Hay, semua nya..
Gimana nih kabar kalian? Semoga kalian sehat-sehat terus ya..
.
.
Oh iya nggak kerasa ya, bentar lagi udah masuk bulan Ramadhan. Di bulan yang penuh berkah.Nah pas banget nih cerita GUS NADHIF ajari aku islam bisa jadi bacaan di bulan ramadhan kalian, karna akan selalu nemenin kalian di 30 hari ke depan...
Happy Enjoy Reading ya..
.
.
.
.5. MASIH SOAL HUKUMAN.
"Aaaa.. sakit! lo gila ya main lepasin begitu aja, emang nggak sakit apa?!" Maki Dyra meringis kesakitan.
"Bukan saya bermaksud begitu, tapi kita bukan mahram Mba, nanti timbul Dosa," Ucap Gus Nadhif dengan lemah lembut.
Dyra lalu bangkit dari jatuhnya, ia menatap Gus Nadhif garang. Sorot matanya tajam kearah cowok itu.
"Bantuin gue nggak bikin makalah?!" Pinta Dyra sedikit memaksa.
"Gue dihukum sama Pak Jansen, gue disuruh buat makalah seratus halaman dalam dua hari." Jelas nya kesal.
"Dan ini juga jadi masalah buat lo, enak aja lo main pergi begitu aja!" Celetuk Dyra.
"Saya tidak ada sangkut paut nya dengan hukuman yang Pak Jansen kasih ke Mba, karna memang itu kesalahan Mba sendiri?!" Tegas Gus Nadhif lembut.
"Maaf bentar lagi saya ada jam kelas, jadi--saya harus pergi!" Ujar Gus Nadhif. Ia mengucapkan salam lalu pergi meninggalkan cewek itu sendiri.
Dyra mengerang kesal, ia hanya memandang Gus Nadhif yang berjalan pergi dengan raut wajah emosi.
"Woy dasar lo cowok arogan! Penampilan alim tapi orangnya nyebelin tahu nggak!" Teriak Dyra kesal. Percuma saja ia mencarinya, kalau sama aja bohong tidak ada hasil. Kini ke khawatiran Dyra semakin menjadi-jadi. Ia bingung harus berbuat apa lagi supaya cowok itu mau membantu nya.
"Sial! Gimana ini, gue harus cepat ngerjain makalahnya! Kalo dalam dua hari belum selesai--bisa mati gue di marahin Pak Jansen!" Ucap Dyra pelan namun jelas. Raut wajahnya terlihat panik.
Di samping itu, Gus Nadhif sampai didepan kelas. Ia segera masuk dan tak lupa mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum.."
Sekarang pukul dua belas kurang sepuluh menit. Jam kelas akhirnya selesai. Mahasiswa berbondong-bondong keluar dari kelas. Disusul Gus Nadhif yang bangkit dari tempat duduk.
Selang beberapa menit, terdengar suara adzan berkumandang."Tuh udah adzan, yuk kita sholat!" Ajak Gus Nadhif.
"Dhif, lo duluan aja, nanti gue sama Erl nyusul." Jawab Randy.
"Iya, nanggung Dhif bentar lagi kelar nulisnya," seru Erlangga sambil menulis sesuatu di buku.
Gus Nadhif mengambil buku milik mereka berdua, lalu menutupnya. Ia menyeringai, "Udah nulis nya ditinggal dulu aja, nanti kan bisa dilanjut setelah selesai sholat?"
"Nggak baik loh.. nunda sholat! Selagi kita bisa mendengar adzan berkumandang.. mending kita langsung ke masjid untuk sholat." Jelas Gus Nadhif pelan namun jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS NADHIF ajari aku islam
RomantizmJika engkau takdir kan hamba dengan nya untuk bersama, bismillah ya allah izinkan hamba menuntun nya ke jalanmu yang benar. -Gus Nadhif Rasyad Sabil- "Gus Nadhif, kamu mau ajari aku lebih dalam tentang islam?" Pinta Dyra Dzafin...