ENDING

1K 53 0
                                    

السلام عليكم

•••

Orang yang mengaku menyukai hujan untuk melepaskan rasa sakit ternyata akan berteduh juga, karena pada akhirnya yang ia sukai pun dapat menyakiti.

•••

Malam harinya tepatnya di waktu sepertiga malam, Gus Haqi bangun dari tidurnya ia duduk di atas ranjang membaca doa setelah bangun tidur.

Setelah membaca doa Gus Haqi menolehkan kepalanya melihat istrinya yang sedang tertidur pulas membelakanginya, entah ia merasa ada sesuatu yang berubah dari istrinya.

Tidak biasanya istrinya tidur membelakanginya dalam waktu semalaman, biasanya dia sendiri yang langsung memeluk Gus Haqi ketika hendak tidur.

Gus Haqi mendekatkan kepalanya, melihat wajah damai sang istri namun Gus Haqi mengernyitkan dahinya merasa ada yang ganjal, mata Ustadzah Liana sembab bahkan bengkak seperti habis menangis sesenggukan.

"Kamu habis nangis hm?" Monolog Gus seraya membelai lembut rambut Ustadzah Liana yang tertutupi hijab.

Perlahan Gus Haqi melepaskan hijab instan Ustadzah Liana, Gus Haqi sudah di perbolehkan melihat rambutnya Ustadzah Liana bahkan istrinya itu yang menawarkan untuk membuka hijabnya di depan sang suami kala itu.

Gus Haqi mencium lembut kening Ustadzah Liana, ia mencium sambil menghirup wangi vanilla dari rambut Ustadzah Liana hingga tak sadar Gus Haqi sampai memejamkan matanya.

"Aku ngga tau kamu menangis karena apa, tapi sungguh aku tak rela sebutir air mata itu keluar terkecuali air mata kebahagiaan Ning." Monolog Gus Haqi lalu beranjak bangun dari atas ranjang untuk pergi ke kamar mandi, mengambil air wudhu.

Gus Haqi memang sengaja tidak membangunkan Ustadzah Liana, ia akan membiarkan waktu biarlah istrinya itu tidur dengan nyenyak pasti capek juga habis menangis.

Setelah wudhu, Gus Haqi langsung bergegas menunaikan sholat tahajjud, hingga tidak terasa waktu menjelang subuh telah datang.

Gus Haqi bergegas menuju ke tepi ranjang yang di tempati Istrinya, ia menciumi semua wajah sang istri. Merasa ada pergerakan dari Ustadzah Liana Gus Haqi merasa puas karena istrinya terusik.

Ustadzah Liana mengucek matanya yang sulit terbuka a.k.a menyipit karena bengkak sehabis menangis terlalu lama. Ustadzah Liana dapat melihat Gus Haqi sedang tersenyum teduh seperti biasanya.

"Yuk bangun, kita sholat subuh dulu."

Ustadzah Liana lantas bangun dari ranjang tanpa sepatah kata, ia langsung beranjak menuju kamar mandi.

"Loh kenapa ngga wudhu?" Tanya Gus Haqi saat Ustadzah Liana datang dan melihat istrinya tidak wudhu.

"Udzur mas." Jawab Ustadzah Liana seraya berjalan ke arah lemari untuk mengambil sesuatu yang dibutuhkan para wanita saat datang Udzur.

"Solat dimana?" Sambung Ustadzah Liana bertanya.

"Di rumah." jawab Gus Haqi lalu mengambil peci yang sebelumnya ia taruh di atas nakas.

"Piye toh kenapa Ndak di masjid?" Heran Ustadzah Liana, biasanya walaupun ia sedang Udzur, Gus Haqi tetap pergi ke masjid, mengapa kali ini tidak? Pikir Ustadzah Liana.

"Kalau aku ke masjid kamu ngga ada temennya disini, nanti saja kalau kamu tidak Udzur lagi kita sama-sama ke masjid."

Ustadzah Liana tersenyum getir, "udah aku ngga apa-apa disini sendiri, kamu ke masjid aja kan udah biasa juga."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RELASI RASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang