"Ck! Ternyata bermain licik, ya? Bodoh sekali rupanya anda. Ingin memata-matai saya? Hahaha, siapkan uang yang banyak untuk ini." Wanita itu melihat sekilas dari spion mobil. Memutarbalikkan mobilnya mendadak tanpa memperhatikan rambu-rambu. Smirk.
Mobil-mobil hitam yang mengikuti, ikut memutarbalikkan mobilnya. Sayang di sayang, ke tiga mobil itu oleng. Saat truck besar menyerempet spion mobil hitam paling depan. Mengakibatkan kecelakaan yang menewaskan orang yang di dalamnya.
"BUMM! Matilah kalian!" Memainkan jarinya di setir mobil. Senang.
"Tunggu saja. Semua pasti berakhir di tangan saya," ucap wanita berambut pendek bersenandung. Kembali ke perusahaan. Menembus jalanan padat tanpa ekspresi ataupun semburat manis di pipinya.
Wanita itu sampai di perusahaaannya. Keluar mobil, seringainya tidak pernah luntur. Menambah kesan bad dan cantik secara bersamaan. Hah... Akhirnya bisa menghirup udara ini lagi. Walaupun sudah banyak menampungnya sampai mual rasanya. Haha.
Dia masuk ke dalam. Melihat salah satu karyawannya yang kesusahan. Wajahnya nampak kebingungan. Mengerutkan dahi. Menghampirinya. "Anda kenapa? Seperti sedang gelisah?" tanyanya.
"Maaf, Mrs. Nana. Mohon maafkan saya. Saya tidak tahu design asli milik Mrs. Nana ini ketukar atau memang sengaja di tukar. Saya mencari tahu, tapi tidak menemukan orangnya. Maafkan saya, Mrs. Nana. Saya telah lalai dalam mengawasi design-nya. Mohon maafkan saya, Mrs. Saya siap, menerima hukuman dari Mrs. Nana, karena kelalaian saya." Membungkuk maaf beberapa kali. Menyesal.
Wanita itu hanya bisa menghembuskan napas. "Tolong. Panggilkan Mr. Jack untuk segera kemari!" Perintahnya tegas tapi tetap tenang.
"Baik, Mrs." Membungkuk hormat. Mencari keberadaan
Lima belas menit berlalu, Mr. Jack akhirnya memunculkan batang hidungnya. Ia menatap tajam. Tiada hari tanpa ketenangan, begitu?
Dia menatap karyawan tadi. "Silahkan, Anda bisa pergi sekarang." Melihat sekeliling. Menghembuskan napas cepat. "Silahkan semuanya yang di sini, pergi ke lantai dua. Tanpa terkecuali dan bantahan! Jangan sampai saya melihat ada orang berada di sini kecuali saya dan Mr. Jack! Arasseo!" Perintah Nana muthlak.
Para karyawan yang mendapat perintah dari atasan. Segera saja mereka melaksanakan perintah tanpa ada keluhan sedikit pun. Serasa sudah tidak ada orang di sekitar ruangan. Wanita berambut pendek legam itu menatap dalam-dalam sorot mata Mr. Jack. Tersenyum miring.
"Design ori-nya berada di tangan Anda bukan, Mr. Jack?!" kata Nana. Mengangkat sebelah alisnya.
"Saya tidak mengerti, maksud dari perkataan Anda, Mrs?" jawab Mr. Jack tidak berani menatap atasannya. Gugup. Takut.
"Baik... Sekarang lepaskan almamater Perusahaan NAO. Angkat kaki dari perusahaan saya segera... Saya hitung sampai sepuluh, Anda tidak membereskan barang Anda segera diruangan yang Anda tempati dan kembali ke sini. Maka saya dengan senang hati, menembak tengkorak kepala Anda sampai ke otaknya," ujarnya tidak main-main.
"Satu...."
Mr. Jack berlari dari ruang resepsionis menuju ruangannya.
"Dua...."
Sambil menunggu, Nana melihat atap-atap ruangan.
"Tiga...."
Nana membuka ponselnya. Mengetik sebuah nama. Matanya masih terus mengawasi tempat yang akan di lalui bangkai busuk itu.
"Empat...."
Mengisi peluru ke dalam Revolver kesayangannya yang berada di balik jas kantor yang ia pakai.
"Lima...."
"Enam...."
"Tujuh...."
"Waktumu segera habis, Mr. Jack!" Memutar-mutar Revolver di jari telunjuknya.
"Delapan...."
"Sembilan...."
"Sepuluh... Waktu Anda telah habis, Mr. Jack." Tepat saat Mr. Jack kembali dengan berlari, tak menghiraukan Atasannya melihatnya. Nana memainkan lidahnya di pipi bagian dalam. "Say to goodbye for world!" sambungnya mengarahkan pistolnya. Gotcha!
