Relasi Rasa 14

1.5K 94 5
                                    

السلام عليكم

•••

Lupakan, ikhlaskan, relakan, dan jangan berharap lagi, jangan sakiti diri kamu sendiri atas apa yang sudah ditakdirkan jalannya untuk pergi.

~Gus Baihaqi Albara Kabir~

•••

Gus Haqi telah selesai mengajar kelas terakhirnya yang berakhir pada sore hari, ia pun segera membereskan peralatan yang berserakan di meja kerjanya, di rasa sudah rapi Gus Haqi langsung menyambar kunci mobilnya dan beranjak pergi meninggalkan ruangan.

Sepanjang berjalan di koridor matanya tak luput untuk selalu menunduk, masih banyak sekali mahasiswa/i yang masih duduk-duduk santai di area taman dan gazebo untuk sekedar mengerjakan tugas ataupun hanya untuk nongkrong bersama teman-temannya.

Saat ingin berbelok ke arah parkiran dosen, ia tak sengaja melihat sosok perempuan yang sangat familiar baginya, perempuan itu sedang berjalan terburu-buru dengan perempuan yang satu lagi berjalan dibelakangnya sambil meneriaki nama sang perempuan di depannya.

Gus Haqi yang melihat pun hanya mengabaikannya dan lanjut berjalan ke arah letak mobilnya berada, setelah berada di depan mobil Gus Haqi berdiri sejenak karena sang Umma menelpon ia jadi harus mengangkat telepon sang Umma terlebih dahulu, saat telah selesai dengan acara menelponnya Gus Haqi mendongak melihat langit yang terlihat mendung, ia juga tadi sempat merasakan rintik hujan mengenai tangannya walaupun belum deras.

Tak mau menunggu waktu lama, ia langsung masuk ke dalam mobil dan setelah itu melajukan mobilnya keluar parkiran. Saat ingin berbelok untuk meninggalkan area kampus tak sengaja mata Gus Haqi melihat sosok perempuan yang sama dengan di liatnya saat ingin ke parkiran, namun bedanya hanya satu perempuan. Perempuan itu sedang berjalan kaki tapi yang membuat heran Gus Haqi mengapa ia harus berjalan kaki? Sedangkan tempat tinggalnya saja sangat jauh dari letak kampusnya di tambah dengan cuaca buruk hari ini.

Dengan rasa penasaran Gus Haqi mengikuti perempuan itu, mulutnya tak berhenti mengucap mohon ampun pada sang pencipta dan terus beristighfar. Gus Haqi menepikan mobilnya sebentar kala perempuan itu berjalan memasuki area tempat pemakaman umum.

"Untuk apa Ustdzah Liana ke pemakaman umum? Apakah dia ingin ziarah? Tapi kepada siapa?" Tanya Gus Haqi bermonolog sendiri.

Gus Haqi melepaskan sealbeth yang dipakainya lalu berjalan menyusul ustadzah Liana masuk ke dalam pemakaman, terpaut cukup jauh ia berjalan dari Ustdzah Liana sampai pada akhirnya Ustdzah Liana berhenti tepat di depan makam yang sudah terlihat lama, Gus Haqi lantas bersembunyi di belakang tumbuhan bunga Kamboja yang jaraknya cukup dekat dengan posisi Ustdzah Liana dan ia juga mendengar Ustdzah Liana yang sedang mengucapkan salam.

"Assalamualaikum mah, Liana datang lagi ngunjungin mamah, mamah lagi apa disana? Mama bahagia ya di sana, mamah tenang aja ya aku baik-baik aja kok di dunia, ya walaupun dunia itu jahat mah, sebenarnya aku capek mah aku butuh tempat cerita, butuh tempat bersandar, butuh pelukan hangat dari mamah tapi aku sadar apa yang aku inginkan itu sekarang sudah tidak bisa lagi, mah maaf.. jika aku masih tak mampu menahan air mata saat mengingat mu, maaf jika aku masih belum cukup kuat untuk menahan diri ku sendiri yang rapuh, maaf jika anak perempuan mu ini masih lemah jika menyangkut mu, tau gak mah? Segala tentangmu adalah kelemahan ku." Ucap Ustadzah Liana pada pusara sang ibu di iringi dengan tetesan air mata yang kini mulai menetes.

"Mah, aku selalu rindu kasih sayang mu, suara lembut mu dan belaian kasihmu, aku rindu mah. Andai saja aku bisa merasakan itu semua lagi mungkin aku akan jadi orang yang paling bahagia mah, maaf ya mah aku jadi nangis padahal aku tadi bilang aku kuat, tapi tenang aja mah aku akan berusaha kuat disini untuk mu, terima kasih ya mah telah melahirkan ku, aku sangat bersyukur pernah di peluk erat oleh rahimmu, pernah merasakan asimu walaupun tidak lama, tapi semoga nanti Allah pertemukan kita di surga ya mah, agar kita bisa berkumpul bersama-sama lagi disana, jangan lupa datang di mimpi Liana juga ya mah, dekap erat Liana di mimpi, karena dekapanmu sudah cukup menjadi obat buat Liana untuk kuat disini, Liana pamit assalamualaikum mah," sambung Ustdzah Liana lalu menghapus jejak air matanya setelah itu mengecup lama nisan sang ibu.

"Waalaikumsalam," jawab lirih Gus Haqi menjawab salam Ustadzah Liana, diam-diam Gus Haqi meneteskan air matanya entahlah hatinya sangat tak kuat jika menyangkut tentang ibu.

Tepat setelah Gus Haqi menjawab salam, hujan  turun, langit yang semulanya berwarna kelabu sekarang menurunkan jutaan air yang turun dari langit membasahi bumi.

Ustdzah Liana yang merasakan rintik hujan yang sudah mulai deras lantas berjalan cepat, Gus Haqi yang melihat  Ustadzah Liana sudah meninggalkan posisi yang sebelumnya lantas berjalan menyusul mengikuti.

Tapi sebelum menyusul Gus Haqi menyempatkan diri berhenti sebentar di pusara ibunda Ustadzah Liana, bibirnya tersenyum.

"Maaf Bu saya telah lancang mengikuti putri ibu, saya harap ibu mau memaafkan saya. Saya permisi ya Bu, Assalamualaikum Bu." Ucap Gus Haqi.

🧕👳

Gus Haqi mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Ustdzah Liana, matanya memicing melihat satu perempuan yang sedang duduk di halte seraya tangannya memeluk dirinya sendiri sesegera mungkin ia berjalan ke arah mobil nya yang terparkir cukup dekat, lantas ia mengambil jaket dan payung miliknya di dalam mobil lalu berjalan menghampiri Ustadzah Liana.

Gus Haqi berdiri beberapa meter dari Ustdzah Liana yang terlihat sedang melamun dengan matanya menyiaratkan kesedihan, Gus Haqi menyampirkan Jaket miliknya pada bahu Ustdzah Liana dengan matanya menunduk tak berani memandang Ustadzah Liana dari dekat.

Ustdzah Liana tersentak kala tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri dan menyampirkan sesuatu di bahunya, lantas ia segera mendongak untuk melihat siapa pelakunya.

"Gus Haqi,"

"Ikhlaskan apapun yang sudah terjadi, semuanya sudah Allah atur, termasuk ikhlas pada sesuatu yang sudah pergi dari kita, kita hanya bisa menjalaninya dengan ikhlas dan sabar karena nggak semuanya harus tentang yang kita mau." Ucap Gus Haqi tiba-tiba.

Ustadzah Liana yang mendengar ucapan yang keluar dari mulut Gus Haqi hanya terpaku dan diam, ia mencerna kembali perkataan Gus Haqi.

"Iya Gus saya sudah ikhlas kok," balas Ustdzah Liana melihat Gus Haqi yang diam berdiri membelakangi dirinya.

Namun sedetik kemudian ia tersadar mengapa ada Gus Haqi disini? Apakah beliau mengikuti dirinya? Tapi untuk apa Gus Haqi mengikuti? Ustadzah Liana menerka-nerka apa yang dilakukan sosok di depannya ini di pemakaman.

"Gus Haqi ngikutin saya?" Tanya Ustdzah Liana penasaran.

"Pede sekali kamu, saya tidak ada waktu untuk mengikuti kamu." Ucap Gus Haqi dingin.

"Kalau bukan itu terus Gus Haqi ngapain disini?"

"Menurut kamu? Tujuan seseorang berkunjung ke makam untuk apa?" Tanya Gus Haqi, ia tidak berbohong jika ia habis ziarah kan? Ziarah ke makam ibu Ustdzah Liana maksudnya.

"Ya- iya buat ziarahlah Gus," jawab Ustdzah Liana terbata-bata, ia sadar dengan pertanyaan konyol yang keluar dari mulut nya itu.

"Tuh kamu tau, anak SD aja mungkin juga tau." Ucap Gus Haqi seraya dengan ledekan untuk membuat sebal Ustdzah Liana.

"Nyebelin banget sih, untung Liana cantik punya banyak stok sabar." Gumam Ustadzah Liana yang masih terdengar Gus Haqi yang dibuat terkekeh karena gumamannya.

"Ayo pulang-"

🧕👳

Waalaikumsalam

Hai bagaimana dengan chapter kali ini?

Bahagia?

Sedih?

Atau campur aduk?

Makasih ya yang udah dengan senang hati mampir ke cerita ku, jangan lupa berikan apresiasi kalian pada cerita ini yaa...

Secreenshot jika ada bagian cerita yang menurut kalian bagus, dan bagikan agar semua orang bisa membaca cerita ini ya guys... Aku pamit lagi see u.

Tbc...

RELASI RASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang