"Begini tuan, apakah sebelumnya tuan muda Vano sering mengonsumsi obat tidur secara berlebihan?"
Gara mengangkat alisnya bingung, ia butuh penjelasan lebih dari dokter dihadapannya ini.
"Karena dari hasil pemeriksaan medis tuan muda Vano mengidam penyakit vertigo, setelah saya telusuri lebih dalam ternyata penyakit ini didapat oleh tuan muda Vano melalui ketergantungan obat tidur yang dikonsumsi dalam jangka waktu panjang atau berlebihan." Jelas dokter muda tersebut yang bernametag "Dr. Justin."
"Apakah sebelumnya tuan mengetahui hal ini?" Tanya dokter tersebut lanjut.
Gara hanya menggeleng karena sejujurnya ia benar-benar tidak mengetahui hal tersebut, adiknya yang terlalu tertutup serta komunikasi yang begitu jarang membuat mereka tidak terlalu mengenal adik mereka sendiri.
"Maaf tuan, tapi demi kebaikan tuan muda Vano sendiri, saya sarankan sedikit kepada tuan agar lebih memperhatikan adik tuan lagi kedepannya, karena ketergantungan obat tidur sendiri dapat berakibat fatal pada si penggunanya, salah satunya adalah overdosis hingga berunjung pada hal yang tidak kita inginkan lainnya." Ujar Justin mencoba sesopan mungkin agar tidak melakukan kesalahan.
Gara hanya mengangguk, pikiran berkelana entah kemana setelah mendengarkan penuturan dari sang dokter.
Setelah urusannya selesai dengan Justin, Gara keluar dari ruangan tersebut menuju ke ruangan milik adiknya.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Gara dingin, setelah sampai diruangan Vano, Gara disuguhi pemandangan dimana adiknya mencoba melepas paksa Infus yang melekat pada tangannya, melihat itu Gara pun menjadi emosi.
"Pulang." Balas Vano tak kalah dingin.
"Tidak."
"Pulang. Aku tidak ingin disini!" Geram Vano penuh dengan penekanan.
Gara mengepalkan tangannya, ia berusaha menahan emosinya agar tidak kelepasan menyakiti sang adik yang akan berunjung memperburuk kondisi adiknya itu.
Gara menghela nafas kasar, ia mendekat ke arah brankar yang ditempati oleh Vano.
"Kau ingin pulang bukan?" Tanya Gara menatap datar kearah vano.
"Ya."
"Baiklah." Gara segera keluar dari ruangan itu untuk menemui dokter Justin mengenai kondisi adiknya yang sudah diizinkan untuk pulang atau belum.
Sedangkan Vano tertegun, ia pikir Abangnya itu akan marah ternyata tidak, bahkan sang abang pun tidak berekspresi apa-apa.
Setelah menunggu beberapa saat pintu ruangan nya terbuka, Vano mengira orang tersebut adalah Gara, namun ternyata yang datang adalah ayah dan Abang ke duanya, Revan.
"Bagaimana keadaan mu boy" tanya Hendra, ia mencoba mengelus kepala putranya itu namun segera ditepis oleh sang empu.
Hening.
Vano yang merasakan suasana hening yang di perbuat oleh nya pun merasa bersalah, namun ia tak ingin membuka suara dan lebih memilih untuk ikut diam.
Tak lama pintu ruangan itu kembali terbuka menampilkan sosok Gara yang datang bersama dokter Justin.
"Kau ingin pulang hm?" Tanya Justin lembut dibalas anggukkan kecil oleh Vano.
"Baiklah kau boleh pulang, tapi kau harus menunggu cairan infus mu habis dulu oke?" Ujar Justin, ia berusaha lembut membujuk pasien laki-laki dihadapannya ini.
"Aku ingin pulang sekarang," Vano menatap dokter Justin, ia mulai tenang setelah mendengar kata-kata lembut yang dilontarkan oleh dokter muda itu.
"Tidak bisa Vano," balas Justin.
"Kenapa?" Tanya Vano polos, tatapan anak itu seakan butuh jawaban yang pasti alasan kenapa ia belum boleh pulang, namun sialnya tatapan itu justru dianggap lucu oleh 4 pria lainnya yang ada diruangan itu.
"Kau lihat ini?" Tanya Justin menunjuk botol infus yang tergantung pada tiangnya dengan cairan yang masih terisi banyak.
Vano mengangguk membalas pertanyaan dari Justin.
"Infus mu belum habis, jika kau ingin pulang kau harus menghabiskan dulu cairan yang ada didalam botol itu, jika tidak...."
"Jika tidak apa?" Tanya Vano penasaran.
"Jika tidak tangan mu akan membengkak karena infusnya dicabut sebelum waktunya, pembengkakan itu akan terus terjadi, hingga pada akhirnya tanganmu harus diamputasi, dan kau akan kehilangan satu tanganmu, kau mau hal itu terjadi padamu begitu?" Guyon Justin, benar-benar tidak masuk akan, namun sayang nya Vano tetap mempercayai hal itu.
"Tidak!" Vano menggeleng ribut setelah mendengar ucapan dari dokter dihadapannya, Hendra, Revan, dan Gara yang sedari tadi memperhatikan pun merasa gemas, sial kenapa anak dan adik mereka bisa selucu ini.
Mood anak itu cepat sekali berubah, terkadang bisa lucu, terkadang juga bisa menjadi pembangkang keras, namun setelah dipikir-pikir Vano hanyalah seorang anak yang butuh di perhatikan dan kasih sayang, ia akan bertingkah sesuai dengan keadaan serta sebagaimana orang memperlakukan nya.
"Nah, kalau begitu kau harus pulang besok oke? Untuk hari ini bisa di tunda dulu, dokter, ayah, dan Abang-abang mu akan selalu menemani mu disini agar tidak bosan, bagaimana kau mau kan?" Bujuk Justin dan bumm itu berhasil.
Vano tersenyum kecil mengangguk menyetujui ucapan dokter Justin.
Hendra dan ke dua anak nya menatap iri adegan dihadapan mereka, melihat orang lain yang dengan mudah meluluhkan hati anak dan adik mereka membuat mereka menyadari bahwa selama ini mereka terlalu mengabaikan kehadiran Vano sehingga mereka pun tidak tau caranya berkomunikasi secara baik dengan Vano.
Sepertinya mereka harus mulai memperbaiki hubungan kekeluargaan mereka. Yah, itu harus... Benak mereka bertiga.
Justin menatap keluarga dari pasiennya, lalu menunduk hormat.
"Saya permisi dulu tuan, ada pasien lain yang harus saya urus." Ujar Justin sopan lalu keluar dari ruangan itu.
Setelah kepergian Justin, Hendra dan ke dua anaknya mengalihkan perhatian mereka ke arah Vano yang kini tengah fokus memakan permen milkita, sepertinya itu pemberian dari Justin.
Tak lama kemudian Vano menoleh ke arah samping, disana dapat ia lihat sang ayah dan Abang-abang nya tengah menatap dirinya.
Vano membalas tatapan mereka dengan tatapan polosnya seolah lupa dengan kejadian barusan, tiba-tiba saja Vano merentangkan kedua tangannya ke arah Hendra.
"Ayah, gendong...."
TBC
Lanjut? Gak?
Mon maaf sekale lagi kalau cerita kurang masuk akal+gaje juga, but aku udah berusaha mikirin alurnya biar g aneh, tapi klo masih aneh I minta maaf yeh para pembaca tercingtah😚😚🙏
Buat yang ada saran boleh kasih referensi koksss<3 eh iya, bantu tandai typo jg yah, biar bisa aqyuhh perbaikehhh......
Janlup
Vote
Komen
And
Follow yah cintahhhPapayyyyy, salam sayang dari akyuhhh, muachh❤️🙏😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Protective family sadistic
RandomMenceritakan seorang anak laki-laki remaja berusia 17 tahun bernama Fian Aldevano, yang merasa terkekang atas sifat ayah dan ke 2 abangnya yang berbuat seenaknya serta mengatur hidupnya baik dalam hal apapun. Ia hidup berempat dalam satu rumah mewah...