1001:5

678 78 10
                                    


Malam, Vren

Apaa kabar?

Jangan lupa vote dan coment part ini, ya



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Kalau kamu gak niat kerja mending gak usah kerja! Masa cuman bersihin gelas aja bisa pecah?" Vera—salah satu pekerja di cafe Narendran, dengan celemek coklat yang melekat di tubuhnya terlihat memarahi gadis lain yang menunduk dalam.

Mereka kini berada di belakang bangunan, agar tak terdengar ke pelanggan.

Vera, gadis berambut pirang sebahu itu menghela nafas. "Nyusahin!" cemoohnya kemudian pergi, tak lupa menutup pintu belakang dengan sedikit kasar.

Shana mengepal kuat tangannya. Gadis itu menyeka air matanya kasar. Jika saja dirinya berkecukupan, dia tidak akan bekerja di sini, ia tidak akan bertemu dengan Vera rekan kerjanya yang sangat menyebalkan itu.

Hanya karena gelas satu buah, gadis itu habis dimarahi, dimaki oleh gadis itu. Kalau saja Shana tidak orang miskin, ia akan menjambak rambut pirang gadis yang lebih tua darinya itu. Lagipula Shana tidak sengaja, kalaupun pecah karena ulahnya, kan dia yang berurusan dengan pemilik cafe bukan gadis menyebalkan itu.

Shana menghela nafas berat. Susah sekali mencari uang, pikirnya.

***

"Fian, habis ini ayok jalan-jalan," ajak Elen saat mereka berada di rumah pemuda itu.

Keduanya terlihat duduk di sofa panjang dengan Alfian yang fokus bermain game. Elen sedaritadi tak bisa diam, pasti ada saja ajakan atau pertanyaan yang ia lontarkan.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Alfian dan Elen pelan saat mendengar ucapan salam dari ibu Alfian yang baru memasuki rumah.

Wanita berpakaian ala ibu-ibu sosialita itu menghampiri Elen dengan senyum riang di wajah. "Adu, adu. Anaknya Rusli makin cantik aja," seloroh Bunga—ibu Alfian mencubit gemas pipi tembem sahabat putranya.

Elen terkekeh pelan. Bunga selalu saja membuatnya tertawa dengan sebutan anak Rusli. Wanita itu tak pernah lupa menyelipkan nama ayahnya jika bertemu dengannya.

"Ayo masak sama tante," sambung Bunga setelah duduk di samping Elen.

Elen memang sudah sangat dekat dengan keluarga Alfian, pasalnya mereka sudah kenal sejak kecil. Orang tua Alfian dan Elen juga dulunya tetangga, sekaligus sahabat.

1001 Luka [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang