Lembar demi lembar kertas menjadi saksi atas bagaimana sukarnya Rosaline menghapal sepatah demi sepatah kata atas hal-hal yang disukai dan tidak disukai Saki, oh jangan lupakan pria itu juga menyuruh Rosaline menghapalkan beberapa hal remeh (jaga-jaga jika kedua orang tua pria itu memulai sesi wawancara).
Saki tidak lebih baik, Rosaline juga beri segudang list terkait dirinya kepada Saki melalui pesan e-mail.
Ujung bibir Saki terangkat naik saat ia baca satu persatu kalimat menarik yang Rosaline ketik.
• Say NO buat cowok band! They always leave me a bad memories, duh!
• I love chocolate brownies with crumbs on top. Menurut gue, brownies yang enak adalah brownies yang garing bagian atasnya tapi fluffy di dalam.
• Oh how I love man who always makes me feel like I'm safe.
• I spend my time working on some arts.
• Baby pink is cute. I love baby pink.
Oh Tuhan.
"She's being brutally honest here. Kasian kayaknya dia sebenci itu sama cowok band tapi masih harus ngadepin gue lagi." Saki menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari sambil bersandar ke kepala kursi, matanya masih sedikit memicing ke arah layar laptop, "Tiga pertemuan doang, bisa ditahan lah, Rosaline."
***
Rosaline terus-terusan menyisipkan rambutnya ke belakang telinga. Sebenarnya gadis itu putuskan untuk menguncir kuda rambutnya dengan sedikit aksen bergelombang bak Ariana Grande KW super, namun apa yang Saki lakukan selepas Rosaline masuk ke dalam mobil sungguh luar biasa kurang ajar.
Pria itu tarik scrunchie yang dikenakan Rosaline, buat rambut pirang gadis itu turun dengan lembut ke bahu. Bukan apa ya, selain Saki malah mengalungkan scrunchie itu ke pergelangan tangannya, Rosaline butuh waktu 30 menit untuk mengatur rambut ini!
Netra bersih Rosaline tatap jalanan kota yang nampak licin dan basah sebab hujan deras yang mengguyur tak ada satu jam sebelumnya. Saki bersiul sambil mengusap-usap scrunchie Rosaline yang saat ini sudah bertengger manis di pergelangan tangannya.
"Inget yang gue tulis kemarin?" Rosaline mengangguk, selepas keduanya setuju untuk memainkan drama ini, Saki menjadi lebih informal dan tidak lagi menggunakan saya-kamu dalam percakapan sehari-hari.
Saki mengangguk-angguk sambil memutar kemudi ke arah kanan, "Konser pertama apa yang gue datengin?"
"Westlife. Kenapa gue masuk jurusan seni waktu kuliah?"
"Soalnya lo gak suka matematika," Saki menginjak pedal rem, memberhentikan laju kendaraan, "Kita ketemu di mana?"
"Konser," untuk bagian ini, mereka memutuskan untuk tidak berbohong demi kelancaran drama-drama mendatang, Rosaline berdeham, "When was our first kiss?"
Saki tersenyum miring sambil sedikit menoleh ke arah Rosaline, "'Mau sekarang?"
"Skenario! Skenario!" Rosaline menjerit kesal.
Keduanya habiskan waktu kurang lebih 15 menit penuh dengan cekcok di dalam mobil, salahkan sifat flirty Saki yang tidak bisa membaca keadaan. Rosaline sedang panik setengah mampus saat ini.
Mobil masuk ke jalur valet parking, sebelum Saki turun duluan dan berlagak seperti gentle-man yang membukakan pintu untuk Rosaline.
Rosaline tersenyum penuh kepalsuan (ingat semuanya masih sandiwara belaka) sambil lingkarkan tangannya di lengan Saki. Samar-samar ia dapat rasakan kerasnya biceps pria itu. Saki berjalan sedikit lebih pelan daripada biasanya, Rosaline miliki kaki yang jenjang sehingga tidak perlu kesulitan menyamai langkah Saki.
KAMU SEDANG MEMBACA
13 Problems That Rosaline Did
Novela JuvenilSemenjak Rosaline mengangkat telpon dari nomor tak dikenal yang mengaku sebagai Jeff, bassist dari sebuah band terkenal yang tak sengaja mampir di restorannya untuk menghadiri sebuah acara perjodohan, Rosaline terus-terusan membuat masalah sampai 13...