وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا * يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا * لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
“Dan ingatlah pada hari (ketika) orang-orang dzalim menggigit dua jarinya (menyesali perbuatannya) seraya berkata, “Wahai, sekiranya dulu aku mengambil jalan bersama Rasul. (27) Wahai, celakalah aku, sekiranya dulu aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku), (28) sungguh dia telah menyesatkanku dari peringatan (Al-Qur’an) ketika (Al-Qur’an) itu telah datang kepadaku. Dan setan memang pengkhianat manusia.” (QS. Al-Furqon : 27-29]
****
"Nahan diri buat gak mikirin perkataan orang yang bikin sakit hati itu susah."
—AldanBAGIAN 2
Bagi sebagian orang rumah adalah tempat ternyaman untuk singgah dan tempat ternyaman untuk berlindung. Tapi sebagian orang juga rumah adalah sebuah tempat yang mengerikan, keluarganya cemara tetapi kehilangan fungsinya. Bahkan, ada yang tidak memiliki keluarga.
Tapi keluarga Ghifari menjadikan rumah sebagai tempat ternyaman untuk mereka tinggali. Tempat untuk menyampaikan segala keluh kesah yang mungkin mereka alami perjalanan kehidupan mereka.
Senin menjadi hari paling merepotkan bagi keluarga besar ini, ayah yang bersiap-siap pergi ke kantor, bunda yang harus pergi mengajar, Alfariz dan Ghaza yang harus pergi ke kampus. Pukul enam pagi mereka sudah siap dengan pakaiannya. Berbeda dengan si bungsu yang masih dalam mimpi indahnya.
"Adek belum bangun?" tanya bunda pada Ghaza karena kamar mereka berdekatan.
"Belum, tadi kakak bangunin buat salat subuh sih bangun, tapi malah tidur lagi abis salat."
"Astaghfirullah, itu anak," geram bunda Zena.
Bunda Zena hendak berlari menuju kamar putra bungsunya, namun sang suami menahannya.
"Biar ayah aja, bunda tunggu sini."
Perempuan itu mengangguk, karena hari ini hari senin seluruh anggota keluarga sedang puasa sunah bersama, ini sudah menjadi rutinitas mereka. Jadi mereka tidak perlu repot-repot untuk memasak.
Baru saja hendak menaiki anak tangga, Wafa keluar kamar dengan buru-buru karena takut tertinggal. "BUNDA!" teriaknya sebelum melihat keluarganya yang sudah berkumpul di ruang tengah.
"AYAH! AA KAKAK! JANGAN TINGGALIN ADEK DONG. UANG JAJAN BELUM DIKASIH NIH MAU BAYAR UANG KAS!"
Cowok itu berjalan menunduk sambil membenarkan ikat pinggangnya, "Astaghfirullah, ayah ngagetin aja," kagetnya ketika sang ayah muncul dihadapannya.
"Gak usah teriak-teriak, ayah sama bunda belum berangkat."
"Alhamdulillah, dikira adek ditinggal. Hari ini adek berangkat sama ayah yah, mau sekalian ajak Aldan, om dia gak pulang."
"Iya, silakan."
"Yaudah ayo berangkat."
Mereka pergi ke tujuan masing-masing.
🌷
🌷
🌷Brak...
"Woy!"