Dua anak dengan pakaian yang tampak sederhana, tapi tak biasa harganya. Keduanya tengah mengantre, dengan yang lebih kecil pada gendongan.
Setelah beberapa hari kesembuhan si sulung, lantas dua kebanggaan Aldi itu memutuskan untuk mengunjungi tempat bermain sebagai pengalih bosan.
Tentu ini adalah permintaan si kecil yang begitu merengek pada seisi mansion. Dengan segala bujuk rayu dan tangis hanya untuk dapat menginjak tanah dunia asing, dunia yang tak sanggup ia datangi sejak kecil.
Aldi merasa sedih mendengar bahwa putra bungsunya tak pernah sekalipun mengunjungi taman hiburan. Maka dengan segala keamanan, Aldi perbolehkan.
Rafa tak tahu bahwa sekeliling tempat bermain ini begitu diawasi, hanya untuk keselamatan pra putra mahkota Aldi. Jonathan dan Rafarael.
Memilih mengantre dengan banyak pengunjung, walaupun menyebutkan marga saja bisa membuat mereka dipersilahkan lepas.
Dua pergelangan tangan berbeda ukuran itu kini tersemat gelang kertas atas kartu permainan. Senyum merekah sejak keberangkatan tak luntur sedikitpun dari Rafa. Semoga saja itu bertahan lama.
"Abang mau naik itu"
"Abang ada Dinosaurus"
"Abang WAAHHH LIHAT"
"Abang kereta"
"Ini seruuuuUUU Abangggg...."
Segala pekikan dan seruan tak pernah lepas dari Rafa, segala hal baru dalam penglihatannya selalu diutarakan.
Tangan kecil dalam gendongan itu lihai menunjuk kesana kemari, walau hanya menyentuh sebuah patung maupun arsitektuk.
Indra peraba menjadi alternatif, apabila sebuah permainan dirasa berbahaya dan berganti dengan alihan lainnya.
Meskipun anak itu terlihat senang tapi percayalah dirinya tak banyak menaiki wahana, ini-itu selalu saja dikata berbahaya. Permainan yang memicu adrenalin sudah ditolak mentah sejak kedatangan.
Tapi kekangan itu tak mengurai senyum Rafa, anak itu teralihkan dengan mudah oleh bujukan Jonathan. Apalagi tangan kirinya tak lepas dari makanan ringan.
Ranum mungil itu terus saja bergerak hingga menggembung pada pipinya. Dari mulai Kembang Gula, Pudding, Croissant, Wafle, semua larut dalam perut kecil Rafa.
Jonathan terus memberikan asupan pada cacing-cacing dalam perut Rafa, tak membiarkan mulut mungil itu berhenti mengunyah. Menggemaskan.
Waktu terasa begitu cepat, dari pagi hingga hampir sore telah dihabiskan tak berasa. Raut lelah jelas tercetak pada kedua putra Aldi Januarta, tapi itu tak membuat mereka berhenti meski sekejap.
"Baiklah Ael, ini terakhir Oke? sudah hampir sore. Dan Daddy pasti menunggu." perintah Jonathan. Jujur saja dirinya lelah sekaligus senang, menuruti segala kemauan adiknya memang butuh tenaga ekstra.
"Yeayyy naik bianglala" pekik Rafa senang.
Beberapa menit dihabiskan untuk menunggu giliran, dan sekarang saatnya mereka.
Rafa terus memandang takjup dengan pemandangan yang netranya tangkap. Segala permainan terlihat dari atas, bahkan semua orang terlihat begitu kecil.
"Abang, orang-orang kecil sekali" Rafa terkekeh.
"Tapi saat turun, tubuhmu yang paling kecil"
"Ishh Abang!!! Ael besar ya!!" Jonathan lantas mengusak surai sang Adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFARAEL [END]
Teen FictionHidupnya yang tenang dan bebas kini terusik atas kedatangan pria yang mengaku sebagai Ayahnya. Menjadi bagian dari keluarga kaya raya yang tiba tiba membuatnya banyak bertanya tanya, apakah ini sebuah lelucon?