Clara menatap marah ke arah Nathan dari arah parkiran, tangannya mengepal kuat sembari menatap wajah Nahlan dari jarak jauh yang tampak masih tersenyum bahagia bersama Helena di depan ruangan OSIS.
Dengan langkah cepat, Clara langsung menghampiri Nahlan dan Helena di depan ruang osis tersebut.
Plak!!
Satu tamparan keras terasa ngilu di bagian pipi sebelah kanan Nahlan, wajahnya langsung menoleh ke samping karena tamparan itu sangat keras.
Helena menganga lebar melihat Clara menampar kekasihnya, ia menatap tak percaya bahwa Clara-lah pelakunya.
"Lo apa-apan sih!" Maki Nahlan tak terima karena di tampar oleh Clara dengan keras, kini pipinya terasa ngilu, mungkin akan membiru nanti.
Clara sudah tak tahan lagi, kemarahan yang ia tahan selama seminggu kini meledak juga.
"LO TANYA GUE KENAPA? HARUSNYA ELO INTROPEKSI DIRI! LO TAU APA ALASAN GUE NAMPAR ELO??!!! LO GAK SADAR JUGA ATAU EMANG LO BEGO!" Maki Clara sembari menunjuk wajah Nahlan yang bahkan masih menatap dengan rasa tak bersalah.
Erika Rinasya yang sebagai wakil ketua osis, kebetulan sedang ada di dalam ruangan itu langsung keluar mendengar keributan yang terjadi, begitu pula dengan Hazel Diswara yang juga ada di sana.
"Ada apasih, ribut di sini" ujar Erika sembari menatap ke arah Clara dengan tatapan yang sulit di artikan.
Clara menatap ke arah Erika, lalu tersenyum miring. "Mending Lo diem, gue gak ada urusannya sama Lo" ucap Clara sembari menatap benci ke arah Erika.
Erika diam mendengar jawaban itu. Hazel tak mau ikut campur dengan urusan ini, ia lebih memilih pergi duluan meninggalkan orang-orang berisik itu.
Helena membuka suara, sedari tadi gadis ini hanya bungkam tak bersuara. "Cla, ada apa?" Tanya Helena dengan suara lembut.
Clara memutar bola matanya malas. "Lo pasti tau Aza kemana kan?! Kenapa elo gak mau bilang sama gue!" Maki Clara lagi, menghiraukan ucapan Helena.
Helena mengerti sekarang, pasti soal Aza lagi. Hidupnya tidak pernah tenang jika Aza masih saja menjadi masalah di hubungannya dan Nahlan.
Nahlan menyerit kebingungan. "Harus berapa kali gue bilang, gue gak tau Aza ke mana".
Clara muak, demi apapun Clara ingin mencabik-cabik wajah Nahlan sekarang juga. "Bangsat ya Lo! Kalo aja Aza sampe gak masuk juga Senin depan, gue gak bakal tinggal diam lan. Dan pasti hilangnya Aza tanpa kabar ada hubungannya dengan elo" ujar Clara sembari menunjuk wajah Nahlan dengan emosi, kesabaran gadis ini memang setipis tisu bahkan di bagi dua.
Clara beralih menatap Helena. "Dan elo na, Lo sama aja dengan teman Lo, si Mega dan vio. Sama-sama busuk" ujar Clara sembari menekan kalimat terakhirnya.
Helena meneguk ludah kasar. Ia menatap mata coklat Clara, hanya kebencian yang ada di dalam sana.
Erika yang masih ada di sana pun diam. Ia tak tau apa yang terjadi sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah singgah
RandomKekacauan sudah terjadi semenjak Aza di tinggal oleh kedua orang tuanya. Di tambah lagi ia harus hidup bersama Tante dan Abang sepupunya yang kasar dan pemabuk berat. Kesedihan Aza di tambah ketika ia di tuduh menjadi benalu di hubungan sahabat laki...