum mengejek nya.

" Dia bukan tunangan ku." ketus Perth, lalu lanjut berjalan menuju ke ruang osis.

Sedangkan Pond, ia masih berdiri bersandar di tiang dan menatap lekat Saint yang kini sedang duduk di pinggir lapangan.

Hari ini ia belum membully Saint, dan rasanya sangat membosankan sekali. Entah mengapa dirinya jadi merasa ketagihan untuk terus membully Saint, apa karena gadis itu tidak pernah melawan ? Atau karena Saint itu gadis yang lemah ? Entahlah...pokoknya selama itu mengasyikan maka Pond akan terus membully gadis itu.

Between Love & Hate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang