-♡♡♡-
Mitha menunduk memandang gundukan tanah didepannya, kira-kira sudah berapa lama Mitha tidak berkunjung kesini. Meletakkan mawar putih yang dibawanya seraya mengelus nisan yang tercetak nama orang yang pernah mengisi hatinya, Mitha menghela napas.
"Gue tau lo gak suka bunga, tapi gue takut lo ngambek gara-gara gue kesini gak bawa apa-apa." Mitha terkekeh sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. "Maaf, gue baru bisa kesini lagi."
Hening beberapa detik.
"Alvaro, gue sebentar lagi bakal punya baby tauu. Gak nyangka ya, orang yang dulu sering lo panggil bocil, ternyata bisa ngasilin bocil juga." Mitha terkekeh lagi.
"Tapi sekarang gue lagi sebel sama bapaknya anak gue, masa dia nuduh gue suka sama orang lain padahal gue sukanya sama dia," adu Mitha dengan bibir yang cemberut ke depan.
"Raka tuh kalo lagi marah nyebelin banget, suka gak mau dengerin omongan gue dulu. Nanti lo marahin ya! Biar gak bikin gue sebel terus," ujar Mitha lagi.
Mitha kembali terdiam, bingung harus berkata apalagi. Sebenarnya banyak yang ingin ia bicarakan pada Alvaro, karena memang tujuan awal Mitha datang kesini untuk curhat pada mantan kekasihnya itu tentang masalah rumah tangganya dengan Raka. Namun saat sudah sampai disini, semua kata-kata yang semula sudah tersusun rapi dikepalanya seolah hilang entah kemana.
Mitha hanya bisa terdiam ditempatnya seraya terus memandangi makam Alvaro. Jika boleh jujur, Mitha rindu pada tatapan tajam Alvaro jika sedang memarahinya ataupun senyuman manis Alvaro yang hanya ditujukan padanya. Mitha rindu, Mitha rindu semua tentang lelaki itu. Empat tahun menjalin hubungan, rasanya itu terlalu singkat bagi Mitha, masih banyak momen indah yang ingin Mitha lakukan bersama Alvaro, tapi itu semua harus terhalang karena hubungan jarak jauh yang harus mereka lewati. Jika tahu akan seperti ini ujungnya, mungkin Mitha tidak akan pernah mengijinkan Alvaro berkuliah diluar negeri. Mitha akan memanfaatkan waktu empat tahunnya untuk terus bersama Alvaro setiap hari. Tapi itu hanya sebatas angan yang tidak akan pernah terwujud.
Waktu tidak bisa berputar kembali, bukan?
Dulu saat awal-awal kepergian Alvaro, Mitha suka berpikir. Apakah jika seandainya Alvaro tidak pergi meninggalkannya, mereka masih berhubungan sampai sekarang. Apakah jika Alvaro masih hidup, mereka sudah menikah sekarang. Atau mungkin meskipun Alvaro masih hidup, mereka akan tetap berpisah karena Alvaro memang bukan jodohnya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering kali berkeliaran dikepala Mitha.
Namun seiring berjalannya waktu, Mitha kini mulai mengerti jika ini memang cara Tuhan untuk mempertemukan Mitha dengan jodohnya, lewat Alvaro.
Tapi apakah harus dengan cara seperti ini?
Dengan Alvaro yang pergi meninggalkannya untuk waktu yang lama?
Mitha bahkan rela jika ia memang tidak berjodoh dengan Alvaro, asalkan ia masih bisa melihat wajah lelaki itu setiap hari. Sungguh, Mitha rela.
Bukan, bukan maksud Mitha tidak bisa menerima takdir atau bahkan tidak rela atas kepergian Alvaro. Ia hanya sedikit kesulitan melupakan sosok Alvaro dalam hidupnya. Jika ada yang bertanya apakah Mitha masih mencintai Alvaro? Jujur saja, Mitha juga tidak yakin apakah ia masih mencintai Alvaro. Tapi untuk melupakan, jujur Mitha masih belum mampu. Nama alvaro tidak pernah sekalipun hilang dihati Mitha, walaupun sekarang sudah ada nama lain yang menetap dihatinya, tanpa menggantikan posisi orang sebelumnya. Dan orang itu adalah suaminya, Rakaliant Zellano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Prik!
Teen FictionFollow dulu sebelum membaca💜 Hati-hati typo bertebaran dimana-mana!!! _______ Sekuel ALVARO Note: Baca Alvaro dulu biar tau sejarah dua sejoli ini! Kalo gak baca juga gapapa sih:) _______ Passwordnya Rakaliant Zellano: Tha, Tha, Tha! Kangen, mau c...