Dooorr....
Nana menembak tepat di punggung bagian kanan. Puas. Menghampiri Mr. Jack limbung. Menendang kuat punggung pria itu dari belakang. Mr. Jack tak berdaya tersungkur ke depan. Matanya melotot. Tangannya menutupi bagian depan yang tembus satu peluru. Nana jongkok di depannya.
"Bagaimana, nikmat bukan? Sudah puas bermain penyelundupan dana perusahaan? Apakah, Anda pikir saya tidak mengetahuinya? Apakah, Anda pikir saya orang bodoh! Dan untuk design asli saya..." Nana menggantung ucapannya. Menepuk-nepuk dahi Mr. Jack yang setengah terbujur kaku.
"Saya tahu telah Anda jual designnya dengan harga yang fantastis! Wah, sungguh mengesankan. Masih ada ternyata orang macam Anda ini! Sudah makan uang perusahaan, masih sempat mencuri dan menjualnya pula! Dasar otak dangkal, ya seperti Anda ini. Jangan berpikir, saya perempuan. Saya akan mudah di tipu, begitu? Anda salah besar, Mr. Jack. Sudah cukup, saya memantau setiap gerak-gerik Anda. Dan sekarang saya muak!" Menginjak kepala Mr. Jack yang sudah tak bernyawa.
Ia membersihkan jas hitamnya. Menelpon seseorang di seberang. "Bersihkan segera! Atau nyawa kalian taruhannya!" Memutuskan sambungan segera.
Lima menit kemudian, beberapa orang berpakaian jas hitam lengkap. Membawa jasad Mr. Jack ke dalam mobil. Dan beberapa lainnya membersihkan darah yang bercecer di lantai ruangan resepsionis.
"Bagus! Segera makamkan jasad itu. Dan seperti biasa manipulasi semua kejadian ini. Buat keluarganya mati perlahan! Congkak sekali mereka itu rupanya! Makan uang panas saja bangga! Ck! Jika kalian gagal, saya pastikan hidup kalian tidak akan tenang setelah ini. Paham!"
Setelah Nana memberi perintah. Ia berlalu menuju ruangannya. Sebelum ia ingat satu hal. Menuju lantai dua di mana semua karyawannya berada. Tidak semua, karena semua sudah berada dalam aktivitas kegiatan masing-masing.
"Ehm, yang bekerja di bagian bawah. Sekarang bisa kembali bekerja," titah Nana tanpa ekspresi.
"Baik, Mrs."
Wanita itu berbalik, sebelum salah satu karyawannya memanggil.
"Mrs. Nana, hukuman buat saya apa?" ucap karyawan yang kebingungan tadi.
Dia melihat name tag sekilas karyawannya. "Tidak ada hukuman buat Anda, Clara. Dan untuk semuanya! Dengarkan baik-baik! Jikalau ada yang bermain di belakang saya dan berkhianat dengan saya. Saya tidak akan melepaskan kalian jika itu terjadi lagi. Saya permisi." Meninggalkan ruangan itu.
Karyawan yang melihat aura dari direktur hanya meneguk ludah kasar. Menatap kepergian atasan dengan sendu. Bagaimana aura mematikan itu serasa mencekam dan menuntut. Karyawan lama yang sudah bertahun-tahun bekerja di bawah naungan Perusahaan NAO hanya bisa merapalkan doa. Berharap senyuman hangat itu segera muncul. Tuhan punya skenario tersendiri, Mrs. Teruslah melangkah, kami di belakang, Mrs. Ketika Mrs. Terjatuh dan terluka. Kami akan senantiasa berada di sini, Mrs.
Ia memasuki ruang kerjanya. Membuka pintu. Segera menuju kursi kebanggaannya. Menelungkupkan kepala ke dalam siku. Ya Tuhan, saya tahu saya berdosa. Tapi tak bisakah sekali saja, saya merasakan ketenangan. Saya tidak marah, jika saya disembunyikan. Saya tidak dendam, karena 'dia' adalah adik kecil saya. Saya pengecut, hanya bisa melihatnya dari jauh. Saya ingin peluk dia, walau hanya sedetik saja. Hah. Ayah, Bunda. Maafkan anakmu ini, yang belum bisa membawa dia ke dalam pelukan hangat seorang Kakak. Maafkan saya, saya sungguh berdosa. Maafkan, Kakak belum bisa datang ke sana. Tunggu Kakak sebentar lagi, ya adikku....

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja di Naungan Renjana
Historia CortaSEBELUM BACA, FOLLOW, KOMEN, DAN VOTE TERLEBIH DAHULU YA!