Chapter 5

2.7K 245 13
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Budayakan Vote sebelum membaca dan comment setelah membaca ⚠️⚠️








Author POV

Hari terus berganti. Detik demi detik waktu yang terlewati. Tidak terasa 7 bulan sudah sejak kisah Wendy dengan Irene bermula. Tidak ada yang spesial dalam hubungan mereka terlepas status mereka sebagai guru dan murid.

Pendekatan yang dilakukan Wendy hanya sebatas menggoda dan bergurau dengan Irene. Tidak ada perubahan dalam diri Irene setelah ia bertemu murid seperti Wendy. Tingkah konyol dan nya mampir membuat Irene salah tingkah. Tidak jarang juga pipi Irene memanas karena gombalan yang di layangkan Wendy padanya, entah itu saat bertemu di Koridor atau saat pelajaran dimulai.

Sama hal nya seperti saat ini. Jemari lentik Irene tengah menulis kan beberapa catatan untuk murid murid nya.

"Baiklah anak anak, beberapa rumus tenses sudah saya catat kan di papan tulis. Kalian bisa mulai mencatat nya. Sebelum saya tutup, ada pertanyaan? " tanya Irene sambil sesekali mengibaskan rambut nya ke belakang karna cuaca yang cukup panas.

"Saya bu" acung Wendy ke udara

"Silahkan Wendy. Kamu bertanya apa? "

"Kenapa di bahasa Inggris ada perfect tenses bu? Karena kalo perfect person itu Ibu"

"Jjiahhhhh, sa ae lu kang kardus. " tawa Seulgi di samping Wendy sedangkan siswa lainnya lebih milih cuek dengan candaan Wendy.

"Hahhh, kamu tu cewe Wendy. Suka banget si gombalin saya. Harusnya gombalan itu untuk cowo " nasihat Irene yang malah membuat Wendy sedikit malu dengan tatapan teman teman nya yang lain.

"Ya ngak papa sih bu. Itung itung bikin orang seneng dapet pahala. Lagian saya jomblo bu nggak punya cowo"

Irene hanya menggelengkan kepala nya pelan mendengar jawaban Wendy barusan. Sejujur nya ia juga tidak tega melihat Wendy sedih dengan jawabannya tadi. Namun, terkadang gurauan Wendy malah membuat Irene risih dan terasa over melihat jenis kelamin mereka sama sama perempuan.

"Wendy, tolong kamu bawa buku ini ke ruangan saya ya" pinta Irene pada Wendy.

Mendengar permintaan Irene, seketika kepala Wendy terdongak dari posisi sebelumnya yang tertunduk sedih mendengar ucapan Irene.

Mungkin istilah sabar ada batas nya juga berlaku untuk Wendy. Berbulan bulan ia selalu menghibur Irene, namun timbal balik yang Irene berikan tidak ada. Ia masih dengan tembok tinggi nya sehingga terkadang Wendy harus berusaha lebih keras lagi.

"Maaf Bu Irene. Saya cewe, jadi nggak bisa angkat buku buku tebal seperti itu. Nanti tangan saya sakit. Ayo Seul ke kantin! " sarkas Wendy membalas ucapan Irene sebelumnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bu Guru I Love You (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang