Rosaline menyingkap rok panjang yang ia kenakan, hari ini ia ada janji dengan seorang chef fine-dining pada pukul tiga sore dan janji dengan Luca pada pukul satu siang.
Luca mengedip antusias setelah Rosaline jelaskan via pesan kemarin malam kalau ia miliki kabar panas dari anggota Hymn for The Lonely Soul.
"Gini ya," Rosaline celingak-celinguk, takut kalau ada yang mendengar, "Kemarin itu Jeff dateng ke restoran gue."
Pupil mata Luca membesar, "Hah?!"
"Jangan teriak!" Rosaline menjerit tertahan, masih sambil memperhatikan sekitarnya. Saat ini mereka berdua sedang berada di Madame Bliss Coffee and Cake. Chef fine-dining Rosaline yang memilih tempat ini. Supaya tidak perlu bolak-balik, jadinya Rosaline juga memilih kafe ini sebagai tempat bertemunya ia dengan Luca.
"Kok," Luca masih kebingungan, "Ngapain dia kesana? Restoran lo yang mana?"
"La Roses. Dia kesana sama keluarganya gitu dan tau apa topik panasnya? Kayaknya dia lagi sama pacarnya deh!"
"Sumpah?!" rasanya Luca ingin berteriak sekencang yang ia bisa kalau Rosaline tidak memelototinya sampai nyaris keluar mata itu.
Rosaline mengangguk jujur, "Iya. Sialnya nih ya, kayaknya gue dikira pelayan deh sama dia. Soalnya dia minta wine ke gue."
Luca mengedip lamat-lamat, nampaknya masih ditimpa keterkejutan yang luar biasa, "Jeff udah punya pacar ternyata."
"Iya, tidak menutup kemungkinan J juga punya pacar," lanjut Rosaline tanpa rasa belas kasihan pada sahabat di hadapannya itu.
Ponsel Rosaline menyala, menampilkan layar dengan nomor tak dikenal yang memanggil. Sayangnya, Rosaline setel ponselnya dalam keadaan silent, buat ia tak mendengar ada panggilan yang masuk.
Sampai sebelas kali.
***
Sekitar pukul 8 malam, Rosaline masih stand by di La Roses. Setelah pertemuannya dengan chef tadi sore, ia mulai tergugah untuk menciptakan satu-dua resep baru berdasar saran yang ia dengar.
Jangan tanya apakah Rosaline menotis panggilan yang masuk, ia hanya sempat membuka ponsel untuk mengirim teks pesan kepada para penyortir bahan masakan untuk bertanya kapan stok datang dan penanggung jawab Rosa's Patisserie untuk menjelaskan kalau ia tidak akan datang malam ini.
Saat sedang berbincang dengan para pekerjanya yang lain di pantry, pintu terbuka, buat atensi seluruh orang yang ada di sana beralih. Waiter Rosaline yang bernama Dani mengintip dari celah pintu, sebelum akhirnya mendorong pintu lebih lebar dan masuk, "Kenapa, Dani?"
"Ada yang nyari Leader di depan, katanya ada keperluan sesuatu."
Rosaline memang kurang suka dipanggil Bos, jadi ia akan menyuruh para pekerjanya yang lain untuk memanggil ia Leader saja.
Rosaline mengangguk, walau dalam hati kecilnya ia sedikit gelisah takut-takut jika ada komplain yang masuk.
Wanita itu berjalan keluar dari pantry, tangannya bergerak usap-usap kain pakaian dan roknya agar tidak kusut. Langkah kaki Rosaline terhenti di dekat kasir, matanya nyalang menatap ke depan.
Jeff.
Pria itu tersenyum kecil sambil miringkan kepalanya saat lihat Rosaline berjalan mendekat, jadi orang ini sungguhan owner restoran toh.
Rosaline tersenyum ramah, seperti apa yang selalu ia lakukan pada pelanggannya yang lain, "Selamat malam. Ada yang bisa saya bantu?"
"Ada."
Ucapan singkat Saki memang sengaja ia buat menggantung, Rosaline mengedip lalu berdeham. Tangannya buat gestur agar Saki berjalan mengikutinya, "Mari."
Saki mengangguk lalu mengikuti Rosaline yang berjalan menuju ruang outdoor restoran, tempat yang selalu ditutup jika tidak ada penampilan musik jazz yang sedang tampil.
Gadis itu persilahkan Saki untuk duduk di kursi, lalu ia menyusul duduk di seberang pria itu. Matanya guratkan rasa penasaran, buat Saki tertawa kecil.
Saki ulurkan tangannya, "Saki."
"Rosaline," Rosaline membalas uluran tangan tersebut sambil mengangguk ramah. Seperti ia tak kenali saja pria di hadapannya ini, bahkan baru beberapa hari yang lalu ia datang ke konser band Saki.
"Saya notis, tempo hari kamu nonton konser saya di Hall Carie?"
Rosaline mengedip, "Maaf?"
Saki tertawa gemas melihat kebingungan yang terpancar dari raut gadis di hadapannya, "You heard me right."
"Iya, saya nonton."
"Terus, kamu juga yang nganterin saya wine kemarin waktu saya kesini kan?"
Rosaline mengangguk lagi, "Iya. Waktu anda datang kesini dengan keluarga dan kekasih anda."
Tak ayal, mata Saki berdenyut kesal, "Bukan. Bukan kekasih."
"Oh, maaf. Saya terlalu cepat berasumsi."
Saki mengindikan bahu tidak masalah lalu memandang Rosaline tepat di netra cokelat gelap gadis itu, sejujurnya sedikit membuat Rosaline tak nyaman karena pandangannya terlalu intens.
"Kemarin itu saya kesini buat acara perjodohan, keluarga saya emang sering ngadain acara itu."
Rosaline mengangguk (lagi) walau ia tak paham kenapa Saki tiba-tiba membahas hal ini dengannya, "Okay. Glad you bound with your lover in my restaurant."
"Oh, pardon me. That doesn't end well. Saya nolak perjodohannya."
"I'm sorry..." Rosaline berujar dengan nada rendah, tak ingin menyinggung perasaan lawan bicaranya.
Saki menaikan satu alisnya sambil tersenyum tipis, "Tapi itu gak bakalan bikin keluarga saya berhenti ngadain acara perjodohan lain lagi sih."
Okay?
Sekarang Rosaline benar-benar bingung apa poin utama dari maksud kedatangan Saki ke restorannya, pun ia tak tau kenapa pria itu sampai bercerita sepanjang ini kepadanya.
"Jadi, maksud kedatangan saya kesini tuh ingin berbincang tentang sesuatu," ucapannya nampak menggantung sebelum Saki keluarkan pertanyaan, "Kamu bisa acting?"
KAMU SEDANG MEMBACA
13 Problems That Rosaline Did
Teen FictionSemenjak Rosaline mengangkat telpon dari nomor tak dikenal yang mengaku sebagai Jeff, bassist dari sebuah band terkenal yang tak sengaja mampir di restorannya untuk menghadiri sebuah acara perjodohan, Rosaline terus-terusan membuat masalah sampai 13...