Maaf chapter kali ini pendek, lagi buntu ide.
Semoga aja suka_______
Malam harinya, Naren dan Windy sudah berada dikamar hotel. Keluarga besar Wijaya dan Batara memutuskan untuk tidak langsung pulang ke rumah masing-masing. Mereka memutuskan untuk menginap satu malam dihotel.Windy sedang membersihkan make up yang menempel diwajahnya. Sedangkan Naren dia sedang diluar, katanya ingin menemui seseorang.
Windy menatap dirinya dicermin, dia menghela nafas beratnya. Memikirkan nasib dia kedepannya.
Windy melamun, bukankah malam ini merupakan malam pertamanya dengan Naren? Ah mungkin itu akan terjadi jika dia dan Naren saling mencintai. Sedangkan dia dan Naren menikah tanpa adanya rasa cinta.
Bahkan Naren dengan terang-terangan berkata bahwa tidak akan pernah menyentuhnya.
Lamunan Windy buyar saat pintu kamar terbuka, terlihat Naren yang masuk dengan membawa secangkir kopi.
Naren meletakkan kopi itu diatas meja
"Gue mandi duluan." Ucap Naren dan langsung memasuki kamar mandi.
Selepas Naren memasuki kamar mandi, Windy kembali melamun.
"Mama, Papa, Kak Dimas, Windy kangen kalian." Gumam Windy tak terasa air matanya menetes.
Wah jika Dimas tau Windy cengeng bengini, pasti dia akan diledek habis-habisan. Sayangnya Kakaknya itu masih mengurusi perusahaan Papanya yang ada di China. Jadi dia tidak bisa menghadiri pernikahan adiknya.
Tapi jangan salah sangka, walaupun orangnya tidak ada tapi uangnya harus ada. Hal itu dibuktikan dengan dia mengirimkan uang 1M untuk adiknya itu. Katanya untuk hadiah. Sangat royal bukan?
Anjayy Dimas mabar profesional
Ceklek.......
Suara pintu kamar mandi terbuka, Naren yang sudah terlihat segar berjalan keluar dari kamar mandi dengan tangannya yang masih mengusap-usap rambutnya dengan handuk kecil.
Naren melirik Windy di pantulan cermin, terlihat Windy yang sedang melamun.
"Lo gak mandi?" Tanya Naren.
Windy masih tetap melamun.
"Win?"
Panggilan Naren membuat Windy mengerjap, dia melihat Naren dari pantulan cermin.
"Ah kau sudah selesai?" Tanya Windy.
"Ck! Ya kalau gue udah disini itu artinya ya gue udah selesai mandinya!" Ucap Naren.
"Kalau gitu aku akan mandi." Ucap Windy dan berlalu pergi ke kamar mandi.
Naren yang sudah selesai mengeringkan rambutnya pun meletakkan handuknya dijemuran kecil yang terdapat dibalkon.
Kemudian ia kembali berjalan ke dalam kamar, dan merebahkan tubuhnya dikasur.
Naren berandai-andai, jika saja ia menikah dengan Misel pasti sekarang ia sudah bahagia.
Tak lama Windy keluar dari kamar dengan rambut yang dililitkan dihanduk (yang dilakuin cewek-cewek saat selesai kramas itu) hal itu membuat leher Windy yang putih pun terlihat.
Windy berjalan dan duduk didepan meja rias, dia mengambil hair dryer dan mulai mengeringkan rambutnya. Setelah rambutnya kering dilanjutkan dengan Windy yang memakai skincare malamnya.
Sedangkan Naren yang sedang rebahan pun sesekali melirik Windy. Namun Windy terlalu fokus pada kegiatannya sehingga tidak menyadari bahwa Naren meliriknya.
Selesai dengan semuanya, Winter mengambil selimut dan berjalan ke arah sofa. Dirinya berniat untuk tidur disofa.
"Kau akan tidur disofa?" Tanya Naren bingung.
"Hmm memangnya mau dimana lagi? Bukankah kau pernah berkata bahwa tidak mau denganku?" Ucap Windy.
Naren sedikit terdiam mendengar ucapan Windy, kemudian dia tersenyum.
"Baguslah jika kau sadar, selamanya saja kau tidur disofa." Ucap Naren.Windy memilih diam dan memejamkan matanya.
Naren yang tak dapat balasan apapun dari Windy pun memilih untuk memejamkan matanya.
5 menit
10 menit
15 menit
20 menit
Hingga 30 menit berlalu, Naren tak kunjung terlelap dalam tidurnya. Padahal dia sudah mengguling-gulingkan badanya berharap akan segera terlelap. Namun cara itu nihil. Naren kemudian mendudukan dirinya dan melihat Windy yang nampaknya sudah terlelap.
Terdengar dengkuran halus yang keluar dari bibir mungilnya.
Naren beranjak dan berjalan mendekati Windy dengan perlahan.
Ia kemudian berjongkok dan menatap wajah Windy yang terlelap dengan nyenyak.
Lucu
Pipi gembul dan bibir mungilnya itu nampak 100x lebih lucu jika sedang tertidur begini.
Tak disangka bibir Naren tersenyum.
Tangan Naren terulur untuk mengusap pipi gembil Naren. Hal itu sedikit membuat Windy terusik.
Untung saja Windy tidak terbangun, kemudian tangan Naren juga terulur untuk membenahi selimut yang digunakan Windy.
Setelah sadar apa yang dilakukannya salah, Naren langsung beranjak dan kembali merebahkan dirinya diatas kasur.
Jika kalian berpikir Naren akan memindahkan Windy? Kalian semua salah ferguso.... hahaha
Tak lama Naren ikut terlelap mengarungi mimpi indahnya bersama Misel:) Misel loh ya bukan Windy!
Saat Naren sudah terlelap tak lama dari itu Windy terbangun dari tidurnya. Ia kemudian mengelus pipinya sambil menatap ke arah tempat tidur Naren.
Kenapa rasanya seperti ada yang menyentuh pipiku? Apa aku cuma mimpi? Tidak mungkin juga kalau Naren, mana mau dia menyentuhku. Ah sudahlah Win kau lanjut tidur saja- Batin Windy dan ia pun memilih tidur kembali.
_______________
BERSAMBUNGNote :
Aku gak akan berhenti buat nyuruh kalian ngevote dan komen ya gaiss, karena itu penting banget buat aku.
So.. Kalian harus jadi pembaca yang bijak ya gaiss yang bisa ngehargai karya orang lain😗
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Love
FanfictionWhitory Vers. {Publish : 24-03-2023 {End : ? Update setiap hari, kalau nggak males+masih ada stok cerita di draft:v