"Nouls today is powerful enough!" Mason tertawa sambil merebahkan diri di sofa ruang backstage, tempat Hymn for the Lonely Soul beristirahat dan bersiap untuk tampil. Edgar hanya tertawa kecil sambil meminum air kehausan. Jangan ditanya kabar Jean yang sudah bernyanyi tanpa henti hampir selama satu jam itu, dirinya sudah anteng duduk lesehan sambil bermain ponsel.
Single terbaru mereka yang berjudul Smoke and Mirrors mendapat hit yang diinginkan. Antusiasme para penggemar meledak-ledak, membuat para anggota Hymn for the Lonely Soul merasa senang dan lega di saat bersamaan.
Jean membunyikan lehernya yang pegal, mata pria itu tangkap Saki yang sudah bersiap-siap merapikan barang tanpa beristirahat terlebih dahulu, "Bro? Kenceng amat, gak mau istirahat dulu?"
Saki menggeleng, "Gue ada janji besok pagi, mau ke butik," Sontak kalimat tersebut buat seluruh anggota Hymn for the Lonely Soul terbelalak.
"Lagi?!" Edgar berseru, buat Saki mengangguk pasrah.
Sepertinya sudah empat kali dalam sebulan ini, Saki miliki lingkaran merah bertanda 'Penting! Harus dihadiri!' pada kalender yang sudah dipoles oleh kedua orang tua pria itu.
Saki resmi berusia 28 tahun, tahun ini. Kata orang tuanya sih usianya sudah sangat matang untuk menikah. Mengingat keduanya memang sangat mendambakan penerus keluarga Dmitri.
Jadi, perjodohan demi perjodohan sudah digariskan oleh kedua orang tuanya, Saki tidak bisa lari begitu saja dari agenda tersebut. Mengingat dirinya tak pernah jalani hubungan asmara dengan seorang wanita (Saki normal, sumpah) tentu saja dirinya tidak punya alasan menolak.
"Bilang aja sih lo gak mau dijodohin terus. Gila, gue yang denger aja capek loh," Mason menggeleng-geleng keheranan. Pasalnya semua gadis yang dijodohkan dengan pria itu sudah pasti, mengincar nama Dmitri saja.
Siapa sih yang tidak kenal Deandra Dmitri, sang pemilik perusahaan real estate terbesar di kota ini, pun menduduki posisi sepuluh teratas di negara. Istrinya, Yves Dmitri adalah pemilik butik Ymitri's yang sering digandrungi oleh para pejabat.
Saki mengindikan bahu, "Ya gimana lagi, potensi gue jadi perjaka tua gede banget soalnya."
"Tapi, Sak," kalimat Edgar menggantung, "Lo pernah naksir perempuan kan?"
"Pernah lah, gue normal!" seru Saki tidak terima.
Dirinya memang pernah sukai seorang gadis saat masih SMA dulu. Saki bersekolah di sekolah khusus laki-laki sampai SMP, sebelum akhirnya pindah ke sekolah negeri biasa pada SMA.
Gadis tersebut adalah kakak kelasnya, yang sekarang sudah menikah dan memiliki dua anak. Saki pun datang ke acara pernikahan itu.
"Lo selama kuliah gak pernah pacaran gitu?" Jean bertanya penasaran, dijawab Saki dengan gelengan, "Wah, kuliah lo bosenin banget ya pasti."
Saki tertawa miring, "Gak berasa sih, soalnya gue sibuk organisasi. Ya gak, Bos?" pertanyaan tadi ia ajukan pada Mason, keduanya memang berkuliah di tempat yang sama pada jurusan yang sama pula.
Mason hanya mengangguk singkat menyetujui, bagaimanapun juga, Saki miliki tipe perempuan yang terlalu mustahil untuk diraih, bagi teman-temannya. Namun Saki kekeh, katanya ia akan temukan gadis seperti itu suatu hari nanti.
***
Tatapan mata Saki datar menatap meja bundar berbalut alas meja berwarna putih tulang itu. Seperti biasa, setelah obrolan antar keluarga seperti ini, pasti kedua orang tuanya akan berpura-pura meninggalkan Saki dan rekan perjodohannya itu berdua saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
13 Problems That Rosaline Did
Teen FictionSemenjak Rosaline mengangkat telpon dari nomor tak dikenal yang mengaku sebagai Jeff, bassist dari sebuah band terkenal yang tak sengaja mampir di restorannya untuk menghadiri sebuah acara perjodohan, Rosaline terus-terusan membuat masalah sampai 13...