17. Toothless

7.7K 603 4
                                    

"Aku sudah menyuruh beberapa orang untuk membantu kekalahan Chandra," Ucapnya pada sambungan telepon.

"Kalau begitu aku yang akan menyebarkan tentang anak haramnya"

"Sudah dipastikan sekarang Chandra sialan itu tengah kelimpungan" remeh Aldi.

"Tentu saja, apalagi tentang anak haram ini. Kepercayaan masyarakat padanya akan seketika hilang, Hahaha"

"Kau benar Gas, lucu sekali bermain dengan pemerintahan."

Ya, Aldi tengah melakukan sambungan telepon dengan Bagas. Sabotase dalam pemilihan dewan akan sangat seru dengan ini, apalagi dua pria paruh baya yaitu Aldi dan Bagas akan turut andil.

Desas-desus tentang perencanaan pembunuhan telah terdengar ketelinga Chandra, dibunuh didepan publik? sungguh membuatnya kalang kabut ketakutan.

Tentu saja dirinya yang tak memiliki persiapan besar, apalagi keamanan yang jika dibandingkan dengan Mafia sudah dipastikan kalah. Bukankah sekelompok organisasu hitam seperti itu dapat menghalalkan segala cara?

Dirinya tengah dilanda kegundahan, jika bersembunyi pasti tak dapat dipungkiri para media dan masyarakat akan terus mencari. Jika menghadapi tentu saja menjadi makanan publik.

Dan darimana orang-orang ini tau mengenai anak diluar pernikahan yang Ia sembunyikan, bagaimana bisa sampai kebobolan. Bajingan.

Dan yang terus berputar pada pikirannya adalah? siapakah yang Ia lawan sekarang? mengapa begitu terasa mengerikan. Mereka benar-benar tidak menunjukkan diri sama sekali.

Saingan dalam kampanyenya memang bukan orang sembarangan, tapi untuk lingkup seperti ini tentu saja kurang untuk mereka. Itu berarti bukan saingan politiknya, tetapi orang lain.

Teror tentang pembunuhan, berita perihal anak diluar nikahnya, rumor kekalahannya pada pemilihan esok. Kata menyerah saja bahkan tak bisa Chandra rasakan, ini sudah seperti akhir cerita miliknya.

-----

Luka pada telapak Jonathan sudah bisa dikatakan sembuh, meski bekasnya tak kunjung hilang.

Dan itu semua tak luput dari penglihatan Rafa, bocah kecil itu tepat pada janjinya untuk terus berada disisi sang Abang.

Dan sekarang anak itu tengah menikmati tontonan Televisi dengan seragam sekolah yang masih melekat. Sepulang sekolah bukannya membersihkan diri, anak itu malam memilih mendaratkan tubuhnya pada sofa.

Memangku sebuah toples dengan makanan ringan, dan netra yang menatap pada kumpulan naga pada layar.

"Tuan Kecil, sebaiknya mandi terlebih dahulu lalu dan pergi tidur" usul Toni yang berdiri disamping sofa.

"Tidak mau Toni, malasssss....." rengeknya.

"Tapi kotoran dari luar masih melekat pada tubuh Anda, Tuan kecil."

"Ael gak pegang kotoran kok, bersih tuh" ucapnya dengan mengangkat tangan, menunjukkan bahwa tak ada kotoran pada tangannya.

"Maksud saya kuman, Tuan Kecil"

"Issshhh...Ael tidak suka Toni" Rafa beranjak pergi dengan kaki yang dihentak-hentakkan menuju kamar.

Melepas semua seragam dan pergi kearah kamar mandi. Beberapa menit telah dihabiskan, anak itu keluar dengan piyama bermotif naga hitam atau yang sering disebut Toothless.

Alih-alih tidur siang, Rafarael kembali kelantai bawah. Menyalakan kembali tayangan televisi yang belum tuntas, dan kembali memangku toples makanan ringan.

RAFARAEL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang