Relasi Rasa 24

1.4K 86 19
                                    

السلام عليكم

•••
Bermunajat kepada Allah untuk menentukan pilihan yang paling tepat, berkali-kali saya tanya pada hati saya sendiri. Sudah tepatkah pilihan saya? Dan berkali kali pula jawaban saya tetap sama yaitu kamu Liana Amyra Kralybel.

~Gus Baihaqi Albara Kabir~

•••

Malam harinya setelah solat Isa berjamaah, Gus Haqi lekas kembali pulang ke Ndalem. Malam ini ia izin absen mengajar ngaji para santriwan karena ada sesuatu yang sangat penting yang harus disampaikan.

Gus Haqi terlebih dulu mengetuk pintu utama Ndalem, tidak berselang lama pintu ndalem terbuka lebar yang menampakkan sosok Umma tercintanya.

"Assalamualaikum Umma." Salam Gus Haqi seraya menyalimi punggung tangan sang Umma.

"Waalaikumsalam Nak, tumben udah pulang? Nggak ngajar ngaji?" Tanya Umma Fidha beruntun.

"Mboten Umma hari ini Haqi izin tidak mengajar, karena ada sesuatu yang mau Haqi sampaikan sama Umma dan Abah." Ucap Gus Haqi lalu masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu.

Umma Fidha turut ikut duduk di samping sang putra, matanya menyorot penasaran dengan apa yang akan disampaikan Haqi.

"Mau bicara apa sayang?" Tanya Umma yang di balas senyuman manis dari sang putra.

"Tunggu Abah ya Umma, sekarang Abah dimana?" Tanya Gus Haqi kali ini.

"Abah tadi lagi di toilet, bentar lagi juga kesini." Jawab Umma Fidha.

Dan benar saja selang beberapa menit kemudian, Abah pun datang sembari mencekal secangkir gelas teh hangat.

"Loh Haqi? Ngajinya libur toh?" Tanya Abah Kabir heran dengan anaknya yang tiba-tiba pulang cepat biasanya jam sepuluh atau sebelas Gus Haqi baru pulang ke Ndalem.

"Ngga Abah, Haqi itu mau bicara sesuatu sama kita." Bukan Gus Haqi yang menjawab melainkan sang Umma.

"Bicara opo toh nak?"

"Umma, Abah jika setelah Haqi berbicara sesuatu ini, apakah nanti Umma dan Abah akan ikhlas?"

Abah Kabir dan Umma Fidha saling melemparkan pandangan, tidak paham dengan apa yang akan di sampaikan sang putra.

"Abah dan Umma tidak lagi ikut campur dengan apa yang kamu lakukan karena kamu sudah besar Haqi, kami tau kalau kamu tidak akan melakukan yang membuat hati kami kecewa. Jadi insya Allah Abah dan Umma akan ikhlas."

"Apakah jika Haqi menikah kalian setuju?" Tanya Gus Haqi tiba-tiba.

"Tentu kami setuju, karena menikah itu kan ibadah jadi tidak ada alasan kami tidak setuju dengan niat baik kamu sayang." Jawab Umma Fidha seraya mengelus sayang kepala Gus Haqi.

"Benar apa kata Umma, kalau Abah boleh tau gadis mana yang bisa menaklukkan hati kamu Haqi?"

"Usta-dzah L-liana Abah, Haqi berniat untuk mengkhitbahnya." Ucap Gus Haqi gugup.

"Haqi? Kamu ngga bercanda kan Nak?" .

"Mboten Umma, Haqi serius".

"Masya Allah, kamu benar-benar siap kan nak? Tanggung jawab sebagai suami itu sangat besar, apalagi dengan lika-liku berumah tangga apakah kamu mampu Nak?" Tutur Abah Kabir pada Gus Haqi.

"Nggih Abah, bismillah Haqi siap dengan apapun yang terjadi."

"Ingat Haqi, bukan hanya kamu terima cintanya, tapi terimalah juga sifatnya, perilakunya, dan apapun tentangnya."

RELASI RASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang