قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31)
*
*
*BAGIAN 3
"Ini bunda beneran?"
"Beneran apa?" bunda Zena malah balik nanya.
"Hamil lagi?" ayah mereka mendekati sang istri.
Bunda Zena tersenyum lalu memeluk suaminya. "Beneran, bunda hamil lagi," katanya membuat Wafa terduduk lemas dikursi. Posisinya sebagai anak bungsu akan tersingkirkan dalam beberapa bulan ke depan.
Berbeda dengan Alfariz, wajahnya begitu bahagia ketika mendengar kabar jika bundanya kembali hamil.
"Beneran gak nih?" tanya Alfariz memastikan.
Bunda Zena mengangguk.
"Alhamdulillah," ucap ayah Diaz dan Alfariz bersamaan.
"Kalian berdua gak seneng kalo mau punya adik?" tanya bunda Zena kepada anak kedua dan anak bontotnya yang sedari tadi termenung.
Wafa memikirkan bagaimana repotnya dia nanti karena paling sering di rumah. Sedangkan Ghaza memikirkan bakalan seheboh apa rumah mereka.
"Seneng kok bun," jawab Wafa sambil menampilkan gigi rapihnya.
"Kakak seneng gak kalo punya adik lagi?" kini ayah Diaz bertanya kepada Ghaza.
Sama halnya dengan Wafa, Ghaza juga tersenyum menampilkan gigi gingsulnya yang teramat sangat manis.
"Bentar, bun, perut adek mules," ucap Wafa memegangi perutnya. Bukan mulas ingin buang air besar, tapi mulas mendengar kabar baik ini, lebih tepatnya Wafa shock berat. Bukannya tidak senang memiliki anggota baru tetapi Wafa hanya kaget saja.
"Udah. Sekarang pada mandi, bersih-bersih, bentar lagi buka puasa."
Semuanya kembali pada kegiatan masing-masing.
Bukannya ke kamar Wafa justru pergi ke kamar Ghaza. Di sana dia merebahkan tubuhnya di atas kasur milik Ghaza yang ukurannya hanya muat untuk satu orang.
"Ngapain di kamar gue?" tanya Ghaza cuek tanpa melihat adiknya yang menatap langit-langit kamar.
"Kak, ini beneran kita mau punya adik?"
"Hm," deham Ghaza membuka jaket varsity dan menaruhnya disebuah gantungan.
"Beda jauh banget dong umurnya sama gue."
"Lebih jauhan sama Aa," balas Ghaza mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi.
"Iya juga sih, taulah seneng sebenernya mau punya adik, tapi masih gak nyangka aja," gumam Wafa lalu bangkit dari kasur. "Kamar kak Ghaza wangi banget, dia pake parfum apa sih?"
Sifat kepo Wafa muncul lalu mencari-cari sesuatu di atas meja belajar sang kakak. Terdapat sebuah parfum yang ukurannya tidak terlalu besar, "ini dia parfumnya, nyoba kali yah dikit."
Bukannya satu semprotan tetapi lebih dari tiga Wafa semprotkan pada pakaiannya padahal dia belum mandi dan masih pakai baju bekas latihan voli.
"Wangi banget, minta beliin bunda akh. Nanananananna," cowok itu bersenandung keluar kamar.