Sinar matahari memancar tepat pada atas kepala, sinar itu menjadi tanda berakhirnya kegiatan belajar mengajar pada sekolah Rafa maupun Dimas.
Bagas —selaku pemilik sekolah memang menerapkan waktu sekolah hanya setengah hari, dengan tujuan sisa waktu itu dapat dimanfaatkan sebagian siswa untuk istirahat, mengikuti ekstrakulikuler, maupun bimbel.
Oleh karena itu sekolah kepemilikan Bagas ini dinilai bagus, karena memberi kesempatan bagi siswa untuk mengeksplor diri lebih dalam pada kegiatan luar sekolah.
Rafa kini tengah menikmati pemandangan jalan raya dalam pangkuan Aldi. Seragam sekolah masih menempel pada tubuh kecil Rafa, mengingat anak itu baru saja pulang dari sekolah.
"Opa sudah menunggumu dirumah, sayang" tutur Aldi dengan mengusap pelan surai putra bungsunya.
Mendengar kata 'Opa' membuat Rafa sedikit menegang, apalagi Daddynya mengatakan bahwa sosok Opanya itu adalah orang yang galak.
"Daddy...Ael takut" ucap Rafa dengan menyembunyikan wajahnya pada dada Aldi.
"Tidak usah takut, ada Daddy"
"Daddy pernah dimarahi Opa?" Rafa kini sedang was-was, dan mengulik seberapa kejam Opanya itu.
"Saat kecil Daddy pernah dikurung Opa dalam gudang selama dua hari."
"Daddy...." cicit Rafa, mendengar itu mendadak membuat Rafa takut.
"Andrew juga pernah" beritahu Aldi, dengan Andrew yang mendengar dari kursi kemudi.
"Om Andrew diapain Opa?" tanya Rafa hati-hati.
"Ditembak tepat padalengan" ucap Andrew tenang.
"HUWAAAAAAA DaddyyyyYyy" Rafa tiba-tiba menangis histeris dalam pangkuan Aldi.
Hei, bagaimana tidak? Andrew ditembak? Membayangkan saja membuatnya takut. Siapapun tolong lepaskan Rafa sekarang juga.
Aldi hanya terkekeh pelan, sekali menjahili putranya itu tidak masalah kan? lagipula cerita pengurungan dan tembakan pada Andrew itu benar adanya.
Rafa terus terisak sepanjang jalan, hingga tak terasa mobil mewah itu telah sampai pada mansion besar.
Rafa semakin mengeratkan lilitan tangannya pada leher Aldi, anak itu benar benar tak mau dilepas.
Aldi dengan tenang membawa tubuh putra bungsunya melangkah pada ruang keluarga, disana bisa dilihat Jonathan dengan seorang pria berumur.
Rafa sudah menebak, pria tua disana adalah yang disebut 'Opa'. Anak itu menyembunyikan wajahnya pada tengkuk sang Ayah.
Januarta, sosok Ayah dari Aldi Januarta. Selaku Tuan Besar dalam keluarga Januarta. Pria tua itu menyunggingkan senyum merekah melihat gumpalan kecil dalam gendongan putranya.
Sosok cucu yang telah lama hilang, banyak upaya yang Ia lakukan tapi tak pernah membuahkan kabar. Seorang anak yang tak bersalah harus rela terpisah oleh keluarganya, hidup 15 tahun dengan segala kesederhanaan.
Pria yang dipanggil Tuan Januarta itu mendekat, dirinya nampak tak sabar memeluk erat Cucu bungsunya.
"Cucu Opa..." panggil Januarta lembut.
Tapi alih-alih pelukan, isak tangis Rafa kini terdengar. Januarta nampak bertanya dan kebingungan, mengapa cucunya ini seakan takut dengan kehadirannya.
Jonathan disana yang sudah jengah lantas bersuara, "Itu karena Daddy memberitahu bahwa Opa adalah orang yang kejam."
Mendengar itu sang Besar Januarta mendecih kesal. Dasar si sialan Aldi itu, bisa-bisanya dirinya menipu cucunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFARAEL [END]
Teen FictionHidupnya yang tenang dan bebas kini terusik atas kedatangan pria yang mengaku sebagai Ayahnya. Menjadi bagian dari keluarga kaya raya yang tiba tiba membuatnya banyak bertanya tanya, apakah ini sebuah lelucon?