30

223 20 7
                                    

SURPRISE!! HEHEHE
Haloo semuaaaa.

Niat nya sebulan ini gak bakalan update tapi ternyata tangan ini sudah gatal pengen nulis lagi hehe 😁.

Yaaa gitu deh hehe.

TANDAI TYPO!

•happy reading•

"Oh, lihatlah siapa yang sudah datang."

Mendengar suara yang tak asing masuk ke dalam telinga nya membuat San menengadahkan kepalanya dan melihat ke arah suara itu berasal.

Deg.

San mematung sesaat, hati nya serasa diremukkan kala melihat pria paruh baya itu lagi. Ia mengepalkan tangan nya dengan kuat, mimik wajah nya jelas memperlihatkan kesedihan dan juga amarah yang besar. Dia yang sudah menghancurkan hidup nya, dia yang tanpa berperasaan meninggalkan ibu nya demi jalang tak tahu diri itu, dia yang sudah merenggut semua yang ia punya, orang itu... Ayah nya.

"Lama tidak berjumpa, Anakku." Ucap Ayah nya sembari menuruni tangga, berjalan mendekati San.

San membuang muka beberapa saat kala melihat Ayah nya itu mendekat, rasanya tidak Sudi melihat orang tua Bangka itu lagi. Ia menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu menatap tajam ke arah Ayah nya.

"Tidak usah bertele-tele, apa mau mu?" Ucap San dengan nada yang begitu datar.

Pria paruh baya yang tak jauh didepan nya itu terkekeh, "kenapa kau begitu terburu-buru, San? Ayo kemari dan berbincang sebentar, bukan kah kita sudah begitu lama tak bertukar sapa?"

"Saya sibuk." Ucap San dengan cepat. Sungguh ia tak Sudi untuk duduk satu ruangan dengan pria tua itu.

Pria itu terlihat menahan tawa.

"Sibuk? Hahaha. Apa yang disibukkan oleh orang berpenampilan beratakan seperti mu hah?"

Mendengar itu membuat San semakin mengeratkan kepalan tangannya. Sebenarnya memang benar apa yang dikatakan Ayah nya itu mengenai penampilan nya yang terlihat cukup berantakan. Rambut yang sedikit ter-acak, kaos lengan pendek nya yang terlihat kusut ditambah jaket dan celana jeans dengan model bagian lutut yang sobek. Uh, kenapa ia tak merapikan penampilan nya terlebih dahulu sebelum berangkat tadi.

"Bukan urusanmu." Jawab San dengan tajam.

"Oh, biar ku tebak pasti kau datang kesini dengan berjalan kaki, kan? Atau bahkan kau memanfaatkan simpati orang-orang yang kasihan pada mu untuk memberi tumpangan?" Ucap pria itu. Ucapan nya benar-benar sangat merendahkan San.

San menahan amarah nya yang bisa meledak kapan saja. Kepalan tangan nya begitu erat hingga kuku-kuku nya memutih, tatapan nya begitu tajam seakan-akan dapat menghunus orang yang berada di pandangannya.

"Kau marah? Apa kau pikir aku akan takut? Hahaha untuk apa ku takut pada orang yang tinggal dibawah jembatan seperti mu."

Sudah cukup. San melangkah kan kaki nya dengan lebar ke arah pria itu lalu menarik kerah baju nya hingga sekarang jarak kedua nya begitu dekat.

San menatap tajam tepat pada mata Ayah nya, ia mengeratkan cengkraman nya pada kerah baju itu.

"Bahkan saya lebih baik menjadi miskin dari pada memiliki harta dari hasil merampas seperti mu." Ucap San dengan tajam.

Pria itu menggeram kesal kala mendengar ucapan San. Ia mendorong San dengan sekuat tenaga hingga San melepaskan cengkraman di kerah nya.

"Bersikap lah dengan sopan! Bagaimana pun saya ini ayah mu!"

AMBIVALEN (WOOSAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang