30. Thank You

8.1K 505 8
                                    

"Dad....Daddy..."

"Hm?" lenguhan terdengar dari Aldi.

"Pulanglah, bersihkan dirimu. Aku akan menjaga Ael" pinta Jonathan, setelah membangunkan sang Ayah.

Aldi mengerjap pelan, berusaha mengumpulkan nyawanya. Tidur pada posisi duduk sungguh membuat tubuhnya tidak nyaman. Netranya memutar melihat tubuh Rafa didepannya. Masi tetap sama.

"Baiklah, Daddy akan kembali. Tolong jaga diri dan jaga adikmu." tutur Aldi beranjak pergi sesaat sebelum memberi kecupan pada kedua kening putranya.

Jonathan tidak akan menolak afeksi dari sang ayah, karena memang itu telah menjadi kebiasaan sejak dulu. Daddynya itu sangat menyayangi putra-putranya.

Kursi yang awalnya diduduki Aldi kini berpindah pada Jonathan. Satu minggu 2 hari adiknya itu terbaring koma, dan selama itulah Jonathan tak tenang.

Semua rasa bersalah terus saja hinggap pada benaknya, meski sang ayah terus memberi pengertian bahwa bukan dirinya. Tapi apadaya jika rasa itu terus menghantuinya.

"Halo adik abang tersayang, sudah 9 hari lho....gak capek tidur terus? Ayuk bangun yuk...Ael gak mau main sama abang lagi? Ael gak mau ditemani Abang main lagi ya? Karena Abang ya?

Abang yang sudah buat Ael seperti ini, Abang mi-minta...hiks...maaf. Maaf karena Abang gak bisa lindungi Ael, maaf karena Abang lengah jadi buat Ael sakit.

Ael kalau marah sama Abang boleh pukul kok, boleh cubit Abang juga. T-tapi jangan seperti ini...hiks...rasa bersalah Abang semakin besar Ael."

Tekad untuk menemani sang adik berubah menjadi tangis yang menderu, rasa bersalah melihat tubuh Rafa tak berdaya membuatnya tak kuasa.

Jika dirinya dapat meminta, Jonathan rela bertukar posisi dengan adiknya. Berbagai alat itu pasti sungguh menyakitkan, apalagi selang yang menempel pada ranum mungil Rafa.

"Maafin Abang...." genggaman pada tangan sang adik mengerat, bahkan dirinya tak sadar bahwa sesuatu disana bergerak.

"T-tolong bang- AEL!!" serunya ketika merasakan pergerakan pada genggamannya. Dengan cepat Jonathan memencet tombol disamping ranjang.

"Ael? Ael bangun ya? Ael dengar Abang?" tanyanya beruntun.

Yang ditanya perlahan membuka kelopaknya, beberapakali mengerjap berusaha menyesuaikan cahaya. Jonathan disana, setia menunggu dengan senyuman yang merekah.

Disana—Rafa melihat Jonathan menatap penuh harap kepadanya, ingin sekali dirinya menjawab jika tubuhnya tak merasa lemas. Bahkan sekarang untuk mengeluarkan suara saja sangat berat.

Dokter Ryan tergopoh datang, melihat raut harap Jonathan saat memasuki ruangan membuatnya ikut merasa bahagia, apalagi pandangannya melihat Rafa membuka mata.

Dokter Ryan segera mendekat, memeriksa keadaan putra Aldi dengan terliti.

"Rafa...tolong matanya lihat dokter." pinta Ryan.

Mendengar intruksi sang dokter, Rafa lantas memutar mata pada pria disamping kirinya.

"Baik, untuk saat ini Rafa sudah dapat dinyatakan membaik dan menuju stabil. Tidak ada yang salah pada tubuhnya, responnya cukup baik dan pernafasannya juga sudah dapat menerima dengan baik."

Mendengar penuturan Ryan, Jonathan tersenyum senang. Perlahan memeluk tubuh adiknya dengan hati-hati.

"Biarkan Rafa istirahat agar tubuhnya merasa lebih enakan, saya akan ganti dengan nasal cannula agar lebih nyaman."

Dokter Ryan dengan segera melakukan apa yang diucapkan. Jonathan tetap disana, setia menatap sang adik yang juga tengah menatapnya.

Dirinya paham, Rafa pasti ingin banyak mengatakan sesuatu. Genggaman kembali terasa pada telapak Rafa, Jonathan harap ini adalah bukti afeksi yang bisa Ia lakukan.

"Abang disini Ael, istirahatlah. Everything is fine."

-----

Rafa menggeliat dalam tidurnya saat merasakan seseorang tengah mengecupi pipi mungilnya.

"Eughh"

Perlahan netra itu terbuka, beberapa detik Rafa lakukan untuk menyesuaikan cahaya.

"Ael? Maaf sayang Daddy menganggu tidurmu, Daddy sangat bahagia tau putra Daddy sudah bangun." tutur Aldi dengan memberi kecupan pada kening Rafa.

Rafa sontak tersenyum lirih, beruntung sekali dirinya memiliki ayah yang begitu sayang padanya.

"Dad-dy...."

"Iya ini Daddy sayang, Ael butuh sesuatu? katakan pada Daddy sayang." Rafa hanya menggeleng lirih sebagai jawaban.

"Dad-dy...." panggil Rafa lagi.

"Iya sayang ini Daddy, Daddy disini. Ada apa?" Bukannya jawaban yang Aldi dapat, tapi putra bungsunya itu malah mengeluarkan air mata.

"Hei kenapa menangis? ada apa Ael? Daddy disini."

"tt-takut...." lirihnya.

"Ssssttt, jangan takut ya. Ada Daddy disini, Ael tidak perlu takut lagi. Daddy akan selalu lindungi Ael, ok?"

Rafa mengangguk lirih. Oh, Aldi sungguh tak tega melihat putra bungsunya mengaduh ketakutan.

"Jangan menangis lagi ya? Daddy disini dengan Ael." Aldi menghapus bukir air mata yang terus keluar dari mata Rafa.

"Gendong...."

Aldi terkekeh mendengar rengekan Rafa, meski tak ayal dirinya menuruti permintaan sang putra.

Perlahan mengangkat tubuh kecil putranya, menghindari tangan sang putra yang tertancap infus dan menyamankan nasal cannula pada tubuh Rafa.

"Abang dimana?" tanya Rafa lirih yang kini menyamankan kepalanya pada ceruh leher Aldi.

"Abang pulang untuk mengambil baju gantimu. Tadi saat Abang bilang kalau Ael sudah sadar, Daddy langsung lari kerumah sakit.

Daddy sangat senang sekali Ael kembali pada pelukan daddy. Daddy menunggu Ael selama satu minggu lebih, Ael tidak rindu dengan Daddy?"

Rafa mengangguk dua kali sebagai jawaban, kembali menyembunyikan kepalanya pada ceruk leher sang Ayah.

"Ael jangan sakit lagi ya? Daddy sangat sedih lihat Ael sakit. Daddy akan jaga Ael supaya tidak sakit lagi, jadi Ael harus tetap bersama Daddy ya?"

Aldi tak kunjung mendapat jawaban dari Rafa, lantas perlahan menggerakkan kepala Rafa untuk melihatnya.

Dan ternyata Rafa kembali tertidur dengan mulut yang sedikit terbuka. Aldi terkekeh, dirinya berjalan dengan membawa tubuhnya diayun-ayunkan.

Aldi kembali memberi kecupan pada pelipis Rafa, tak lupa mengucap syukur atas kembalinya sang Putra.

Terimakasih telah mengizinkan Aldi kembali merengkuh putra bungsunya, dan terimakasih karena kembali memberi kesempatan untuk memberi kebahagiaan terhadap Rafa.

Terimakasih Arini telah mengembalikan malaikat yang sempat kau rindukan. Dan terimakasih atas cintamu yang setia bersama.

Brakkk

"HUWAAAAAAA"



END
-----







Terimakasih untuk yang udah baca selama 30 chapter, ini cerita pertamaku tapi dapat responn sebaik ini dari kalian. Thank you so much all.

Terimakasih untuk yang selalu kasih vote dan ninggalin komentar. It's a big thing buat aku yang baru pertama kali bikin cerita sampai selesai.

Btw, kalian bayangin cast dari Rafarael siapa? kasih tau dong wkwk

I love youuu, kalian bisa tinggalin pesan dan kesan disini yaaa. Kritik saran issoke guyss.

Aku ucapin maaf yang sebesar-besarnya kalau cerita Rafarael ini ngebosenin dan banyak kurangnya, Maaf banget yaaa..

Untuk next cerita, aku gabisa janji karena aku udah akan masuk dunia perkuliahan sekarang. But sometimes kalo aku senggang aku bakalan buat cerita baruuuu KARENA UDAH DAPET ALURNYA WKWKWK. Thank youuu

RAFARAEL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang