03 - Teman(?)

63 4 0
                                    

~ bulan juga memerlukan bintang di gelap dan sunyinya malam ~

Seorang bocah laki-laki dan perempuan sedang asik bermain berdua di taman yang berdekatan dengan danau. Anak perempuan itu duduk di atas ayunan sambil menggoyangkan kaki kecilnya itu.

"iyo kenapa mau temenan sama Ara?Ara kan cacat ga bisa denger."dengan polosnya Ara bertanya kepada temannya.

Iyo mendekat ke arah gadis itu, sambil membawakan gelang bunga yang di bikinnya sendiri dari ranting dan bunga-bunga yang berjatuhan.

"Karna kamu itu baik, dan kamu itu spesial"ucap bocah laki-laki itu yang dipanggil iyo.

"Tapi kata mama Ara, Ara itu anak pembawa sial. Karna Ara, papa jadi meninggal dunia"dengan pandangan menunduk menahan tangisannya.

"Kata bunda iyo, anak itu anugrah dari tuhan, dan setiap anak itu merupakan karunia buat setiap orang tua. Bunda iyo juga bilang, setiap orang tua itu pasti sayang sama anaknya."diusapnya lembut rambut bocah perempuan itu.

"Tapi mama Ara benci sama Ara"tangisnya pun pecah seakan-akan ia sudah tidak kuat menahan semua ini.

Dipeluknya bocah perempuan itu, menyalurkan kekuatan agar tetap terus kuat.

"Mama kamu itu ga benci sama kamu. Kamu percaya deh sama iyo. Udah kamu jangan nangis lagi. Nih, iyo buatin gelang bunga buat Ara"diusapnya lembut pada air mata Ara.

 Nih, iyo buatin gelang bunga buat Ara"diusapnya lembut pada air mata Ara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*anggep aja gelangnya dari ranting pohon

"Wahh, bagus banget. Ini iyo yang bikin?"ucap Ara dengan antusia.

"Iya. Ini buat kamu, sebagai tanda gelang pertemanan kita"dipakainya Ara gelang cantik itu.

"Makasi ya, Ara janji. Ara bakal jaga gelang ini terus"

~~🌙~~

"Mama udah pulang kerja?"Ucap Ara saat melihat mamanya pulang kerja.

"Gausah sentuh-sentuh saya anak pembawa sial!"ditepisnya kasar tangga gadis itu saat ingin meminta salim.

Perih hati Ara saat mamanya bersikap seperti ini. Senyum tulus yang selalu dia berikan pada mamanya kini berubah menjadi senyum sendu dengan sejuta beban.

"Mama mau makan apa? biar Ara masakin mama"diikutinya Faniya yang menuju dapur untuk mengambil air minum.

PRANGG

Dilemparnya gelas beling itu didepan anaknya. Kesal, muak selalu Faniya rasakan saat berada di dekat Ara. Setiap dia melihat Ara selalu membuat dia ingat dengan suaminya dan juga kecelakaan itu. Rasa dendamnya hingga saat ini, penyebabnya karna dia yang membuat suaminya meniggalkan dirinya.

Dear mamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang