Part 3

8K 412 9
                                    

Pagi ini Vano duduk diam disofa ruang keluarga dengan tatapan kosong, setelah acara sarapan pagi tadi seluruh orang dimansion ini kembali disibukkan dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Kedua Abang dan ayahnya berada diruang kerja mereka, dikarena hujan yang sangat deras membuat siapapun malas untuk berpergian kemana-mana.

Dahi anak itu ditempeli oleh bye bye fever, plester penurun panas yang dipasangkan oleh Hendra karena pagi ini tiba-tiba saja suhu tubuh Vano meningkat.

Tadi anak ini disuruh beristirahat oleh Hendra dikamar namun Vano menolak keras dengan alasan dia muak terus-terusan berdiam diri dikamar.

Televisi diruangan tersebut hidup namun Vano tidak memiliki minat untuk menatap kearah layar yang tengah hidup itu, pikiran nya melayang entah kemana.

Tiba-tiba saja anak itu berdiri, kaki putih itu melangkah menuju kearah halaman belakang dimana disana terdapat sebuah kolam renang.

Pemuda itu duduk dipinggiran kolam renang dengan kaki yang dimasukkan kedalam air, menikmati setiap tetesan air hujan yang jatuh dan berlomba-lomba membasahi tubuhnya.

Vano menghela nafas lelah, sampai kapan hidupnya akan seperti ini? Tubuhnya mulai basah kuyup namun ia tak peduli akan hal itu, sial anak ini benar-benar keras kepala, sudah tau sedang sakit malah berdiam diri dibawah hujan, apakah hukuman kemarin belum cukup baginya?

Netranya menatap kearah langit mendung, air hujan jatuh mengenai wajahnya cukup sakit tertimpa tetesan air yang jatuh dengan deras lalu mendarat tepat dikulit muka.

Ingatannya berputar ke masa lalu dimana dulu Shelia atau Lia bundanya sering melakukan kekerasan fisik padanya saat ia masih berusia 7 tahun, tepatnya 10 tahun yang lalu.

Ketika ayah dan Abang-abang sedang diluar atau tidak berada dimansion maka Lia akan menyakitinya, entah dengan bermain tangan ataupun memukul dan mencambuknya.

Saat itu baik Hendra, Gara, dan Revan tidak ada yang perduli dengannya, seakan kehadirannya tak pernah dianggap ada di keluarga ini.

Dulu Lia dan Hendra benar-benar mengharapkan seorang anak perempuan, namun setelah dirinya lahir Lia sangat murka, ia membenci Vano karena Vano lahir sebagai laki-laki, harapannya pupus setelah mengetahui hal itu, setelah melahirkan pun dokter berkata bahwa ia tidak akan bisa untuk hamil dan memiliki anak lagi.

Setelah mengetahui bahwa anak mereka yang lahir adalah laki-laki sejak saat itu hubungan antara Hendra dan Lia menjadi renggang, bertegur sapa juga sangatlah jarang, Hendra juga tak ingin berharap lebih pada istrinya karena istrinya tak akan pernah bisa hamil lagi, lagi pula istrinya juga membenci Vano, anaknya yang baru lahir.

Saat masih kecil Vano sering dijadikan babu oleh Lia karena ia terlampau benci dengan hadirnya Vano dalam keluarganya, sedikit saja Vano membuat kesalahan maka bersiap-siaplah untuk menerima luka.

Pernah sewaktu dulu Vano menerima luka fisik dan luka batin hanya karena suatu kesalahan kecil yang tak sengaja di perbuatnya.

Flashback on

"Anak sialan, ambilkan bedakku dimeja itu." Suruh Lia sedangkan perempuan itu hanya bersantai dikasur sambil bermain hp.

Vano kecil pun menuruti apa kemauan bundanya itu karena tak mau dimarahi, namun justru setelah itu ia malah mendapatkan masalah.

Brukk

Vano tak sengaja menyenggol lipstik milik Lia, harga lipstik itu memang mahal namun Vano hanya tak sengaja menyenggol dan menjatuhkan nya, bahkan itupun tak sampai rusak.

Protective family sadistic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang