Tidak perlu menunggu jawaban Zion sampai Saki berlari keluar dari studio dan menuruni tangga dengan cepat bagaikan The Flash. Zion menyusul Saki tak lama kemudian, menyisakan tiga anggota Hymn of Frazier yang mengunyah dalam diam.
Jean masih mengunyah dengan mata sayu kelelahan, "Lu yakin itu mereka berdua cuma pura-pura?"
"Pura-pura, Bos. Kan Saki cerita sendiri," jawab Edgar tidak peduli dan masih asik mengunyah. Nom nom.
"Totalitas banget," Jean raih air mineral gelas yang selalu disediakan di bawah meja studio, supaya mereka tidak perlu bolak-balik dapur jika haus, "Yang cowok antusias banget kayak ketemu istri, yang cewek mau aja bikinin kue."
Mason mencebik, "Julid aja lo! Kalo gak mau sini kue lo buat gue!"
"Ye, rakus! Gue gak ada bilang gak mau kuenya ya!"
Sementara Jean dan Mason ribut, Edgar tetap mengunyah dalam diam sembari menggulir layar ponselnya. Melihat update-an terbaru di sosial media.
Edgar mengedip, menatap nanar ke arah piringnya yang sudah kosong, "Beneran enak lagi, pantesan itu restoran enggak pernah sepi."
Mari sisihkan cekcok keributan Hymn for The Lonely Soul sejenak, di lain sisi Saki sudah berderap turun dengan tergesa-gesa. Benar saja saat ia sampai di pintu dapur, matanya bisa tangkap Rosaline yang sedang membantu Bi Ida merapikan perlengkapan dapur. Pria itu hanya bisa tatap punggung Rosaline karena gadis itu berdiri membelakangi Saki.
Rosaline mengangguk dan tertawa kecil pada celetukan asal yang dikeluarkan oleh Bi Ida, tawanya bak direnggut paksa saat ia rasakan sesuatu yang berat di atas pundak sebelah kanannya. Gadis itu berusaha menoleh ke samping dan langsung di hadapkan oleh wajah Saki yang tersenyum jenaka.
Sumpah, rasanya seperti sedang melihat hantu!
Rosaline terkesiap sembari menggerakan tangannya untuk mendorong Saki menjauh namun Saki langsung membulatkan matanya diam-diam, sebuah kode agar Rosaline tidak bertindak mencurigakan di depan Bi Ida.
Senyuman terpaksa terlukis di wajah Rosaline, "Nga-pa-in?" nada suaranya seperti seorang robot.
Saki tertawa lalu menggosok-gosokan hidungnya di tengkuk gadis itu, ngusel-ngusel lah bahasa kasarnya, "Kok gak bilang mau dateng kesini?"
Bi Ida mengedip sambil tersenyum dua jari lebar-lebar, demi Tuhan selama dirinya mengabdi di keluarga Dmitri ini adalah kali kedua Bi Ida tidak mengira Saki penyuka sesama jenis. Duh, jangan salahkan Bi Ida! Saki memang tidak pernah membawa perempuan ke rumah, pun pria itu tidak pernah bercerita tentang seorang gadis yang ia taksir.
Kali pertama Bi Ida sadar kalau Saki normal adalah saat pria itu menonton Ada Apa Dengan Cinta, dan berkata ingin menikahi Dian Sastro. Hadeh, padahal sepertinya Saki masih berusia 5 tahun saat menonton film tersebut.
Senyum jahil Bi Ida terlukis di paras wanita itu, "Udah sini biar Bi Ida aja yang lanjutin kerjaannya," wanita itu ambil alih spons cuci piring yang Rosaline genggam lalu siram-siramkan air bersih ke tangan gadis itu, gestur menyuruh Rosaline segera membersihkan tangan, "Lanjut aja dulu ngobrolnya di depan. Mas Saki, tadi udah diberesin kok ruang tamunya."
Saki mengangguk, matanya tangkap Rosaline masih berdiri membantu. Kekehan kecil keluar dari bibir pria itu, tangan Saki tergerak untuk membantu Rosaline membersihkan tangannya, "Sini aku bantuin."
"Bisa sendiri!" seru Rosaline penuh salah tingkah, Saki tertawa semakin keras lalu menepuk pelan pundak gadis itu.
Saki menunjuk pintu keluar dapur menggunakan dagunya, "Aku tungguin di ruang tamu."
Sepertinya tidak ada lima menit Saki menunggu, Rosaline datang. Loh! Loh, gadis itu tidak sendiri! Saki berdecak keras tatkala lihat Zion mengekor di belakang gadis itu.
Mata Saki tatap tajam adik bungsunya lalu mengernyit tak suka, "Heh bocil, ini urusan orang gede. Lo balik kamar aja."
"Gak mau," Zion menggeleng, "Lo di depan Bi Ida aja berani nempel nempel, gimana gue tinggal sendiri."
Oh, rasanya Rosaline tersedak oksigennya sendiri.
Rosaline duduk di sofa seberang Saki, dengan Zion yang (malahan) duduk di sebelah Rosaline pas. Saki bersandar pada sofa abu-abu tersebut sambil menghela napas, "Lo ya yang nyuruh Rosaline kesini?" pertanyaan tersebut ia ajukan kepada Zion.
Zion mengangguk, entah kenapa ia bisa tebak kalau Saki akan mulai berceramah sebentar lagi. Dari pria itu tarik napas panjang saja, Zion sudah tau.
"Zion," Saki mengusap matanya karena jujur saja ia ngantuk dan lelah saat ini, "Bukannya apa, gue juga suka kalo Rosaline kesini, tapi dia punya restoran yang harus diurus-"
Rosaline menggeleng, tidak suka melihat orang dimarahi seperti itu padahal niat Zion baik, "Gu- ekhem, aku yang setuju-setuju aja waktu Zion nanya bisa enggak kesini buat bikin kue," potong Rosaline.
Zion menoleh ke arah Rosaline dengan penuh harap, akhirnya ia punya pembela! Zion mengangguk semangat, dengan wajah mengejek 'Rasain lo!' ke Saki.
"Tetep aja harusnya Zion tau kalo kamu punya kesibukan, emangnya enggak apa-apa restoran ditinggal begini?" ujung mata Saki sedikit berdenyut karena kesal melihat Zion yang terus-terusan memasang ekspresi kegirangan akhirnya memiliki pembela. Rosaline mengangguk kecil, buat Saki mendesah lelah, "Kamu gak seharusnya bela dia sampe segitunya, Rosaline."
Rosaline sedikit goyah akan keberaniannya karena Saki mulai memanggilnya dengan nada datar, itu tandanya pria di hadapannya ini memang serius.
"Gak masalah," Rosaline merangkul Zion penuh sayang bagaikan ke adik sendiri, "Kalo mau marah, marahin aku aja, jangan Zion. Aku yang masak, aku yang setuju buat dateng, kenapa Zion yang dimarahin?"
Sejujurnya hal tadi hanyalah naluri guru yang melindungi muridnya, namun siapapun yang melihat pemandangan tadi pasti bagaikan melihat pertengkaran kecil sebuah keluarga beranak satu.
Zion memasang wajah bahagia, akhirnya! Akhirnya ada yang bisa memukul telak Saki untuk membela dirinya! Yves dan Deandra biasanya malah berlagak menjadi suporter saat dirinya dan Saki berkelahi. Menuang minyak di atas api.
Saki menghela napas panjang, "Mana bisa sih aku marah ke kamu."
Walaupun tau itu bohongan, Rosaline tetap merinding. Jangan ditanya Zion, pria itu sudah menganga tak menyangka Kakak laki-lakinya akan bicara seperti itu, pertama kalinya dalam hidup.
Tatapan Saki beralih ke Zion yang masih berada di rangkulan Rosaline, "Gak usah cengar-cengir lo dirangkul begitu!"
Padahal Zion saja masih menganga keheranan.
KAMU SEDANG MEMBACA
13 Problems That Rosaline Did
Novela JuvenilSemenjak Rosaline mengangkat telpon dari nomor tak dikenal yang mengaku sebagai Jeff, bassist dari sebuah band terkenal yang tak sengaja mampir di restorannya untuk menghadiri sebuah acara perjodohan, Rosaline terus-terusan membuat masalah sampai 13...