"dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka."
(QS. Maryam : 32)🌷
SELAMAT MEMBACA
*
*BAGIAN 11
Wafa pulang dengan wajah lesu dan sedikit kusut akibat keringat setelah bermain voli. Pikirannya berkecamuk memikirkan sahabatnya yang tidak ada kabar sampai saat ini, padahal tadi pagi mereka pergi ke sekolah bersama. Entahlah, mungkin menurut orang lain ini berlebihan, Wafa sempat pergi ke rumah Wisnu tetapi Aldan tidak ada di sana. Bahkan asisten rumah tangganya pun tidak tahu.
Ya, mungkin ini kesalahan Wafa karena datang ke rumah ayah Wisnu bukan ibunya.
Wafa hendak bertanya alamat rumah ibu Wisnu tetapi ART itu langsung menutup pintu rapat-rapat.Usai membuka gerbang dan memasukkan mobilnya ke pekarangan rumah, cowok dengan kaos putih dan celana abu-abu serta seragam yang dia jinjing tersebut berjalan menuju teras rumah.
Matahari siang ini menembakkan sinarnya tepat di mana Wafa duduk seraya melepas sepatu. Dia melamun menatap hijaunya tanaman milik sang bunda.
"Tumben udah pulang?" Suara yang sangat familiar terdengar dari arah belakang setelah suara pintu terbuka.
"Lho, kakak gak ke kampus?" tanya Wafa menoleh ke belakang.
"Udah pulang, cuma kelas pagi doang. Emang gak liat motor di garasi?"
"Nggak ke garasi."
"Oh..., tumben diem aja. Ada masalah?" Ghaza duduk di samping adiknya.
Ghaza sosok kakak yang peduli ketika melihat perubahan adiknya. Biasanya Wafa banyak bicara dan banyak tingkah, tapi kali ini dia sedikit murung. Walaupun Ghaza terlihat cuek tetapi sebenarnya dia sangat khawatir.
"Gak ada," Wafa tidak ingin bicara saat ini. "Masakin makanan adek laper."
"Ada Aa yang lagi masak."
"Gak ke rumah sakit?"
"Kebagian jaga malem katanya, tadi cuma ngecek pasien aja pagi."
"Oh."
Tanpa berbicara apapun lagi Wafa memasuki rumah dan langsung menuju kamarnya untuk mandi dan salat zuhur. Sementara itu, Ghaza yang amat sangat mengenal adiknya itu menghembuskan napas berat. Dia yakin jika adiknya memang sedang ada masalah.
Suara dentingan sendok terdengar dari piring Wafa. Tidak biasanya Wafa makan dengan cepat dengan keadaan diam. Alfariz dan Ghaza saling tatap.
"Dek, kalo ada masalah coba cerita. Biasanya juga cerita, kenapa?" Alfariz mencoba berbicara setelah makanannya habis.
Alfariz sangat mengenal kepribadian kedua adiknya apalagi Wafa. Ketika si paling banyak bicara itu terdiam maka artinya dia sedang tidak baik-baik saja. Lantas Alfariz akan menanyakan hal yang sama kepada Wafa seperti Ghaza tadi.
Wafa meneguk segelas air putih di hadapannya kemudian mendengus pelan, "Adek khawatir sama Aldan yang gak ada kabar sama sekali sampe saat ini. Padahal tadi pagi pergi bareng. Adek juga kesel sama Aldan yang gak cerita apapun."
Alfariz dan Ghaza saling tatap sebelum menatap adiknya kembali.
"Jadi, tadi temen adek bilang kalau om nya Aldan nikah sama ibu nya Wisnu. Aldan cuma cerita kalo om dia gak pulang. Dia sama sekali gak cerita kalo om nya nikah sama ibu Wisnu."