~ bulan bersinar terang malam ini ~
"Ra, lo yakin ga mau pulang bareng kita"sudah kesekian kalinya Sinta bertanya ke pada Ara.
"ga perlu ta. Aku harus kerja dulu. Lagian arah tempat kerja aku sama rumah kamu lawan arah"balas Ara.
"Terus lo pake apa kesono nya?"tanya Aurel. Sebenarnya mereka berdua sudah memaksa Ara untuk pulang bersama, mengingat hari ini Ara tidak membawa sepeda.
"Aku bisa nunggu angkot"balas Ara.
"Yaudah kita temenin sampe angkotnya dateng ya"anggukan kepala oleh Sinta menanda setuju dengan apa yang Aurel bilang.
"ga perlu. Itu kalian semua udah pada di jemput"tunjuk Ara pada mobil yang mendekat ke arah mereka.
"Lo beneran bisa sendiri ra?"tanya Sinta lagi.
"Iya, udah kalian pulang dulu aja. Bentar lagi juga dateng angkotnya"usir Ara pada kedua temannya. Ara bisa aja sebenarnya pulang bersama teman-temannya, cuman dia tidak enak harus mengantarnya ke tempat kerja dia yang berlawan arah dengn tempat tinggal Sinta dan Aurel.
"Yaudah kita duluan ya. Kalo ada apa-apa kabarin kita ya"ucapan Aurel di anggukin oleh Ara. Setelahnya Aurel dan Sinta pergi meninggalkan dia berserta beberapa orang yang menunggu di halte.
Ara duduk sembari memainkan kaki kecilnya yang menendang-nendang krikil kecil. Ara tau sedari tadi dia dilihatin oleh Orang-orang satu sekolahnya itu yang juga menunggu di halte. Tapi dia tidak menganggapi.
Seharian ini dia tidak melihat kakak kelasnya si Syasa dan temannya itu Rara. Ara denger katanya mereka di skors sama kepsek, Rara di skors selama 2 hari dan Syasa di skors selama seminggu.
Ara sedikit tenang, selama seminggu kebelakang mungkin tidak ada yang menindasnya lagi. Tapi tidak tau kalo mereka sudah masuk kembali. Berdoa saja semoga tidak terjadi apa-apa lagi, Ara cuman ingin bersekolah dengan tenang dan menyusul abangnya yang berada di Amerika.
Sebuah motor ninja merah berhenti di depannya. Membuat aktivitas yang di lakukan Ara berhenti dan memandang pria di motor itu.
"Ra, kenapa belum pulang?"Bima, ya cowo yang di atas motor ninja merah itu adalah Bima. Sembari membuka helm full facenya, dia bertanya pada Ara.
"Aku lagi nunggu angkot"percakapan mereka tidak luput dari orang-orang yang menunggu di halte tersebut.
"Ayo bareng gue aja, biar gue anter"ucap Bima. Bisik-bisik dari orang-orang itu mulai terdengar membuat Ara menundukkan kepalanya.
"Emm, ga perlu aku bisa nunggu angkot aja"balas Ara.
"Jam segini angkot udah jarang lewat. Dari pada kesorean mending bareng gue aja"Bima tau Ara menolak nya karna tidak enak mendengar bisik-bisikan orang-orang ini. Bima turun dari motornya dan mendekat ke arah Ara.
"Ayo, gapapa sama gue aja"ditariknya lembut tangan Ara menuju motornya. Ara hanya diam saja sembari menundukan kepalanya.
"Kebetulan tadi pagi gue nganter adek gue jadi bawa helm dua"di pakai kan nya kepala Ara yang menunduk itu dengan helm adiknya. Ara hanya diam saja menatap perilaku Bima. Tidak biasanya Bima bersikap seperti ini. Ara merasakan semenjak mereka berdua di ruang osis, perilaku Bima jadi lebih manis lagi kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear mama
Novela Juvenil[On Going] "Ara hanya butuh tangan mama buat peluk Ara mah, bukan untuk menuangkan semua rasa benci mama kepada Ara" _________________________________________________________________________ "Jika kepergian Ara bisa buat mama meluk Ara untuk terakhi...