"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim."
(QS. Al-Baqarah:254)—SELAMAT MEMBACA—
*
*
*BAGIAN 9
"Bunda, adek mau ke festival di alun-alun boleh, yah?"
"Sama siapa?"
"Sama Aldan."
Bunda mengangguk mengiyakan permintaan Wafa. "Mau bawa mobil sendiri?"
Mata Wafa berbinar ketika bunda bertanya. "Mau, emang boleh?"
"Boleh, asal hati-hati aja bawa mobilnya."
"Okey, siap, makasih bunda." Wafa memeluk bundanya dari samping dan kembali menonton drama.
Suara mobil berhenti di depan rumah membuat keduanya saling tatap. Ayah mereka bilang akan pulang agak malam, sementara Ghaza tidak mengendarai mobil karena cowok itu lebih suka mengendarai roda dua.
Wafa berdiri. "Biar adek yang liat, Bun." Wafa berjalan menuju halaman rumah. Sebelum membuka pintu, Wafa lebih dulu melihat dari jendela. Betapa terkejutnya dia setelah melihat siapa yang keluar dari mobil itu.
"Bocil kematian," ujarnya. "Bunda, ada tante Anna sama suaminya sama Fahira juga." Wafa sedikit menaikkan nada bicaranya.
Wafa membuka pintu dan Fahira sudah ada di depannya.
"Assalamualaikum, udah lama banget gak ketemu abang," ucap Fahira. Cewek dengan rok hitam dan cardigan rajut itu merupakan anak pertama dari Anna dan Dewa. Di mana Anna adalah adik dari ayahnya Wafa. Fahira berusia 14 tahun, 3 tahun di bawah Wafa.
"Waalaikumussalam, mau ngapain?"
"Mau minta makanan," remaja itu menerobos melewati Wafa karena melihat bunda Zena berjalan mendekatinya.
"Wawa," panggilan kesayangan Fahira kepada bunda Zena. Untung saja bukan Wowo.
"Eh, cantiknya Wawa. Abis dari mana?" Bunda memeluk Fahira yang menciptakan kecemburuan.
"Abis undangan ke temen Ibu."
"Owh... yaudah hayu masuk."
"Wawa tau gak? Tadi abang Wafa nanya katanya ngapain ke sini?"
Wafa menatap Fahira tajam. Namun, tatapan itu berubah menjadi biasa saja ketika tante dan omnya mendekat.
Keadaan rumah ramai karena perdebatan Wafa dengan Fahira. Fahira sedang memakan cup cake dengan topping stroberi.
"Bagi sih satu, itu ada dua juga."
"Beli sendiri lah jangan minta terus," balas Fahira.
"Ya ampun, minta dikit doang. Icip lah, pelit banget."
"Kalo aku kasih, abang ngasih apa?"
"Ngasih harapan, udahlah sini."
"Adek, beli gih sana," kata bunda ketika melihat keributan kecil ini.
"Selagi ada yang gratis gak usah beli, Bun."
"Kasih abangnya sedikit, Ra," ujar ayah Fahira.
"Nih," gadis itu memberikan satu cup cake kepada Wafa.
Dengan alis yang dinaik turunkan Wafa menerima itu dan memakannya dalam dua gigitan.
***