Sudah satu minggu semenjak kedatangan Opa—Tuan Besar Januarta di mansion, hari-hari sebelumnya berjalan baik-baik saja. Yang biasanya terasa ramai, kini malah semakin ramai.
Obrolan, tawa, bahkan ejekan saling beradu selama satu minggu ini. Kesan pertama yang sempat Rafa buat pada sang Opa, kini sirna. Berganti dengan rasa bahagia dan senang.
Sang surya terlihat memancar cerah pagi ini, anak laki-laki berseragam sekolah itu telah rapi dan siap dengan sarapan pagi.
Duduk diatas pangkuan sang Daddy dan sosok Opa di hadapannya. Netranya memutar mencari keberadaan kakak satu-satunya, tapi nihil.
"Daddy, Abang dimana?" tanya Rafa dengan sedikit mengangkat arah kepalanya, mengingat Aldi lebih tinggi darinya.
"Iya, mengapa belum turun. Ayo bangunkan bersama Daddy" ajak Aldi seraya membawa tubuh putra bungsunya. Langkahnya menaiki tangga menuju kamar sang Kakak.
Ceklek
Pintu kamar Jonathan terbuka, dua adam dengan si kecil dalam gendongan itu melihat tubuh bergelung selimut diatas ranjang. Langkah Aldi mendekat, menyibak selimut berniat membangunkan.
Diturunkannya tubuh Rafa pada ujung ranjang dengan segera merangkak mendekat, Rafa menggulingkan tubuh Jonathan agar menghadapnya.
Aldi dan Rafa seketika terkejut setelah melihat wajah pucat pada raut Jonathan, Rafa yang terlanjur panik berusaha membangunkan sang Kakak, takut-takut jika kakaknya itu tak sadarkan diri.
"Abang...abangg...."
"Andrew panggil Bagas" titah Aldi cepat, Jonathan begitu jarang sakit, melihat pucat tercetak jelas pada wajah sang sulung membuatnya panik.
"Eugghh, cuman demam Dad. Kecapean mungkin" lirih Jonathan, dengan berusaha membuka matanya yang terasa berat.
"Hikss...Abang..hikss..." Aldi dan Jonathan terkejut melihat Rafa yang sudah banjir air mata, walaupun mereka sempet terkekeh sebentar.
"Hei..jangan menangis. Abang is Oke, Ael" ucap Jonathan dengan menyugar surai Adiknya.
"Abang sakit..." cicit Rafa.
"Hanya kecapean El"
-----
"Dia hanya kelelahan, tak usah khawatir. Hanya tunggu sampai infusnya habis." tutur Bagas setelah memeriksa tubuh Jonathan."Kau kelelahan memikirkan apa ha?! mantanmu itu?" ejek Bagas yang kini terarah pada Jonathan.
"Cih! ingatlah, Sakitku tidak memalukan daripada ingin bunuh diri hanya karena pacarnya pertukaran pelajar." Jonathan tak terima.
"Hei!! kenapa kau membahasnya lagi!!" Jonathan terkekeh lemah mendengar seruan Bagas. Lagi-lagi pembahasan ini menjadi boomerang memalukan bagi Bagas.
"Istirahatlah Jo" titah Aldi.
"Iya Abang, Ael akan temani Abang." Melihat Jonathan sakit membuat Rafa tak mau meninggalkan Jonathan, bahkan anak itu memohon untuk membolos hari ini.
"Sini, tidur dengan Abang"
Rafa lantas berbaring pada sisi kanan Jonathan, mengingat bahwa sisi itu yang tidak terdapat infus.
"Daddy akan kebawah, jika butuh sesuatu panggil saja. Istirahatlah" ucap Aldi dengan mengecup kening masing-masing putranya sebelum melangkah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFARAEL [END]
Teen FictionHidupnya yang tenang dan bebas kini terusik atas kedatangan pria yang mengaku sebagai Ayahnya. Menjadi bagian dari keluarga kaya raya yang tiba tiba membuatnya banyak bertanya tanya, apakah ini sebuah lelucon?