Di Hukum

35 31 22
                                    


SELAMAT DATANG!!

Semoga suka ya sama cerita aku.
Tolong banget vote dan komen ya, satu vote dan komen kalian sangat berarti untuk cerita aku kedepannya.

Terimakasih..

***


Aylaza syilalista, gadis muda yang berumur 18 tahun. Bersekolah di SMA BUMI SAKTI. Ia bersekolah di sekolah elit tersebut karena mendapat biaya siswa penuh dari pihak sekolah, karena kepintaran yang di milikinya.

Pertengkaran semalam dengan abangnya, membuat Aza terlambat bangun. ia jadi terlambat datang ke sekolah dan tak sempat sarapan Sedikitpun.

Jarak rumah Aza dengan sekolah bisa di bilang lumayan jauh, karena biasanya Asa pasti akan menggunakan angkutan umum, tapi kali ini tidak. Tak ada satupun angkutan umum yang lewat, jadi ia terpaksa berlari sekuat tenaga agar sampai di sekolah.

Sepintar apapun seseorang, yang namanya aturan tetap aturan. Pak Baim membuka pintu pagar sembari memainkan kumis runcingnya.

Aza terlihat pucat dan berkeringat karena berlari menuju sekolah. Ia ngos-ngosan setengah mati, nafasnya memburu dengan cepat, pasokan udaranya hampir habis.

"Aduh neng, terlambat toh? Nanti dihukum sama Bu Sri gimana neng" ucap Pak Baim sembari membuka pagar.

"Udah jam 8 loh neng, rumahnya di mana toh?" Ujar pak Baim lagi, tapi tetap tak di jawab oleh Aza.

Aza tak menjawab ucapan pak Baim karena ia harus segera masuk ke kelasnya, takut yang di katakan pak Baim tadi terjadi.

Aza masuk sembari melirik ke arah ke berbagai arah, mengendap-endap perlahan agar tak ketahan oleh guru piket, yaitu Bu Sri.

Guru killer itu sedari awal sangat tidak akur dengan Aza karena ada satu masalah waktu dulu.

Pada saat itu Aza di pilih untuk mengikuti olimpiade kimia dan fisika, tapi waktu pelaksanaan kedua lomba tersebut bersamaan, jadi Aza harus memilih salah satu dari keduanya. Aza lebih memilih fisika yang lombanya di pegang oleh Bu Etty.

Bu Sri pun tak terima, padahal jika di liat dari segi nilai, Aza lebih layak mengikuti lomba kimia daripada fisika.

Tapi, guru tersebut tak bisa memaksa Aza, karena semua keputusan ada di tangan Aza. Bu Etty juga merupakan guru yang paling Bu Sri musuhi karena jabatan.

Entahlah, Bu Sri ini selalu saja ingin terlihat lebih menonjol daripada guru yang lainnya.

Aza menolak untuk ikut kimia juga ada alasannya, yaitu karena ia cukup segan dengan mata pelajaran tersebut karena dirinya harus memaksa mengerti dari materi yang sangat di luar nalar untuk di pahami. Jadi itulah alasan aza tak mengambil kimia.

Aza terus berjalan hingga tak sadar bahwa ia menabrak kursi dekat Tong sampah.

Bruk!

"Ihs..."

Kursi yang terletak di samping tong sampah tak sengaja Aza tabrak karena tak fokus melihat ke arah jalan, karena terlalu larut dalam benaknya mengingat alasan Bu Sri jadi tak menyukainya.

"Ngiluu..." Ujar Aza sembari memegang kakinya yang baru saja menabrak kursi tersebut. Tanpa Aza sadari, ada guru yang ia takuti, guru tersebut sudah ada di belakangnya beberapa meter.

"AYLAZA!!!" Teriak Bu Sri dengan suara full power.

Suara Bu Sri seperti toa tersebut membuat Aza terdiam kaku, tubuhnya seakan ngefreze. Bu Sri berjalan cepat menuju keberadaan Aza.

"Kamu terlambat? Anak teladan seperti kamu bisa terlambat juga" ujar Bu Sri sembari melirik sinis ke arah Aza yang hanya menunduk.

"M-maaf b-bu.."

"Ga ada acara minta maaf! Cepat ke
lapangan dan lari 10 kali putaran!!"

***

Di teriknya sinar matahari pagi tersebut, Aza masih saja berlari memutari lapangan agar bisa segera masuk ke kelas.

Aza sudah memutar lapangan yang seluas hampir satu hektar, sebanyak 8 kali. Peluh di pelipisnya menetes begitu saja dengan terus menerus tanpa ada niat untuk berhenti.

"Cape.." ucap Aza sembari ngos-ngosan.

Bu Sri masih mengawasi dari jarak jauh sembari berceloteh kecil mengenai Aza. Guru killer itu masih dendam dengan Aza mengenai lomba kimia waktu itu.

Dengan kaki santai, Bu Sri duduk menatap Aza dari kejauhan sembari meminum air teh es. Ia mengeluarkan ponselnya dan berselfie ria.

Aza memegang kedua lututnya, ia pusing sekarang. Keringatnya terus meneteskan air. Kepala Aza berasa memutar ke sana sini. Tapi ia terus melakukan hukumannya karena sebentar lagi akan selesai.

"Aylaza! Tinggal 2 putaran lagi baru kamu bisa kekelas!!" Teriak Bu Sri sembari berdiri dari kursi yang di duduknya, jaraknya dengan Aza lumayan jauh.

Aza mengangguk dan mau melangkah lagi untuk berlari, tetapi Kepalanya malah terus berputar. Aza juga menyadari tatapan sinis dari Bu Sri yang terus melihatnya dari jarak yang lumayan jauh, ia harus segera menyelesaikan hukuman ini.

Namun, saat mau melakukan putaran ke 10, tubuh Aza ambruk di samping tiang bendera.

Bu Sri kaget sekaligus panik melihat itu, dengan tak punya hati ia meninggalkan Aza di lapangan tanpa ada satupun orang di sana. Ia lebih memilih untuk pura-pura tak tau apa yang terjadi daripada dirinya di cap jelek lagi sebagai guru karena memberi hukuman berlebihan seperti itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, wajar saja Aza pingsan dengan keadaan panas terik dan dalam keadaan perut kosong.

***

Nahlan Rayenda yunanda, merupakan ketua OSIS di SMA BUMI SAKTI.

"Minggu depan kita rapat lagi untuk bahas ini" ujar Nahlan sembari berdiri dari kursi rapat.

Anggota osis pun mengangguk.

"Kalian bisa balik ke kelas masing-masing" ujar Nahlan

Semuanya lekas keluar dari ruangan osis hingga tinggal Nahlan seorang di sana. Ia keluar mengunci ruangan tersebut lalu berjalan ke arah atas untuk ke ruang kelasnya. Ia ingin menuju ke kelas bahasa Inggris. Tugasnya mengurus beberapa kepentingan di ruang osis telah selesai.

Nahlan pun berjalan dengan santai di lorong tersebut sembari melirik ke sana kemari tak tentu arah. Namun saat melewati lapangan utama sekolah yang berada di atas, Nahlan kaget ketika Sosok yang tak asing di matanya sangat terlihat jelas dan berbaring di dekat tiang bendera lapangan.

Itu Aza.

Nahlan dengan panik berlari ke arah lapangan, lalu mengangkat Aza.

"Kenapa bisa gini ay" ujar Nahlan panik setengah mati melihat Aza tergeletak tak berdaya di bawah teriknya panas matahari.

Rumah singgahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang