Setelah memastikan posisi botol susu Mikayla nyaman dan pas, Camelia cepat-cepat berganti pakaian. Kemeja flanel cokelat susu dengan aksen garis menjadi pilihannya kali ini. Pun kulot hitam yang lebih mirip rok panjang, seolah-olah menjadi pakaian wajib. Dan … hijab paris segi empat cokelat yang seketika menghadirkan ketidaknyamanan dalam hati jika mengingat bahwa hari ini wajib memakainya.
Kalau bukan karena harus menjenguk Ibu, niscaya ia tak akan pernah menyimpan apalagi memakai baju tertutup itu lagi. Percuma, pakaian semacam itu tak benar-benar mampu melindunginya dari kejadian buruk malam itu, kan? Pun begitu, karena memakainya, kesalahan sesedikit apa pun, pasti dihubungkan dengan pakaian. Apakah semua yang terjadi pada Camelia murni hanya kesalahannya? Sungguh manusia itu memang sangat adil.
Camelia mengembuskan napas panjang berusah menghalu ketidaknyamanan dari dada. Tapi percuma, perasaan itu masih bertahan.
Perlahan, ia memasang peniti hijab pada bagian dagu. Lantas, menatap pantulan dirinya dari cermin yang menempel di dinding.
Sebelah sudut bibirnya terangkat disertai dengkusan kecil. "Perempuan Salihah, huh?!" gummanya kemudian.
Camelia berdecak seraya menyambar gendongan kain cokelat yang tergantung di paku yang menempel pada dinding di sebelah cermin tadi. Lalu, menggendong Mikayla. Ia pun meraih shoulder bag kanvas hitam yang tergeletak di ranjang, lalu segera berangkat.
Ya, berubah menjadi Camelia versi lama bukan hal berat demi Ibu. Karena, penderitaan yang Ibu alami juga karena Camelia.
Benarkah?!
Dengan alasan menghemat ongkos, Camelia mengendarai ojek menuju Rumah Sakit Kesehatan Mental. Tempat di mana Ibu dirawat selama beberapa bulan terakhir itu berjarak sekitar sepuluh kilometer dari kontrakan Camelia. Berada di pinggiran kota.
Camelia turun dan segera membayar ongkos, lantas melintasi halaman rumah sakit. Terasa gerakan halus disertai rengekan Mikayla di pelukannya. Tiba-tiba, Camelia menghentikan langkahnya beberapa meter di depan teras rumah sakit. Dia menunduk menatap bayi yang masih terlelap di gendongannya itu. Hadir selaksa rasa yang tak mampu didefinisikan jelas, haru, sayang, sedih, ngilu, dan entah apa lagi.
Sejenak, kelebatan ingatan menyambangi benak. Bagaimana dulu ia berusaha melenyapkan malaikat mungil cantik yang sangat dicintainya itu. Bagaimana bisa ia sejahat itu? Setan mana yang telah merusak hati dan pikirannya? Melenyapkan bayi tak berdosa. Ya, Camelia begitu frustrasi ketika mengetahui kehamilannya kala itu. Ia merahasiakan semuanya, bahkan dari Ivy, sahabatnya.
Tapi kini, tak ada alasan bertahan dan terus bangkit kecuali demi Mikayla. Dan merasakan hal itu, hadir sebersit tanya. Apakah … perasaan setiap ibu selalu begini? Bahkan, perempuan yang telah melahirkan Camelia? Namun … mengapa Ibu sampai setertekan itu dan kehilangan akal sehatnya?
Ah, entahlah.
Camelia berdecak seraya memejam. Lantas, dengan sekali hentakan, dia meneruskan langkah, menyusuri teras samping rumah sakit hingga sampai ke taman luas yang berada di bagian samping agak ke belakang tempat pengobatan itu.
Ia melangkah turun dari lantai teras ke paving yang menjadi pelapis bagian jalan setapak taman luas dengan rumput hijau terhampar itu. Terdengar gemericik air mancur dari kolam ikan yang berada di tengah kolam.
Langkah Camelia memelan ketika matanya menangkap sesosok perempuan berumur berumur enam puluhan tahun tengah duduk membelakanginya di bangku taman, di bawah pohon ketapang kencana. Ia tampak tenang dengan piyama rumah sakit yang melekat di badannya. Hijab instan biru sederhana masih tetap setia menutup tiap helai rambutnya yang telah banyak memutih. Sesekali, kepala perempuam paruh baya itu menunduk. Pasti dia tengah membesikkn sesuatu pada boneka beruang yang selalu dibawanya. Sikapnya seolah-olah menganggap boneka itu sebagai anaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Terbit e-Book] Ayah untuk Mikayla
RomansaSetelah ditinggal begitu saja oleh suami seumur jagungnya, Camelia harus menerima kenyataan tentang kematian bapak dan beban utang dengan jaminan rumah satu-satunya. Mau tak mau Camelia harus berusaha memepertahankan dan meneruskan usaha toko alat t...