Relasi Rasa 5

2.1K 129 3
                                    

السلام عليكم

•••

"Assalamualaikum," salam seseorang dari arah depan rumah.

"Waalaikumsalam," jawab Umma Fidha dan Ustadzah Liana serempak.

"Sebentar ya Nak Liana, Umma ke depan dulu sepertinya Haqi sudah pulang mengajar," pamit Umma pada Ustadzah Liana yang diam tidak menyahut sembari menunduk menatap lantai dengan pikiran yang bercabang.

Umma Fidha yang belum mendengar sahutan dari orang di depannya itupun menepuk pelan pundak Ustdzah Liana pelan hingga tersadar.

"Eh maaf ada apa ya Umma?" Tanya Ustdzah Liana dengan senyuman tak enak karena tidak menyahuti ucapan Umma Fidha.

Umma Fidha ikut tersenyum di Sergai kekehan kecil, "Kamu ini Umma tadi tuh mau pamit ke depan tapi malah liat kamu melamun mikirin apa hm?" Tanya Umma Fidha penasaran dengan apa yang di pikirkan Ustdzah Liana.

"Nggak ada Umma," jawab Ustdzah Liana sembari menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.

"Ya sudah Umma mau pamit ke depan ya mau bukain pintu buat Haqi, kasian udah nunggu lama kayanya." Seru Umma Fidha dan di balas anggukan pelan dari Ustdzah Liana.

🧕👳

Cklek

Pintu utama Ndalem terbuka lebar menampilkan wanita paruh baya yang sedang tersenyum hangat menyambut kedatangan nya.

Gus Haqi langsung saja masuk ketika sang ibu membuka pintu, setelah itu mencium telapak tangan sang ibu dengan takzim serta kecupan singkat di kening yang di berikan Gus Haqi pada sang ibu.

"Kenapa lama buka pintunya Umma, tumben banget," ucap Gus Haqi seraya berjalan ke arah sofa tamu di ikuti dengan Umma Fidha. Mereka berdua duduk berdampingan.

"Tadi Umma sedang ada di dapur Nak, nggak sengaja tadi Umma larut sama obrolan Umma dengan Ustdzah Liana, jadi lama deh buka pintunya, maafin Umma ya,"

"Ustdzah Liana?" Tanya Gus Haqi yang mengabaikan permintaan maaf dari Ummanya.

"Astaghfirullah Umma lupa, Ustdzah Liana masih ada di dapur, sebentar Haqi Umma mau ajak Ustazah Liana kesini dulu kasian dia sendirian di dapur." Ucap Umma Fidha yang langsung pergi berjalan ke arah dapur tanpa mau mendengar respon dari Gus Haqi yang masih ingin berbicara.

🧕👳

"Astaghfirullah maaf Nak Liana maaf Umma nggak bermaksud ninggalin kamu sendirian di dapur," sesal Umma Fidha langsung memeluk Ustdzah Liana, Ustdzah Liana yang belum siap dengan serangan itu terdiam kaku, antara ragu ingin membalas pelukan Umma atau membiarkan saja.

beberapa detik kemudian pelukan Umma terurai, "maafkan Umma ya Nak," sambung Umma Fidha merasa bersalah.

"Tidak apa-apa Umma, lagian di sini nggak ada hantu jadi Liana nggak takut kalau sendirian," canda Ustadzah Liana membuat Umma terkekeh lalu menjawil gemas pipi Ustdzah Liana.

"Bisa aja kamu, ya sudah ayo ke ruang tamu." Ajak Umma Fidha yang langsung mencekal pergelangan tangan Ustdzah Liana dan membawanya ke ruang tamu.

"Assalamualaikum Gus," salam Ustdzah Liana kala ia telah sampai di ruang tamu dan melihat ada Gus Haqi yang sedang bermain ponsel.

"Waalaikumsalam," jawab Gus Haqi dengan melihat sebentar keberadaan Ustadzah Liana.

"Ayo duduk Nak Liana." ucap Umma Fidha yang sudah duduk manis di samping Gus Haqi.

"Afwan Umma, sebaiknya Liana pamit ke asrama saja ya." Ucap Ustdzah Liana dengan raut yang bercampur canggung dan tidak enak berada di tengah-tengah keluarga tersebut.

"Lah kok gitu, udah di sini aja ya kita makan siang bareng, sebentar lagi Abah Kabir pasti pulang, Umma mohon ya Nak Liana."

"Afwan Ustdzah Liana, ikuti saja keinginan ibu saya kalau tidak beliau akan selalu merengek seperti anak kecil," ucap Gus Haqi yang langsung di beri tatapan tajam dari sang Umma.

"Nggak begitu kok Nak Liana, jangan dengerin ucapan Haqi dia suka nglantur ngomong nya," seru Umma Fidha dan kini Gus Haqi yang cengo kala Ummanya itu malah mengatai dirinya.

"Assalamualaikum," salam seseorang yaitu Abah Kabir yang baru saja pulang dari acara dakwahnya di kampung sebelah.

"Waalaikumsalam," jawab serempak Umma Fidha, Gus Haqi serta Ustdzah Liana.

Umma Fidha langsung beranjak menghampiri sang suami lalu menyalimi nya dengan di ikuti Gus Haqi serta Ustdzah Liana yang mengatupkan kedua tangannya di depan dada saat ingin bersalaman pada Abah Kabir.

"Nahh sekarang Abah udah pulang ayo kita makan bareng," seru Umma Fidha antusias.

"Ayo Nak Liana," ajak Umma lalu menggandeng pelan lengan Ustdzah Liana menuju meja makan dengan raut yang ceria.

Ustadzah Liana pasrah saja saat tangannya itu di gandeng, setelah sampai Umma Fidha menginterupsi dirinya agar duduk di sampingnya di ikuti Abah Kabir yang duduk di depan Umma Fidha serta Gus Haqi yang duduk di depan Ustadzah Liana.

"Sini biar Umma yang ambilin," ucap Umma Fidha saat ingin mengambil alih piring Ustdzah Liana.

"Biar Liana sendiri aja Umma," tolak halus Ustdzah Liana seraya tangannya mencekal tangan Umma Fidha.

"Nggak apa-apa sayang, biar sekalian kaya Abah dan Haqi ya, udah biar Umma ambilin ya kamu duduk diam aja, oke?"

"Baiklah Umma," pasrah Ustdzah Liana tidak enak kalau ingin membantah lagi, akhirnya mereka makan bersama sebelum itu mereka telah berdoa terlebih dahulu. Semua makan dengan khidmat hingga acara makan bersama itu telah selesai.

"Umma hari ini masaknya kok enak banget, beda dari rendang yang sebelumnya." Puji Gus Haqi.

"Ini bukan Umma yang memasak Haqi, tapi Ustdzah Liana," jawab Umma Fidha lantas tersenyum ke arah Ustdzah Liana yang selalu setia menunduk.

"Masya Allah, Ustadzah Liana masakan kamu sangat enak saya menyukainya, terima kasih." Ucap Gus Haqi tulus seraya memandang Ustdzah Liana yang menunduk dan sempat melihat senyuman terbit di bibir Ustdzah Liana.

'Ternyata bentuk rezeki yang Allah turunkan
Itu banyak ya bentuk nya, salah satunya melihat senyuman nya. Astaghfirullah' ucap Gus Haqi di dalam hati.

"Syukron Gus," ucap Ustdzah Liana memandang sekilas wajah Gus Haqi lalu menunduk kembali.

🧕👳

Wassalamu'alaikum

Next or No?

Tbc......

RELASI RASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang