1001:2

897 93 4
                                    

Bagaimana kabarnya, Vren?

Apa pendapat kalian tentang cerita ini?

Jangan lupa menyempatkan waktu untuk memberi vote dan komen.

Semangat menjalani harinya!

Semangat menjalani harinya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aku tersenyum pilu saat semua orang bahkan dunia mendadak asing bagiku.

***

Shana terlihat mencepol rambutnya ke belakang, membaca buku pelajaran tak berniat ikut dengan temannya ke kantin. Gadis itu tak ingin membuang-buang uang ke kantin karena ia sangat sayang dengan uang. Dia hanya dari keluarga sederhana, tak baik untuknya jajan seperti yang dilakukan temannya. Ia harus hemat, dan ... sadar diri.

"Lagi belajar, ya?" Shana mendongak saat merasakan kepalanya dikecup singkat oleh seseorang yang tak lain dan tak asing adalah Alfian. Pemuda itu terlihat membawa dua buah roti yang ia beli dari kantin kemudian diserahkannya kepada Shana.

"Makan, ya. Lumayan ganjal lapar," kata pemuda itu.

Shana tersenyum, meskipun terlibat percekcokan dengan Alfian sebelumnya kini dua insan itu sudah berbaikan. Bagi Shana, Alfian adalah dunianya. Alfian adalah ganti ayah bagi Shana. Pemuda itu selalu melindunginya, menghiburnya. Itu dulu, sekarang Shana merasakan kasih sayang Alfian terbagi. Bukan hanya terbagi, tapi ia lebih mengutamakan sahabat Alfian daripada dirinya yang notabenenya adalah kekasih.

Kebetulan juga Shana dan Alfian duduk sebangku di kursi pojok. Pemuda itu lantas mengeluarkan buku catatannya menunggu satu menit lagi bel masuk akan berbunyi.

***

Alfian meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku sebelum memasukkan peralatan sekolahnya ke dalam tas pasalnya bel pulang sekolah sudah berbunyi.

"Pulang bareng, ya?" Alfian menatap lembut wajah Shana dari samping dan langsung diangguki oleh gadis itu tanpa menoleh.

Berjalan dengan tangan yang saling bertaut, Alfian dan Shana terlibat perbincangan ringan dan sesekali tertawa.

Sampailah mereka di parkiran. Hendak akan memasangkan helm di kepala Shana, Elen menarik tangan Alfian dan menatapnya polos, sedangkan Shana sudah menatapnya hampir akan membunuh.

"Fian, anterin aku pulang, ya?" Elen berucap dengan mengeluarkan puppy eyesnya.

Alfian menoleh sekilas pada Shana yang terdiam memandang keduanya. "Tapi ..."

Elen mengerucutkan bibirnya. Gadis itu menatap Alfian dalam. "Kamu sendiri kan tau sopir aku belum balik kerja," sembur Elen membuat Shana menghela nafas.

1001 Luka [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang