Relasi Rasa 22

1.3K 85 21
                                    

السلام عليكم

•••

Matahari telah menampakkan dirinya menghiasi langit cerah di pagi hari, udara yang sejuk membuat tidur seorang gadis itu lebih nyaman dan nyenyak.

Matanya masih terpejam tak ingin bangun dari hangatnya pelukan bantal dan lembutnya selimut.

Ustadzah Liana memijat pangkal hidungnya saat merasakan pusing, tubuhnya terasa menggigil hingga ingin bangun pun susah padahal matahari sudah tampak terik.

"Astaghfirullah, sakit sekali." Lirih ustadzah Liana.

Setelah menunaikan shalat subuh di asrama, ustadzah Liana yang merasa tubuhnya lemas akhirnya tergeletak di lantai yang beralaskan sajadah dan tubuhnya yang masih terbalut mukenah.

Perlahan-lahan ustadzah Liana bangkit dari tidurnya, meraba-raba pinggiran kasur guna membantu dirinya berdiri.

Dengan langkah tertatih ustadzah Liana mampu berjalan sampai kamar mandi yang tersedia di dalam kamarnya.

Ia berniat ingin mandi saja siapa tau badannya akan jauh lebih baik dari pada sebelumnya, hari ini ustadzah Liana berniat ingin pulang ke rumah untuk sekedar menengok sang nenek di rumah.

Rumah ustadzah Liana tidak jauh dari lokasi pondok pesantren, memang rumah ustadzah Liana terletak di dalam kota tapi jaraknya cukup dekat, sehingga ustadzah Liana pun sering sekali jika ia pulang ke rumah hanya menggunakan angkot ataupun bus.

Kurang lebih sudah lima belas menit berlalu ustadzah Liana telah selesai mandi dan berganti baju tetapi belum memakai kerudung.

"Alhamdulillah badanku jauh lebih baik sekarang. Tinggal pakai hijab terus izin deh sama kyai dan Bu nyai."

Ustadzah Liana lantas secepat mungkin menggunakan hijab pashminanya, setelah merasa cukup puas dengan penampilannya ustadzah Liana mendekat ke arah meja belajarnya, mengambil lipcream yang berwarna natural lalu mengoleskannya pada bibir pink sedikit pucat miliknya.

"Selesai deh, waktunya berangkat." Ucap Ustdzah Liana lalu meraih tas selempangnya dan berjalan keluar kamar tak lupa pula mengunci kamar terlebih dahulu sebelum ia benar-benar pergi.

🧕👳

Suasana ndalem yang cukup sepi di karenakan para santri sedang berada di aula, sehingga membuat Ustadzah Liana sungkan untuk mengetuk pintu.

Tangannya terulur ke arah pintu, ia ragu ingin mengetuknya atau tidak. Ia takut mengganggu seperti halnya waktu kemarin.

Ustadzah Liana menghembuskan napasnya perlahan lalu berucap bismillah sebelum mengetuk pintu.

"Assalamualaikum." Salam Ustadzah Liana saat telah mengetuk pintu ndalem.

tidak membutuhkan waktu yang lama pintu ndalem yang sebelumnya tertutup rapat kini terbuka lebar dan tampak lah sosok laki-laki berbalut kemeja berwarna navy serta celana bahan hitam tidak lupa pula sepatu yang mengkilap.

Ustadzah Liana yang sedang menunduk itu melihat sepatu mengkilap yang dikenakan orang yang berada di depannya sungguh terkejut.

"Sejak kapan Abah kyai pakai sepatu kaya gini? Pakai celana pula?" Tanya Ustadzah Liana pada dirinya sendiri dengan suara lirih tapi sayang sekali suaranya terdengar oleh orang yang berada di depannya.

"Saya bukan Abah!" Jawab sosok yang berada di depan Ustadzah Liana.

Ustadzah Liana yang mendengar suara berat dari orang yang berada di depannya ini lantas mendongak.

RELASI RASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang