"Eunghh," mata itu mulai terbuka, netra nya mencoba menghalau cahaya yang masuk ke matanya, Vano menatap keadaan sekitar, yah benar saja kini ia terbangun di gazebo taman.
Vano menatap kesamping dimana ia mendapati Revan yang sedang berbaring di sofa panjang yang ada di sana tengah sibuk dengan ponselnya.
Revan sendiri sengaja menunggu Vano yang sedang tidur karena takut akan terjadi apa-apa nanti nya jika ditinggal sendirian, jadilah hingga sekarang ia masih berada disini.
Untuk Gara ia sudah pergi ke kantornya karena tiba-tiba saja sekretaris menelpon dan memberitahukan bahwa akan ada rapat penting yang dilakukan secara mendadak, hingga dengan berat hati Gara harus meninggalkan adiknya.
"Abang," panggil Vano lirih, suaranya terdengar serak, Revan yang merasa dipanggil pun mendekat ia membawa Vano kepangkuan nya.
"Masih mengantuk hm?" Tanya Revan yang hanya dibalas anggukkan oleh Vano, ia memeluk leher sang abang serta menaruh kepalanya di ceruk leher Revan lalu kembali melanjutkan tidurnya.
Revan terkekeh pelan, ia berdiri dengan Vano di gendongan nya, Vano yang tidur pun kembali terbangun saat merasakan sebuah gerakan hingga akhirnya ia benar-benar tak ingin tidur lagi.
Revan membawa Vano masuk ke dalam mansion sedangkan Vano hanya diam karena nyawanya belum sepenuhnya terkumpul, entah kemana Revan akan membawanya.
"Ingin ikut?" Tanya Revan pada Vano yang masih berada di gendongan nya.
"Kemana?" Vano balik bertanya, ia penasaran abangnya akan pergi kemana.
"Kerumah teman Abang, bagaimana?"
"Hm, mauu," jawab Vano lalu tersenyum manis, Revan yang merasa gemas pun memberikan kecupan kecil di kedua pipi adiknya.
Cup
Cup"Huh!" Vano merengut kesal, ia mengelap kasar kedua pipinya yang baru saja di cium oleh Revan, Revan yang melihat itu menatap datar Vano, Vano pun kelabakan ia takut Revan marah padanya dan berunjung menghukum dirinya karena menolak perlakuan mereka.
Cup
"Sudah, Abang jangan marah," ujar Vano setelah memberikan ciuman di pipi kiri Revan, ia langsung menyembunyikan wajahnya untuk menghindari tatapan tajam milik abangnya itu.
Tanpa Vano ketahui Revan menyeringai kecil melihat tindakan Vano, ahh dia mulai menjinakkan adiknya ini sedikit demi sedikit, ia akan terus menakuti Vano agar adiknya itu semakin menurut.
Revan melangkah kan kakinya menuju pintu utama, ia menyuruh seorang bodyguard untuk mengeluarkan mobil dari garasi, kali ini ia akan menyetir sendiri, ia akan menghabiskan waktu sore ini bersama sang adik kesayangannya.
Setelah mobil siap, Revan mendudukkan Vano di samping kursi pengemudi, lalu dengan segera Revan menyusul kedalam mobil untuk berangkat ke tempat yang akan ia tuju.
Baru 5 menit perjalanan mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah Alfamart, Vano hanya diam, ia tak berani bertanya sedangkan Revan sudah keluar dari mobil.
"Tunggu di sini dan jangan kemana-mana." Ujar Revan sebelum ia masuk ke dalam Alfamart.
Cukup lama Vano menunggu hingga ia merasa bosan, Vano menatap anak kecil yang sedari tapi memainkan bola tanpa pengawasan siapapun dari kaca mobil.
Hingga tiba saat dimana bola itu menggelinding ke jalan raya, Vano melihat bahwa anak kecil itu akan berjalan menuju jalanan untuk mengambil bola pun segera keluar.
"Adek!" Panggil vano sebelum anak itu sampai kejalan membuat anak kecil dengan jenis kelamin laki-laki itu menoleh dan menatap Vano gugup.
"Adek tunggu disini ya, biar Abang yang ambil," ujar Vano lembut, sedangkan anak kecil tersebut yang merasa bahwa Vano bukanlah orang jahat pun mengangguk dengan senyum manisnya.
Vano memperhatikan keadaan jalanan untuk memastikan jalan itu sepi sebelum ia mengambil bola tersebut.
Setelah dirasa aman Vano mulai mengambil langkah untuk mencapai bola itu, hingga saat dimana ia mendapatkan bolanya Vano tak menyadari sebuah minibus dengan cepat melaju dari arah belakangnya."Kakak!" Teriak anak kecil yang melihat kejadian itu, Vano menoleh ia terdiam tubuhnya terasa tak mampu bergerak saat melihat mobil tersebut melaju dengan kecepatan di atas rata-rata ke arahnya.
Vano menutup mata, ia pasrah jika hidupnya aku berakhir disini.
"VANO!!" Tubuhnya terasa di tarik dengan kencang ke pinggir jalan, Vano membuka matanya, dilihatnya Revan yang menatapnya penuh emosi.
Bola di genggaman nya terjatuh, tubuhnya serasa mati rasa ia hampir saja mati tadi, Vano hanya diam, ia siap dihukum karena kecerobohan nya, ia juga sudah melanggar perkataan Revan untuk tetap diam di mobil tadi.
"KAU GILA HAH!!" Bentak Revan secara tiba-tiba yang menyebabkan Vano tersentak kaget.
Revan menarik kasar tubuh adiknya ke dalam mobil, ia menjalankan mobil tersebut dengan kecepatan di atas rata-rata, sedangkan Vano sedari tadi hanya diam menahan takut.
"P-pelan-pelan Abang, Vano t-takut," lirih Vano ketakutan, ia takut Revan akan menabrak nantinya, namun Revan tak menghiraukan ucapan Vano serta terus melanjutkan tindakannya.
"Abang, pelan-pelan hiks," tangis Vano pecah, selain takut kecelakaan Vano juga takut melihat amarah Revan yang sepertinya sedang di pendam, terlihat dari urat-urat yang menonjol di dahi serta leher Revan.
"Bang Rev-"
"DIAM!" Teriak Revan sebelum ia menghentikan mobil mereka kepinggir disebuah jalanan sepi.
"Kau ingin mati hm?" Tanya Revan menatap nyalang adiknya itu, sedang Vano hanya diam dengan mata terpejam.
Revan yang tak mendapat jawaban dari Vano pun emosi berunjung mencekik kuat leher putih Vano, yang pastinya akan meninggalkan jejak kemerahan disana.
"Uhkk a-abang uhuk lepas s-sakit," air mata Vano mengalir melalui sudut matanya, dadanya naik turun dengan nafas tersengal-sengal saat ia tak bisa bernafas.
"Ghukh le-lepas uhuk uhuk," sedangkan Revan semakin kesetanan, ia benar-benar emosi melihat kejadian yang hampir merenggut nyawa adiknya tadi.
"Hiks uhuk ab-ang," tangisnya saat tak mampu menahan sakit lagi, pasokan udaranya menipis hingga akhirnya Revan melepaskan cekikannya pada Vano, Vano pun segera meraup rakus oksigen.
Revan membawa Vano ke pelukannya saat adiknya itu menangis hingga sesegukan karena tindakan nya.
"Maaf," sesal Revan mengelus rambut adiknya untuk mencoba menenangkan Vano.
TBC
Lanjut? Ga usah?
Jangan lupa
Vote
Komen
And
FollowBantu tandai typo, dan mohon maaf
kalau alurnya gaje/berantakan yaww🌚Mksii udah mampir dan baca
KAMU SEDANG MEMBACA
Protective family sadistic
DiversosMenceritakan seorang anak laki-laki remaja berusia 17 tahun bernama Fian Aldevano, yang merasa terkekang atas sifat ayah dan ke 2 abangnya yang berbuat seenaknya serta mengatur hidupnya baik dalam hal apapun. Ia hidup berempat dalam satu rumah mewah...