Me and Her

47 3 0
                                    

"Apa? Tahanan? Karena tuduhan macam hal itu? Oh Tuhan..."

               Perempuan bergaun merah itu sedikit menaikkan nada bicaranya. Atau lebih pada tepatnya, volume suaranya. Seharusnya, ia pelankan suaranya. Karena ada beberapa prajurit penjaga yang meliriknya saat ini.     
               Tentu saja menjaga volume suara dan etika berbicara sangatlah perlu dilakukannya, karena ia putri seorang konglomerat yang bisa dipastikan tak lama lagi akan bersuamikan seorang pangeran negeri kelahirannya sendiri.

Nana hanya menunduk, lalu mengangguk.

"I..Iya, nona.... Maka itu, bukankah anda akan menjadi istri tuan muda Hillery? Akankah permintaan saya yang satu ini akan anda penuhi?"

"Tentu, Na. Apa itu? Asalkan kau tak mnyuruhku menyulam satu keranjang pakaian ya... Sekarang, katakan apa permintaanmu?", tanya perempuan bergaun merah yang dipanggil Nana dengan sebutan nona Savana.

"Begitu mudah. Dan saya yakin anda sanggup memenuhinya. Lebih tepatnya, ini adalah hadiah dari saya. Saya akan memberikan panggilan baru untuk anda. Nana. Panggilan terbaru saya untuk anda. Terdengar layaknya nama panggilan saya. Tapi, siapa yang agaknya akan peduli dengan saya lagi sehabis ini? Penjaga, pelayan istana bahkan kawan senasibku di penjara ini mengenalku sebagai Silvyona. Hanya Vina, salah satu pelayan istana dan Levine, temanku yang tahu panggilan itu, selain tuan muda Hillery."

               Savana menoleh. Nama calon suaminya disebutkan dalam penjelasan gadis dihadapannya ini berhasil membuat ia penasaran. Pandangan bertanya serta satu pertanyaan,

"Hillery?"

"Ya, pangeran Hillery. Saya mungkin dapat dikatakan sebagai temannya. Belum lama ini saya berkenalan dan sering berkunjung ke istana. Menemani dan membantu tuan muda dalam beberapa hal. Yah....Di..dia teman saya. Jadi, adakah sudi anda mau menerima hadiah dari saya?", menolehkan kepalanya kepada Savana.

"Hmmm, ya... Itu nama yang mudah dan menarik. Dan kenapa kau memberikan panggilanmu sendiri untukku?"

"Itu hadiah dari saya, nona. Ada satu permintaan yang penting dan jagalah ini layaknya amanat. Jika tuan muda bertanya soal saya, jawablah anda adalah saya. Katakan sebenarnya Nana adalah anak dari ayah anda. Dalam artian, kita seseorang yang sama yang pernah ia kenal. Ya, mungkin anda takkan sudi jadi saya. Tapi, tolonglah. Demi seseorang yang akan menjadi suami anda. Saya adalah semangat dan hasrat baru baginya untuk tetap menjalani hidup secara normal. Yang mulia ratu mengatakan, saya adalah cahayanya setelah lebih dari setahun terpuruk karena trauma setelah kecelakaan yang dialaminya dan membuat matanya buta. Cintai dan sayangi dia sepenuh hati anda. Bolehkah sekiranya anda akan mengabulkan sekali lagi?"

               Sebetulnya, ada banyak pertanyaan memenuhi kepalanya. Ada pula banyak ia merasa penasaran dengan gadis yang telah ia akrabi sedari tujuh tahun usianya saat itu. Namun, dengan ragu dan hati bergejolak, keputusannya tetap berakhir kepada anggukan kepala.

"I..Iya. Ten..tentu saja akan aku lakukan untukmu dan untuk Hillery...", sedikit gagap bicaranya, akan tetapi senyum tetap mengiringi agar tak ada curiga yang tertanam pada pikiran gadis muda yang bertaut usia lebih muda setahun darinya ini.

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

               Pagi sekali. Sang surya belum nampak. Namun, gadis ini sudah harus terusik dari tidurnya. Savana de Lucy. Putri konglomerat yang dipandang di seluruh negeri sebagai layaknya putri kerajaan.

Bak Chleopatra.

Cinderella, kata sebagian orang.

Ada pula sebagian lain menyebutnya semisal Dewi Aphrodit.        
   
                Parasnya bukan main begitu menggoda setiap mata yang melihat memandang. Tak kan lagi dikecualikan, lelaki. Sudah hal biasa bagi lelaki. Tergoda dengan paras wanita pasti hal yang akrab bersapa dengan hidup mereka.

NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang