"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim,"
(Surat Al Hujurat Ayat 11)-SELAMAT MEMBACA-
*
*
*BAGIAN 8
Kaki dinaikkan ke atas sofa, serta camilan di tangannya. Wafa memfokuskan matanya menonton film action di salah satu saluran televisi. Kini, keluarga Ghifari tengah bersantai setelah acara makan malam di dapur.
"Adek gak ada PR?" tanya bunda.
"Kerjain dulu PR-nya kalo ada."
"Gak ada kok, bun."
"Sekolahnya gimana? Lancar?" kini giliran ayah yang bertanya.
"Lancar, yah. Wisnu juga tadi gak gangguin Aldan. Udah insaf kali."
"Alhamdulillah. Kalo Aa gimana Co-ass nya?"
"Alhamdulillah lancar, yah. Cuma kayaknya akhir-akhir ini sering jaga malem. Mungkin mulai besok bakalan bergadang dan pulangnya lusa," ucap Alfariz.
"Semoga selalu sehat ya. Kakak kuliahnya lancar?"
"Alhamdulillah lancar, yah."
"Kalo ada apa-apa cerita sama ayah atau sama bunda. Kalo butuh apa-apa bilang."
Wafa mengambil potongan mangga yang berada di atas meja. Kemudian dia melangkah mendekati sang bunda yang duduk dekat Ghaza. Wafa ingin meminta sesuatu kepada sang bunda.
"Bunda..."
"Apa?"
"Adek boleh gak ke sekolahnya bawa mobil bunda?"
"Boleh, pake aja atuh mobil bunda. Aa ke rumah sakit pake motor, kakak ke kampus pake motor. Bunda sama ayah berangkatnya kalo mau ngajar."
"Beneran boleh, bun?"
"Coba tanya ayah."
Wafa mengangguk sebagai jawaban. "Boleh, nggak, yah?"
"Boleh, tapi adek belum punya SIM A."
"Oke nanti besok adek buat, yah."
Kebetulan Wafa sudah memiliki SIM C dan usianya sudah 17 tahun. Dia juga sudah lancar ketika mengemudi mobil. Itu berkat Ghaza yang mengajarinya dengan sabar. Wafa melatih kemampuan menyetirnya sejak usia 16 tahun.
"Biar kakak yang temenin," balas Ghaza.
"Emang gak ada kelas besok?" tanya Wafa.
"Gak ada."
"Baik banget sih, kak. Jadi makin sayang deh."
"Dih apaan sih." Ghaza menghindari Wafa yang berusaha mendekatinya.
"Bikin SIM gak sebentar, banyak prosesnya. Mending kakak yang daftarin adek sekolah dulu aja. Emang kenapa tiba-tiba pengen bawa mobil ke sekolah?" tanya ayahnya.
"Biar bisa berangkat bareng Aldan. Kasian tau Aldan."
Bunda tersenyum ke arah putra bungsunya yang kini berdiri dihadapannya.