Halo, Vren!
Kembali lagi dengan saya. Wkwk
Ini cerita baru, yang gak kalah sama cerita Dandelion.
Ngomong-ngomong, udah baca Dandelion? Kalau belum, jangan lupa mampir.
Untuk itu, saya minta dukungan dari teman-teman semua.
Jangan lupa untuk vote, coment dan rekomendasikan ke teman maupun sosial media kalian.
Sebelum itu, boleh absen pembaca darimana aja?
Siapkan hati, mari ambil positifnya buang negatifnya.
***
"Shana cantik."
"Makasih, Fian."
***
"Fian, aku butuh kamu."
"Maaf, Shana. Elen juga butuh aku."
***
"Fian, aku mau cerita. Kamu ada waktu?"
"Maaf, Shana. Elen lagi sakit gak ada yang ngurus. Lain kali, ya?"
"Lebih penting dia ternyata."
***
"Aku kecewa sama kamu, Fian."
"Aku minta maaf, Shana."
~~0~~
"Kasih papa uang." Seorang gadis menoleh ke arah meja makan di ruangan petak, rumah sederhana yang tak besar tak juga kecil kala suara berat menyapa telinganya yang baru pulang bekerja.
Shana Gretta Patricia atau kerap disapa Shana, gadis berusia 16 tahun yang sedang duduk di bangku kelas 11 SMA. Gadis cantik berambut gelombang sepinggang, dengan senyum manis, serta mata monolid, tubuh kecil, dengan kulit putih pucat menjadi ciri khas seorang Shana.
Gadis itu tinggal bersama ayahnya yang pengangguran, pemabuk. Sementara ia sudah tidak memiliki ibu lagi karena kecelakaan pesawat yang dialami sang ibu tepat di hari ulang tahunnya yang ke 12.
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 Luka [On Going]
Teen FictionIni cerita Shana yang memiliki 1001 luka, yang berharap akan ada pelangi sehabis hujan. Shana hidup dengan ayahnya yang penjudi, pemabuk dan pengangguran. Sampai ia menemukan Alfian, cowok yang bisa memberinya kasih sayang yang tak ia dapat dari sos...