Wei Wuxian tidak henti-hentinya menyumpahi adik sepupunya itu dalam batin. Lantaran dirinya sekarang ini tengah ditinggal sendirian menyusuri bangunan utama kerajaan Yunmeng untuk mencari keberadaan Jiang Cheng. Bibirnya ber komat-kamit dan sesekali mendengus kasar.
Wei Wuxian merasa jika ia tengah menyusuri sebuah labirin. Entah sudah berapa kali ia kembali lagi pada tempat yang sudah ia tandai. Dirinya kesal dan malu disaat bersamaan. Bagaimana tidak? Para pekerja meliriknya secara terang-terangan. Mereka bahkan berbisik-bisik mengenai 'anak muda yang tersesat' itu.
Namun yang namanya Wei Wuxian itu pada dasarnya kan telah kehilangan urat malunya. Jadi karena sudah lelah ia memutuskan untuk bertanya saja.
Para pekerja yang ditanyainya sepanjang jalan selalu menggelengkan kepala disaat ia bertanya tentang Jiang Cheng. Entahlah, pemuda itu hilang bagai ditelan oleh Black Hole dan tak dapat kembali.
Wei Wuxian tidak menyerah. Ia tetap berjalan walau hanya berputar-putar saja. Lantas ia merasa jika apa yang dilakukannya sia-sia, Wei Wuxian baru menyerah.
Dirinya duduk bersila di lantai dan mengabaikan tatapan aneh yang tertunjuk padanya. Rasa haus menyerang kerongkongannya. Apalagi sejak tadi ia belum makan. Ingin minta makan namun takut jika dikira pengemis. Padahal kan ia salah satu tamu kerajaan. Yah, sepertinya beberapa peristiwa yang terjadi barusan menggeser penuh fungsi otaknya.
Wei Wuxian perlahan bangkit dan berjalan kembali. Masih tanpa tujuan. Namun sesaat ia melihat bayangan Jiang Cheng tengah bercengkrama ria bersama dengan wanita cantik. Matanya menyipit untuk memperjelas penglihatannya.
Ketika sudah yakin pasti jika pemuda yang ia lihat adalah Jiang Cheng, Wei Wuxian lantas berlari kearahnya. Berteriak berkali-kali mengucapkan nama Jiang Cheng. Hingga saat sudah semakin dekat. Pemuda itu akhirnya menengok kearahnya.
"Wei Wuxian? Kenapa kau lari-lari begitu? Apa etika mu sudah mati hah!?"
Demi neneknya Tapasya tangan Wei Wuxian rasanya gatal ingin menabok kepala pemuda ungu didepannya ini. Enak saja bilang begitu disaat ia ngos-ngosan berjalan kesana-kemari untuk mencarinya.
"Kau keterlaluan A-Cheng! Bisa-bisanya bicara begitu padaku!? Aku? Yang selama ini jadi support system mu kalau kau lupa!" Ujar Wei Wuxian secara dramatis. Jiang Cheng memutar bola matanya dengan jengah.
"Menurutmu, mukaku ini peduli tidak?" Kata Jiang Cheng dengan santai. Jari telunjuknya menunjuk ke arah mukanya sendiri. Wei Wuxian lantas berdecak kesal mendapati respon Jiang Cheng pada kata-katanya barusan.
Wanita muda yang duduk diseberang Jiang Cheng tergelak. Ia mengusap air mata disudut matanya karena terlalu keras tertawa.
Wei Wuxian menoleh hanya untuk menemukan wanita cantik itu masih tertawa. Rupanya karena tingkahnya dan Jiang Cheng tadi. Tawanya terdengar indah ditelinga Wei Wuxian. Serta wajahnya yang tetap cantik mau bagaimanapun raut yang ia buat. Tanpa sadar Wei Wuxian juga Jiang Cheng membentuk senyum tulus.
Wei Wuxian melipat tangannya di dada. Lantas melangkah ke arah wanita muda itu. Bibirnya mem-pout seakan dirinya anak kecil yang sedang kesal.
"Kau lihat Shijie! Shimei ini tidak pernah menghargai ku!" Wei Wuxian mengadu, sembari menunjuk Jiang Cheng.
"Apa?" Jiang Cheng menimpali dengan nada judes andalannya.
"Sudah-sudah.... A-Cheng jangan begitu pada A-Xian. Kasihan." Ujar wanita itu dengan lembut, namanya Jiang Yanli. Kakak kandung Jiang Wanyin dan kakak sepupu Wei Wuxian.
"Tapi jiejie-." Jiang Cheng makin kesal bukan main saat melihat Wei Wuxian yang malah asik berpelukan ria dengan Jiang Yanli tepat didepan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Giving You Home ||MDZS FF||
Fiksi PenggemarBagaimana rasanya jika kau menemukan dirimu berada dalam dunia lain? Ya, begitu lah yang dialami oleh Jiang Cheng dan Wei Wuxian. Dimana mereka masuk dalam buku novel yang mereka dapat dari Nie Huaisang. Sialnya Mereka berdua menjadi peran yang sang...