1001:12

491 53 2
                                    

Jangan lupa vote, coment dan rekomendasikan ke teman kalian. Terima kasih.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tidak ada orang yang benar-benar mau berjalan bersamamu ketika kamu dicekik luka, kecuali dirimu sendiri.

-1001 Luka

***


Shana duduk di salah satu anak tangga sekolah dengan pakaian olahraga merah dipadu dengan hitam saat setelah jam pelajaran penjas di les empat sampai enam selesai. Gadis itu memilih duduk seraya menetralkan pernapasannya.

Di lapangan terlihat Alfian dan beberapa cowok lainnya sedang bermain dengan bola kaki, meski tujuan awal mereka adalah membereskan peralatan olahraga dan mengembalikannya ke tempatnya.

Shana mendongak menatap langit biru yang kian terang disinari matahari. Tangannya bergerak menghalau sinar matahari saat tak sengaja memasuki kedua matanya. Sedang di sisi lain, Alfian tersenyum mendapati sosok kekasihnya yang sedang menutup wajahnya dengan tangan kanan.

Pemuda itu segera berlalu meninggalkan lapangan, menghampiri pujaan hati. Alfian ikut mendaratkan tubuhnya di samping Shana, tak lupa dengan senyum manis yang ia tuju kepada si gadis.

"Hari ini kamu kerja?" tanya Alfian langsung dibalas deheman singkat. Shana menoleh menatap cowok berparas tampan di sampingnya, "kenapa?"

Alfian terdiam sejenak, menatap Shana lekat. "Mau ngajak kamu jalan. Tapi, kalau kamu sibuk, gapapa. Lainkali aja," beber Alfian mengalihkan pandangannya ke arah lapangan.

Shana manggut-manggut. Ia tidak tertarik dengan ajakan Alfian barusan. Dia hanya mengantisipasi Alfian meninggalkannya seperti yang sudah-sudah.

***

Senja di sore hari tampak menyapa, dengan semburat lembayung indah dengan matahari yang akan tenggelam di barat. Seorang gadis berbaju sekolah tampak menggendong tas punggungnya selepas bekerja.

Kini kakinya berpijak di atas tanah depan pintu cafe Narendran—tempat dirinya bekerja paruh waktu.

Ia mulai meregangkan ototnya yang terasa kaku kemudian menghirup udara dalam-dalam, mencoba mengisi kekosongan di paru-paru.

Shana mulai melangkahkan kakinya menjauh dari sana, dan segera pulang, sebab ia sudah merindukan kasur kecilnya. Shana ingin segera merebahkan tubuh dan terjun ke dalam dunia mimpi setelah melewati hari ini yang cukup menguras tenaganya.

Tak memakan waktu lama, Shana akhirnya tiba di rumah kecilnya setelah berjalan sekitar 20 menit lamanya. Shana terbiasa berjalan untuk pulang, dengan alasan hemat dan lebih menyehatkan.

1001 Luka [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang