Relasi Rasa 23

1.4K 87 15
                                    


Jika sebenarnya tujuanmu bukan saya, kenapa kamu harus mengajak saya berjalan sejauh ini? Seharusnya kalau emang sedari awal kamu hanya ingin main-main, tolong jangan sampai mengundang rasa, karena sejatinya perempuan akan lemah terhadap perasaannya, jangan pernah menebar janji pada perempuan jika hanya penghianatan yang kamu tepatkan.

~Liana Amyra Klarybel~

•••
السلام عليكم

•••

Pagi hari ini merupakan hari yang paling di nanti oleh semua santriwan dan santriwati, karena di hari ini semua santriwan serta santriwati di perbolehkan keluar gerbang utama pondok pesantren.

Mereka semua diberi waktu untuk sekedar merefreshing kan para santriwan dan santriwati, biasanya kegiatan ini akan dilaksanakan pada saat hari Ahad saja.

Ada yang pergi membeli jajanan di depan gerbang pesantren, warung kopi, bahkan alun-alun kota, serta banyak yang sekedar jalan-jalan mengitari pedesaan yang masih asri, terpatnya mereka akan pergi melihat sawah yang hijau atau pergi ke sungai untuk memancing.

Tapi kali ini ustadzah Liana tidak memiliki mood, entah mengapa kini wajahnya terlihat murung seperti ada banyak masalah yang di pikirkan oleh Ustadzah Liana.

Hari ini ia tidak memiliki semangat seperti para santri yang lain. Yang dengan antusias berbondong-bondong untuk keluar berjalan-jalan.

"Assalamualaikum Na." Salam Alma saat tiba di hadapan ustadzah Liana yang sedang duduk di teras depan kamarnya.

"Eh, Waalaikumsalam Al." Jawab Ustadzah Liana sedikit terkejut dengan kedatangan Alma yang tiba-tiba.

"Hayo melamun, mikirin apa si Na?" Tanya Alma sembari menyenggol pelan lengan Ustadzah Liana lalu ikut duduk di sampingnya.

"Ndak, aku ngga melamun cuma lagi banyak pikiran aja." Sahut Ustadzah Liana lesu lalu menundukkan kepalanya sembari menghela napas berat.

"Sini cerita, aku siap jadi tempat pendengar kamu Na. " Tawar Alma.

"Ngga apa-apa Al ini bukan masalah yang serius kok, aku bisa atasin sendiri." Ucap Ustdzah Liana menenangkan lalu di akhiri senyuman.

"Maaf Al aku sudah bohong sama kamu, tapi suatu saat nanti aku janji bakal cerita semua sama kamu." batin Ustadzah Liana.

"Ya sudah aku ngga mau maksa kalo kamu belum mau cerita sama aku Na."

"Terima kasih ya Al, kamu mau ngertiin aku," ucap Ustadzah Liana lalu memeluk Alma yang berada di sampingnya.

Pelukan itu terurai, Alma menangkupkan kedua tangannya pada kedua pipi chubby milik ustadzah Liana.

"Sudah seharusnya begitu kan? Ingat ya Na kamu ngga usah sungkan kalo kamu punya masalah terus kamu bingung mau cerita ke siapa? Ada aku disini! Aku senang kalo kamu mau berbagi masalah kamu sama aku. Jangan lagi pendam sendiri ya!" Ustadzah Liana mengangguk tidak lupa dengan senyuman manis yang menghiasi bibirnya.

"Udah yuk kita keluar, aku mau ngajak kamu ke cafe yang baru launching di depan pertigaan." Sambung Alma mengajak ustadzah Liana untuk sekedar menghibur agar tidak sedih dan bisa mengurangi permasalahan yang dipikirkannya.

"Boleh, aku ambil tas sama kunci kamar dulu ya." Sahut Ustadzah Liana menyuruh Alma menunggu, sementara ia masuk ke dalam kamar untuk mengambil tas lalu mengunci pintu kamar.

"Udah?" Tanya Alma saat ustadzah Liana kembali ke tempatnya semula sebelum pergi.

"Udah nih."

"Come on," ucap Alma bergembira begitu juga dengan Ustadzah Liana.

RELASI RASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang