BAGIAN 9

7.6K 701 149
                                    

"Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui." (QS. Al-Ankabut:64)

—SELAMAT MEMBACA—

Malam ini, hujan turun cukup lebat. Udara semakin dingin, tetapi Wafa menciptakan kehangatan di meja makan. Keluarga Ghifari yang lengkap kini sedang menyantap masakan Ghaza tadi sore.

"Tadi adek ikutan masak, kan, ya, Yah."

"He'em, terus," balas ayah.

"Kakak nyuruh adek buat nungguin ayam yang lagi di oven. Kata kakak, kalo ovennya bunyi tolong angkat. Nah, adek kan duduk di ruang tv sambil nonton." Wafa menjelaskan semua yang terjadi tadi.

Ayah dan Alfariz mendengarkan dengan seksama karena mereka memang belum mengetahui ceritanya. Sementara itu, bunda dan Ghaza hanya mendengarkan.

Tawa Alfariz meledak ketika mendengar bahwa ayam yang dipanggang Ghaza gosong karena keteledoran Wafa. Bahkan Alfariz tersedak buah anggur yang sedang di kunyahnya.

"Ini adalah alasan kenapa adek gak boleh ikut ke dapur," kata ayah yang ikut tertawa.

Bibir Wafa maju beberapa senti karena kecewa mendengar perkataan ayahnya. "Tapi, Yah. Adek juga kan mau belajar masak kayak yang lain. Biar nanti pas punya istri, istrinya suka masakan adek. Ya, seperti ayah sama bunda, lah, yah." Wafa melirik sang bunda dan menaikan kedua alisnya seraya tersenyum.

Perempuan yang memakai daster bunga-bunga dan jilbab instan jumbo berwarna hitam itu membalas Wafa dengan senyuman juga. Bunda terlihat sangat bahagia entah apa yang terjadi padanya padahal tadi siang dia sempat menangis karena mendengar cerita Wafa tentang Aldan.

Wafa sedikit penasaran hingga akhirnya dia bertanya. "Bunda baik-baik aja?" dengan wajah khawatirnya Wafa berdiri dan mendekati sang bunda.

"Bunda baik-baik aja," balas bundanya dengan sangat ceria.

"Ceria banget, Bun?" Imbuh ayah.

"Iya, bunda abis nonton drama Korea yang berakhir happy ending. Drama seru tau, itu loh, Yah, drama yang waktu kemarin malem kita tonton."

Wafa mendadak lesu mendengar penjelasan bunda, lalu dia kembali duduk di kursinya yang berada tepat di samping kanan bunda. "Dikira kenapa."

"Ohh... yang anak kembali ke masa lalu itu?"

"Iya, Yah. Pokoknya itu seru banget, kalian juga harus nonton," tunjuk bunda pada anak-anaknya.

"Emang ada yang cantik, Bun? Perasaan mukanya sama semua. Terus emang drama Korea seru?" Wafa yang tidak suka menonton drama Korea pun penasaran.

"Sama gimana orang beda-beda begitu, yang cantik banyak. Seru dong."

Obrolan itu terus berlanjut, hingga hujan berhenti. Kotak makan sudah Wafa genggam. Tujuannya adalah rumah Aldan yang berada di sebrang rumahnya.

Wafa kini tengah berdiri di teras rumah, dia menghirup udara malam yang dingin. Banyak genangan air di depan rumahnya yang berumput. Perasaan Wafa amat senang ketika hujan datang. Dia merasa hujan adalah alunan musik yang indah, yang bisa mengiringi setiap aktivitasnya.

WELCOME HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang