Naren terbangun pada pukul set 5 pagi, dirinya sedikit mengamati tempat yang sekarang ia tiduri.
Sepertinya ini bukan kamarnya.
"Lah gue kenapa bisa tidur disini?" Gumam Naren sambil mendudukan dirinya.
"Dimana Windy?" Gumam Naren saat tersadar dirinya berada dikamar Windy.
"Terus kalau gue tidur disini, Windy tidur dimana?" Gumam Naren saat tak menemukan sosok Windy didalam kamar tersebut.
Naren kemudian menyibakkan selimut yang menutupinya dan berjalan keluar kamar.
Naren sedikit memicingkan matanya ke arah ruang tv, disofa tv terlihat kaki yang terjulur dengan selimut tebal yang menutupinya.
Sepertinya itu Windy.
Naren berjalan pelan menuju ke tempat Windy tidur dan berjongkok di depan wajah Windy yang masih tertidur pulas.
Naren mengamati wajah damai Windy kala sedang tertidur, percayalah wajah Windy dikala sedang tertidur itu lebih cantik dan imut dibanding ketika ia sudah membuka mata.
Naren terus menatap wajah cantik itu, hingga pandangannya menuju ke arah pipi gembul Windy.
Naren ingat, semalam dia menampar pipi gembul itu sedikit keras? Hingga membuat pipinya itu sedikit memerah.
Tangan Naren terulur untuk mengusap pipi gembul itu, perasaan bersalah langsung menyergap di dalam hati Naren.
Dirinya sudah menjadi laki-laki yang sangat kasar, hingga sudah berani melukai perempuan secara fisik.
Jika maminya tau, tentulah Naren akan mendapatkan wejangan dari sang mami bahkan bisa juga dapat tonjokkan maut dari papinya.
Sebenarnya semalam Naren tak bermaksud untuk menampar Windy, dia hanya ingin menakuti Windy saja namun sialnya tangannya itu malah kebablasan dan jadilah ia menampar Windy.
Naren terus mengusap pipi itu dengan perlahan berharap dengan seperti ini rasa sakit yang dirasakan Windy berkurang meskipun sangat kecil kemungkinannya.
"Maafin aku Win." Ucap Naren pelan.
Tiba-tiba perut Naren bergejolak, rasa mual langsung menyerang perutnya.
Mungkin ini karena efek alkohol semalam.
Naren langsung bangkit dan segera berlari menuju wastafel yang ada didapur.
Hoekkk.... Hoekk.....
Windy sedikit terusik tidurnya kala mendengar suara Naren yang sedang muntah.
Windy membuka matanya dan mendengar suara Naren yang masih muntah.
Windy kira itu suara dari mimpi, ternyata asli.
Windy segera bangun dari tidurnya dan berjalan ke arah wastafel dapur dimana terlihat Naren yang sedang memuntahkan sesuatu darisana.
Dia mendekati Naren dan membantu untuk memijat tengkuk Naren agar muntahannya keluar.
"Makanya jangan sok mabuk kalau gak kuat." Omel Windy.
"Aku lagi sakit kok kamu malah ngomel Win?" Tanya Naren.
"Kamu sakit kan akibat perbuatan mu sendiri, ngapain juga mabuk. Tau rasa kan makanya." Omel Windy lagi tapi tangannya masih tetap memijat tengkuk Naren.
"Kalau gitu lepasin aja tanganmu, gausah sok baik pakai mijit tengkuk segala." Ucap Naren ketus.
"Orang dibantu kok malah nolak, emang bisa mijit tengkuk sendiri?" Tanya Windy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Love
FanficWhitory Vers. {Publish : 24-03-2023 {End : ? Update setiap hari, kalau nggak males+masih ada stok cerita di draft:v