Tamparan

24 26 7
                                    

Aza duduk di taman belakang sekolah sembari menikmati angin sepoi-sepoi bersama Clara Destania, teman perempuan di kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aza duduk di taman belakang sekolah sembari menikmati angin sepoi-sepoi bersama Clara Destania, teman perempuan di kelas.

"Za, ke kelas yuk" ajak Clara

"Kamu duluan aja deh, aku masih mau di sini" ujar Aza

"Okedeh, aku duluan yaa. Jangan lama-lama za, nanti mapel Bu Sri, nanti kamu di omelin lagi" ujar Clara sembari terkekeh lalu beranjak pergi.

Aza tersenyum tipis "iyaaa santai aja" jawab Aza.

"Aku Tau kamu sahabatnya Nahlan! Aku juga sama! Sahabatnya Helena! Tapi kenapa kamu gak bisa ngejaga perasaan orang lain!" Teriak perempuan tomboy dengan nada marah dari arah belakang kursi yang Aza duduki.

Aza menoleh ke arah belakang tempat ia duduk. Ia diam sejenak, menatap bingung ke arah kedua perempuan itu.

Aza menatap bingung. Kedua perempuan tadi berjalan mendekat Aza. Aza berdiri menyamakan posisi sembari terus bertanya-tanya dalam benaknya.

Perempuan berambut pendek yang bername tag Vioreta Miranda tersebut menggenggam erat rahang Aza, sehingga wajah Aza menatap langsung tatapan tajam Dari Vioreta.

"Aku bilang sekali lagi sama kamu, jangan ganggu hubungan Nahlan sama Helena." Ujar Vioreta sembari menekan setiap kalimat yg ia ucapkan.

Setelah itu vioreta melepas cengkramannya dari rahang Aza. Gadis yang berdiri di sebelah Vioreta tersebut menatap tak suka ke arah Aza. Nama gadis itu sepertinya Megakara indara terlihat Dari nama di bajunya.

"kamu sadar ga si? Klo kamu tuh cuman benalu di hidup Nahlan. Kamu Bukan cuman benalu di hidup dia aja, kamu juga benalu di hidup Helena!" Maki Megakara kepada Aza.

Aza terdiam membisu, tubuhnya seakan-akan kaku. Tetapi matanya mengeluarkan sedikit cairan bening yang hampir saja jatuh.

"K-kalian k-kenapa.."

Plak!!

Wajah Megakara tertoleh ke samping. Seseorang menarik tangan Aza untuk mundur agar sedikit menjauh Dari Megakara dan Vioreta.

Megakara memegang panas pipinya. Wajahnya mendongak, melihat siapa yang baru saja menampar pipinya dengan kasar.

"CUKUP MEGA! VIO!" Perikik Helena dengan nafas tercekat.

Megakara tertawa hambar, Vioreta membelakan matanya melihat Helena yang menampar Megakara dengan kasar.

"Bisa-bisanya nampar sahabat sendiri demi si benalu" Ujar Megakara tak percaya.

"Aku ga pernah minta kamu sama Vio buat ikut campur sama urusan percintaan aku!" Teriak Helena, suaranya hmpir habis, nafasnya seakan tercekat.

Vioreta menarik megakara agar mundur sedikit Dari Helena, lalu dirinya maju ke depan Helena.

Aza Terisak segukan. Dirinya bingung dengan keadaan yang tambah panas saat ini. Untung tidak ramai orang ditaman tersebut.

"Plis udah.." Ujar Helena lemah.

Vioreta membuang arah pandangannya. "Na, Dari sini aja aku udah bisa simpulin. Kalo kamu ga butuh aku Sama Megakara lagi, kamu rela nampar Mega hanya karena Cewe yang udah ganggu hubungan kamu sama Nahlan?!" Ujar Vioreta lalu menarik tangan Megakara untuk menjauh Dari Helena. Dengan cepat di tahan oleh Helena.

"Vioo... Mega... Maksud aku gak gini" Ujar Helena sedikt Terisak.

Aza pun Buka suara. "H-hiks maafin aku udah buat kalian jadi berantem" Ujar aza Terisak

Mega muak dengan ini semua. Muak dengan Aza yang sok lemah.

"Ini semua gara-gara kamu za! Coba aja kamu ga Dekat sama Nahlan terus! Nempel sama dia! Pasti kita bertiga ga Gini!" Teriak Megakara sembari mengepal tangannya.

"H-hiks maaf.." Isak Aza lirih.

"Aku Sama Nahlan cuman sahabat, ga lebih." Ujar aza lagi mencoba membela diri

Megakara maju lebih Dekat ke arah aza. "Beri aku alasan za! beri aku alasan biar ga marah sama kamu!!" Perikik Megakara dengan nada kasar.

"Kamu selalu aja, ada di setiap Helena mau  sama Nahlan!!"

"H-hiks, Semenjak Ibu ga ada, cuman Nahlan yang ada buat aku di saat aku lagi sedih.."

"Nahlan satu-satunya tempat sandaran yang aku punya sekarang..."

Megakara menghembus nafas kasar. Dirinya meninju pohon yang ada di sampingnya.

Bugh!!

"ITU BUKAN ALASAN ZA! KAMU MANIPULATIF JADI ORANG! ITUU OBSESI KAMU PENGEN SEPENUHNYA SAMA NAHLAN TANPA INGET ADA HELENA!" Megakara memaki keras, ia sudah tersulut emosi yang membera sejak tadi.

Tangisan Helena pecah. Yang di ucapkan Megakara ada benarnya juga.

"H-hiks, tapi itu yang Aza fikir.."

"Cukup za, sekali lagi aku minta sama kamu. Stop Dekat Nahlan Dan jangan pernah ngomong Sama Helena. Masalah ini udah selesai. Walaupun sebenarnya belum selesai sama sekali." Ujar Megakara sembari pergi dengan emosi yang masih memuncak. Vioreta mengikutinya dari belakang.

Tangisan Aza pecah. Ia terduduk di kursi taman sembari memukul dadanya pelan.

Helena ikut duduk di samping Aza. "Za aku minta maaf atas nama Mega dan vio" ujar Helena sembari menggenggam tangan Aza.

Orang-orang yang ada di kantin pun mendengar suara nyaring dari makian Megakara tadi, hingga taman belakang sekolah ini jadi cukup ramai dan padat.

Aza menatap Helena dengan sendu. "Maaf na, kalo selama ini aku udah jadi benalu di hubungan kamu sama Nahlan" ujar Aza sembari terisak-isak.

Helena memeluk Aza. "Iya za iya. Aku paham posisi kamu gimana" ujar Helena sembari menitikan air mata.

Helena mau menenangkan Aza, tapi dirinya sendiri tak bisa tenang jika Nahlan bersama Aza.

Helena membohongi dirinya sendiri.

Rumah singgahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang